1. A nasty psychopath

11.4K 702 89
                                    

"Kutu buku?!"

Hinata menutup bukunya, ia tidak terkejut lagi dengan kejadian berulang-ulang itu. Walaupun matanya masih menutup saat tepukan tangan besar itu mengenai punggungnya.

"Kau tidak berteriak 'Ahhh' lagi, Hyuga?" tanyanya.

Hinata menghindar. Ia benar benar tidak ingin berurusan dengan pria itu. Ia tidak membenci, hanya saja pria itu sangat menguji kesabarannya. Bukan cuma sekali Hinata dibuat menangis oleh pria berambut raven itu, Sasuke namanya. Mungkin hobinya adalah membully dan subyeknya adalah Hinata sendiri.

Hinata tidak ingin mengomentari perbuatan Sasuke, karena tentu saja ia akan kalah lagi dari psikopat gila itu. Bukan sembarang Hinata mengatainya psikopat gila, karena Uchiha itu memang psikopat. Terkadang Hinata menemuinya duduk sendirian dengan muka datarnya tapi di saat lain ia akan membully Hinata habis-habisan, menertawainya, mengatai hal yang benar-benar membuat darahnya menumpuk di kepala, atau membuatnya menangis sesenggukan di manapun dia bertemu Uchiha itu. Hinata menarik nafas, sejarah kelas sebelasnya terlalu pahit untuk diingat. Dia segera memasukkan beberapa buku yang sempat ditumpuk diatas meja kantin ke dalam ransel mungil miliknya dan beranjak pergi. Ia bahkan tidak berpamitan pada Sakura yang masih memegang dadanya karena terkejut oleh teriakan Sasuke.

Sasuke melongo saja dengan kepergian korbannya. Tidak biasanya dia tidak melawan. Hinata memang pendiam, tapi jika di kejutkan dia akan berubah menjadi wanita agresif yang gila.
Memukul siapapun yang di dekatnya sambil berteriak 'Ahhh' seperti yang dikatakan Sasuke tadi.

"Hmm.." Sasuke tampak berpikir.

"Hyuga jalanlah dengan pelan." Sasuke meletakkan tangan kirinya di sudut bibirnya. "Bokong plastikmu jadi bergoyang."

DUARRR!!

Seperti baru di terjang tornado, kantin itu tiba tiba menjadi sunyi senyap.
Pandangan setiap orang tertuju pada Sasuke, kemudian Hinata tepatnya bokong Hinata. Lalu suasana menjadi riuh penuh dengan bisikan-bisikan bagaikan pasar swalayan yang sedang promo diskon.

"Pantas aja sebesar itu..."

"Tapi kan mahal."

"Yah,  ibunya kan itu."

Hinata terpaku ditempat, wajahnya sudah semerah kepiting rebus. Ia tidak percaya Sasuke mengatakan itu. Hal seperti ini yang ingin dia hindari. Psikopat itu keterlaluan, ia bahkan sengaja mengeraskan suaranya agar semua orang mendengar. Semua orang membicarakannya. Semua orang menertawainya. Sasuke selalu mempermalukannya. Hinata membenci pria itu, dia sungguh membencinya. Psikopat gila bajingan.

Hinata tak peduli tempat lagi, psikopat gila itu berhasil mempermalukannya lagi. Harga dirinya sebagai perempuan dipermainkan. Ia tak bisa menerima penghinaan ini. Hinata menangis lagi, di tempat yang tidak seharusnya lagi. Demi apapun Hinata ingin membela diri, ia ingin berteriak tak kalah kencang dari Sasuke bokongnya bukanlah plastik. Ia bahkan tidak pernah berpikir untuk mengubah sedikitpun yang telah Kami-sama berikan padanya.

Sasuke tidak bisa menahan tawanya. Dia tertawa dengan kencang bagaikan psikopat gila. Dia berhasil lagi mengerjai Hinata, akhir-akhir ini wanita memang agak sensitif dengan bahan plastik. Hinata berdiri mematung disana, tidak lama lagi dia pasti berlari kepadanya lalu berteriak memakinya seperti wanita sinting. Setidaknya itu yang dipikirkan Sasuke, lama ia menunggu yang di dapatkan justru tidak sesuai dengan keinginannya, Hinata justru berlari kencang meneruskan perjalanannya tadi.

"Apa yang salah dengan dia, tidak biasanya dia seperti itu." maniknya masih mengikuti punggung wanita itu. "Pasti ke toilet." Seolah mendapat ilham, Sasuke tersenyum miring. Ia punya rencana yang lebih menarik, tentu untuk si kutu buku.

Promises And DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang