16

237 19 3
                                    

Marvin duduk menyandar di sandaran kursi sambil melamun, bahkan ia tak mempedulikan si Pelayan Cafe saat mengantarkan pesanannya.

Ya, walaupun sudah setengah jam saat pembicaraanya bersama Alfa berakhir, Marvin masih tak bergeming di tempat duduknya. Ia masih ingat apa yang ia katakan kepada Alfa.

Apakah ia sudah gila?

Kalimat tersebut berkecamuk di pikirannya, mengitari setiap sudut otaknya.

Setelah ia pikir-pikir lagi, secepat itukah ia mengambil keputusan untuk menggeser posisi seorang Dilla di dalam hidupnya? Kenapa?

Bahkan, walaupun Marvin sempat tak bisa berkata apa-apa saat ia tau bahwa orang yang beberapa hari ini hadir di hidupnya bukan Dilla yang ia kenal melainkan orang asing yang perbedaan umurnya sangat jauh terlampaui, ia tetap bisa menerima semua kenyataan tersebut.

Faktanya, Alexa yang berwajah Dilla itu mempunyai sisi cewek yang tak perlu di ragukan. Berbeda dengan Dilla yang cuek bebek terhadap apapun. Bahkan karena Alexa, Marvin bisa melihat senyum dari wajah Dilla.

Drt..drt..
Ponsel Marvin bergetar, ia mengintip sedikit ke arah ponselnya, ada pesan masuk dari Dilla.

Marvin tersenyum miring, Dilla? Pikirnya.

Nyatanya, bukan Dilla-lah yang mengirimi pesan tersebut, melainkan Alexa.

Lalu di bukanya pesan tersebut, dimana?

Dengan sigap ia membalas pesan dari Di--Alexa.

Valey's cafe.

Tak lama setelah Marvin membalas, masuklah balasan dari Alexa.

Gue ke sana, ada yang mau gue omongin.

Marvin mengernyitkan dahinya, lalu menggeleng tak menyetujui.

Send location lo, biar gue yang samperin.

Send.

Ya, Marvin yang akan datang menemui Alexa, karena sudah kodratnya cowok yang mendatangi cewek.

Setelah mendapatkan tempat dari Alexa, Marvin segera angkat kakinya untuk keluar dari tempat itu, tempat dimana kenangan ia dan Dilla banyak terdapat di tempat itu.

***

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya si Barista kepada seorang pelanggan.

"Caffe latte pahit maksimal." jawab si Pelanggan.

Si Barista mencatat pesanan si pelanggan, lalu sedetik kemudian ia memasang tampang kaget, "Lho?"

"Kenapa?"

Barista itu cepat-cepat menggeleng, "Tidak. Tidak ada apa-apa, ini nomor mejanya."

Si pelanggan mengambil nomor meja yang di berikan, lalu duduk di tempat strategis.

Di balik kacamata minusnya, ia menatap seseorang dari kejauhan, orang itu terlihat kebingungan, walaupun ia tak melakukan apa-apa namun ia tetap saja tau bahwa orang itu sedang kebingungan

Bahkan saat pelayan mengantarkan pesananya, ia tetap kebingungan.

Di balik topi gelapnya, ia tersenyum tipis.

***

Marvin menatap Alexa secara intens sementara Alexa di buat Marvin semakin gugup.

"Lima menit udah lewat, lo belum ngomong apa yang mau lo sampein." ucap Marvin tak sabaran, "Gue juga ada yang mau gue omongin."

"Kalau gitu lo duluan." balas Alexa cepat.

Marvin menggeleng, "Gak. Sampai lo utarain maksud lo."

All Of The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang