Dilla menutup wajahnya dengan jaket dan sandaran di kursi yang berada di taman. Beberapa siswa-siswi yang lalu lalang berpikir bahwa Dilla sedang tertidur. Namun tidak dengan Marvin yang sedari tadi mengikuti Dilla secara diam-diam. Marvin melihat ada keanehan di dalam diri Dilla sejak Alfa pergi entah kemana setelah pernikahan Yaya selesai. Keanehan dari dalam diri Dilla itulah yang membuat Marvin ingin tau.
Bel masuk sudah berbunyi, namun Dilla belum juga bergegas membuat Marvin hendak memberitahunya.
Namun baru saja Marvin melangkah Dilla langsung beranjak dan membalikan badan ke belakang. Saat itulah Dilla terlonjak kaget melihat Marvin yang juga terkejut melihatnya.
Rasa kaget Marvin cepat hilang setelah melihat mata Dilla yang memerah. Tentu ia tau alasannya apa.
Dilla menangis. Ya. Cewek itu menangis.
"Sejak kapan lo di situ?" tanya Dilla dengan suara seraknya.
"Sejak lo bertingkah aneh dan gue ngikutin lo sampe ke sini." jawab Marvin dengan polos.
"Jangan ngikutin gue lagi." balas cewek itu cuek dan langsung berjalan meninggalkan Marvin.
Marvin dengan sigap menahan lengan Dilla dengan cengkramannya. Dan dengan otomatis tubuh Dilla berhenti secara mendadak.
"Lo abis nangis?" tanya Marvin sambil mencoba mencari jawaban. Hah! Tanpa ia cari pun jawabannya sudah datang dengan sendirinya.
"Gak!" ucap Dilla sambil berusaha melepaskan cengkraman Marvin.
"Jangan bohong." bantah Marvin sambil tersenyum geli, "Gue gak bakal ngejek lo. Jadi jujur aja."
"Lepasin tangan lo!" marah Dilla dengan tatapan garang. Marvin tak tergoyahkan dengan tatapan Dilla. Dan ini aneh.
"Tangan gue gak bisa di lepasin. Karena tulang-tulang gue masih nyatu dengan tulang lainnya. Jadi gimana mau di--"
"Cengkraman lo." Dilla memberi isyarat dengan matanya menunjuk telapak tangan Marvin mengepal penuh di lengan tangan Dilla, "Lepasin!"
"Lo abis nangis?" tanya Marvin lagi tanpa memperdulikan perintah dari anak pemilik sekolah yang sedang ia tempati.
"Gak." bantah Dilla, lama-lama seperti ini dengan Marvin tak ada gunanya. Dilla melemahkan lengan tangannya. Membiarkan Marvin yang berkuasa. Ia tak ambil pusing lagi.
"Yaudah." balas cowok itu acuh ia sebenarnya ingin menanyakan mengapa Dilla menangis, sebagapi teman, tentu ia peduli dengan Dilla, "Yuk balik ke kelas."
Marvin menarik Dilla dengan perlahan, seolah Dilla lupa jalan menuju ke kelas mereka. Dan orang yang di tarik pun tidak banyak membantah dan lebih memilih di dominasi oleh Marvin.
***
Di lain hari. Marvin tetap mengikuti jejak Dilla, walaupun Dilla tak lagi tiduran di bangku taman dengan menutup wajahnya menggunakan jaket.
Marvin tetap mengikuti Dilla, ke kantin, ke perpustakaan, ke ruangan Dilla, bahkan cewek itu ke wc pun ia ikuti.
Hingga pada suatu waktu, Marvin yang ingin pulang ke rumahnya berhenti di koridor dekat ruang musik. Ia mendengar ada seseorang yang sedang memetik gitarnya.
Karena rasa penasaran seorang Marvin terlalu kelebihan, Marvin pun akhirnya mendekat dan lupa caranya untuk pulang ke rumah.
Pintu ruang musik tak tertutup. Padahal jika pintu tertutup maka suara alat musik yang di mainkan tidak terdengar hingga keluar ruangan.
Marvin berdiri di ambang pintu, melihat seorang cewek dengan rambut panjang di cepol masih menggunakan seragam Valey High School sedang bermain gitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Of The Stars
FantasyOpen your eyes, then see, you know the way our horizons meet?