Dilla membelai lembut bulu yang ada di kuda bertanduk berwarna putih itu. Tatapan sendunya berbeda dengan senyum yang terukir di bibirnya.
Setahun yang lalu, ia datang ke Trivanium bukan sebagai seorang pahlawan, melainkan sebagai rakyat biasa. Ya, karena saat itu, Dilla sudah tak bernyawa.
Namun setahun yang lalu juga lah fenomena tersebut terjadi di Trivanium, orang-orang yang datang ke Trivanium tidak ada yang lupa bagaimana cara mereka mati. Dan hal tersebut bertentangan dengan yang Dilla alami, ia sama sekali tak mendapat gambaran bagaimana ia bisa mati.
"Setahun di sini, berapa hari di Bumi, ya?" tanya Dilla pada Seven, nama kuda unicorn berwarna putih tersebut.
Seven hanya menggumam hal yang tak Dilla mengerti.
Lalu tiba-tiba Dimas datang dengan nafas yang ngos-ngosan, tampak bahwa cowok itu sudah mencari Dilla kesana kemari.
"Ada apa?" tanya Dilla sambil duduk di ayunan yang ada di dekatnya.
Dimas pun ikut duduk sembari membenarkan deru nafasnya.
"Akhirnya ketemu!" sorak Dimas sambil menunjukan sebuah lembaran yang di sobek.
"Apa?" tanya Dilla lalu mengambil lembaran tersebut, "Ini lembaran buku yang ada di Perpustakaan?"
Dimas mengangguk, "Dari jutaan ribu buku, cuman satu buku yang bisa ngejawab kenapa lo bisa lupa sama kematian lo, ingat?"
Giliran Dilla yang mengangguk, setahun yang lalu, Elle memberitahu bahwa ada sebuah buku yang bisa menjawab hal langka yang terjadi pada Dilla, namun buku itu sangatlah lama, dan ada di tumpukan jutaan buku lainnya, mustahil jika dalam waktu singkat buku itu di temukan.
"Baca." suruh Dimas.
"Lo udah baca?" tanya Dilla.
Dimas menggeleng, "Cuma baca judulnya."
Dilla lalu memilih untuk mengikuti perintah Dimas, di bacanya satu persatu kalimat menjadi sebuah paragraph.
"Maksudnya apa?" tanya Dilla pada Dimas sambil menunjukan sebuah paragraph yang menjadi bahan permasalahan.
Dia yang lupa dengan kematiannya adalah dia yang masih bernyawa di tempat asalnya. Yang kebingungan membuat keputusan. Harus hidup atau matikah dia? Yang ragu-ragu mengambil tindakan. Apakah ia harus bangun atau tetap seperti itu? Yang terus berpikir dalam hening. Apa yang harus ia lanjutkan? Di merasa hidup, tapi sebenarnya dia mati. Dan merasa mati, yang sebenarnya dia hidup.
Dimas membaca paragraph yangdi tunjuk Dilla.
Dilla menunjuk paragraph terakhir pada Dimas.
Hidup di tempat asalnya dengan kegelapan atau mati di temani kebingungan.
"Apa maksdunya?" tanya Dilla sekali lagi.
Dimas menggeleng, tanda ia tak tau, "Mungkin Elle tau."
Dilla hanya bisa menghela nafas, lalu mengangguk, ia sendiri berharap ia dapat mengerti tulisan tersebut.
***
Elle menatap Dilla dengan tatapan bertanya, "Begini, Dilla."
Dilla yang di tatap secara intens oleh Elle pun memasang tampang heran, "Ada apa?"
Elle menghela nafas berat, "Jika kamu di minta untuk membuat pilihan, pilihan mana yang akan kamu pilih?"
"Pilihan apa?" tanya Dilla.
"Kembali ke Bumi atau menetap di sini?"
Dilla menatap Elle dengan tatapan tak percaya, "Maksudnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
All Of The Stars
FantasyOpen your eyes, then see, you know the way our horizons meet?