15. Dying

1.8K 190 27
                                    

"Apa yang kau lakukan?"

"Sasuke! Hentikan!"

Fugaku baru tiba dirumah setelah mengurus jenazah istrinya. Namun Sasuke sudah memulai keributan yang tentu sudah diprediksi oleh Fugaku.

"Foto itu tidak menjelaskan apapun! Bagaimana kau bisa melakukan hal sekeji itu, huh?!"

"Sasuke!"

Mikoto menahan jemari yang digunakan anak muda itu untuk menunjuk wajah ayahnya. Wanita itu tidak bisa menyembunyikan raut wajah khawatirnya.

"Oh ya, aku ingat. Kau bahkan berani membunuh anak kandungmu sendiri. Bukan hal aneh jika kau juga membunuh istrimu. Huh!"  Sasuke terkekeh.

"Lepaskan dia." Suara itu terdengar begitu berat.

"Ta.. Tapi,"

"Kau boleh pergi."

Mikoto meremas lengan Sasuke. Ia ingin anak itu mendengarkannya sekali ini saja agar tidak memperburuk suasana. Lalu perlahan ia meninggalkan dua pria yang sedang mengeluarkan aura tidak enak.

"Ternyata kau sudah cukup besar. Mau ku beritahu sesuatu?"

"..."

"Tentang anak yang dibunuh?"

"..."

Onyx Sasuke melebar menandakan ia sangat tertarik dengan topik yang ditawarkan Fugaku. Sasuke tidak pernah tahu tentang kejadian itu, ingatannya pudar dan kepalanya selalu sakit setiap mengingat kejadian itu.

"Anak itu, ah~" Fugaku memilih untuk duduk disofa.

"Aku sungguh menyukai kepintarannya. Dan betapa penurutnya dia, tidak sepertimu." Katanya lagi.

Sasuke tegang, jantungnya berdetak cepat. Saat ini juga ia menginginkan baju kakaknya yang ia sembunyikan dibawah kasur. Ini pertama kalinya dia mendengar tentang kakaknya dan langsung dari mulut orang yang bertanggung jawab.

"Dia tumbuh begitu cepat."

"..."

"Kau dan dia adalah anak dari wanita yang tidak diinginkan."

"..."

"Ketua dan kakekmu memilihmu  untuk menebus dosa ku dengan mengorbankan salah satu dari kalian. Dan aku setuju."

'Benar. Harusnya aku yang mati. Harusnya kakak masih disini.' Pikiran Sasuke bercampur aduk. Sekilas wajah kakaknya yang tidak pernah ia lihat sejak kejadian itu, muncul dalam ingatannya.

"Tapi adiknya menangis sambil memohon padanya. Dia mengambil keputusan, dia ingin menggantikanmu."

"T... Tidak." Suara Sasuke bergetar.

"Dia mati untuk menebus si adik yang tumbuh menjadi berandalan. Aku tidak membunuhnya. Kau yang melakukannya."

"T.. Tidak.. Ka.. Kak.. Tidak.. Tidak... Tidak!!"

Pria itu terjatuh, dua tangannya mencengkram kepalanya. Kepalanya sakit luar biasa. Jantungnya berdetak sangat cepat.

"Maka dari itu, untuk tidak mengulangi kejadian yang sama,  berhenti meniduri adikmu. Kau bisa meniduri semua wanita yang telah dipilih. Berhentilah menjalani hubungan menjijikkan dengan wanita itu!"

"Akh!! K.. Kak.. Kakk.. Akh!! Tidak!"

Pria itu berguling di lantai. Kepalanya sakit seakan ingin meledak. Tangisan anak kecil yang memeluk kakaknya berdengung diujung telinga.

"Tidak! Ti.. Tidak, jangan.. Jangan.. Kakak!"

"..."

"S... Sa..suke."

Promises And DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang