Marvin menghela nafasnya berat, "Tadi Alfa ke sini."
Dilla menoleh ke arah Marvin sedetik, "Alfaro Praditya?"
Cowok itu mengangguk.
Alis Dilla bertaut, kenapa Alfa ada di Indonesia?
"Lo lihat sesuatu yang bentuknya persegi panjang? Warna hitam." Dilla menanyakan Beloride-nya pada Marvin, tentu ia tak menyebutkan nama asli benda tersebut. Karena Marvin tak mungkin tau apa namanya.
"Di bawa Alfa." jawab Marvin singkat.
Dilla mendesah frustasi, well done, Alfa.
"Gak ada yang mau lo jelasin ke gue?" tanya Marvin sambil menatap Dilla dalam.
"Apa?" balas Dilla tak mengerti apa-apa.
"Lo. Alfa."
Dilla mengangguk mengerti, ia sangat tau apa yang Marvin maksudkan, "Teman."
"Teman." Marvin mengulangi jawaban Dilla.
"Apapun yang di dalam benak lo, itu terserah sama lo. Jadi pertanyaan gue, gimana gue bisa menghubungi Alfa?"
Marvin menatap Dilla frustasi, pikirannya tak bisa bekerja dengan baik, "Tanya sama Yaya."
Dilla menerima ponsel yang Marvin berikan padanya dengan tersenyum simpul, "Thanks."
Marvin beranjak dari duduknya, "Gue pulang ke rumah dulu. Lo udah sadar dan kayaknya lo baik-baik aja. Meanwhile, you don't need me in your side. Take care of yourself, Dill. Sore ini gue udah harus balik ke Singapore lagi, see you in my dream."
Marvin mengacak-acak rambut Dilla, lalu ia berjalan ke arah pintu dan membuka pintunya lalu keluar meninggalkan Dilla sendiri.
Dilla tau ia membuat Marvin lagi-lagi harus sabar dengan keadaan saat ini. Ini semua bukan kehendaknya, tapi itulah yang harus ia lakukan.
"Kirimkan kontak Alfa, as soon as possible."
***
Marvin merasakan ada hal yang mengganjal saat ia tiba di Bandara. Entah apa itu, ia sendiri tak bisa mengetahuinya. Hanya saja ia merasakan aura gelap yang sebentar lagi menimpanya.
Marvin meletakan ponselnya di atas wastafel. Ya, ia sekarang sedang berada di toilet khusus pria yang berada di Bandara Internasional itu.
Saat hendak berbalik meninggalkan toilet, ia menabrak seorang pria yang memakai jas rapi, selayaknya orang-orang kantor.
"Ma--eh?" Marvin baru saja ingin mengucapkan permintaan maaf, namun ia tersadar saat merasa ada sebuah jarum yang menusuk lengan kirinya.
Dan setelah itu pandangannya buram.
"Umpan sudah di tangan, siapkan segala sesuatu, dan bawa dia ke Pesisir."
Marvin memejamkan matanya, pandangannya memang buram, namun ia masih bisa berpikir walau agak susah.
"...Guam."
Setelah itu ia benar-benar tak sadarkan diri.
***
Dilla masuk ke dalam mobil yang menjemputnya dengan cepat ia tak mungkin bisa kabur dengan gerakan lamban. Ya, tentu ia kabur dari rumah sakit setelah ia menelepon Alfa, dan mendapat informasi bahwa orang yang mereka cari berada di Indonesia.
"Beloride lo." gumam Alfa sambil menunjuk lacibdashboard mobil yang di kendarainya.
Dilla membuka laci tersebut. Dan langsung mengambik benda berwarna hitam tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Of The Stars
FantasyOpen your eyes, then see, you know the way our horizons meet?