4

531 31 0
                                    

Dilla sendiri tak yakin mengapa ia mengejar orang yang mirip dengan Dita tersebut. Ia hanya mengikuti feelingnya.

Sesampainya di luar rumah sakit dengan nafas ngos-ngosan, Dilla memandang sekeliling untuk mencari sosok yang tsdi ja lihat.

Namun Dilla tak menemukan siapa-siapa. Hanya ada beberapa mobil yang terparkir manis yang menunggu si pemilik mobil untuk menghidupkan mereka.

Dilla hendak melangkahkan kakinya untuk mencari Dita, namun ia urung niatnya itu saat ia merasa ia berada di dunia yang berbeda.

Kejadian seperti ini sudah dua kali terjadi, dan ini yang ketiga kalinya. Namun Dilla belum bisa terbiasa, ia merasa seolah ada seseorang yang memanggilnya untuk pulang ke California karena tugasnya dan di lain tempat ada yang menahan kepergiannya.

"Seriosly? Trivanium lagi?" gumamnya sambil memutarkan kedua bola mata hitamnya.

Kali ini latar waktu dan tempatnya masih sore dan ia sekarang berada di sebuah hutan. Dilla bisa mendengar kicauan burung, tabrakan dedaunan yang di terpa angin, dan juga bunyi air yang menghantam bebatuan.

Dilla hendak melangkah mencari sumber air yang ia dengan itu, namun saat hendak melangkah tubuhnya sudah di tahan dan di bekap sama seseorang yang berada di belakangnya.

Tentu Dilla meronta-ronta meminta di lepaskan. Untuk saat ini, Dilla merasa otaknya sudah tidak berfungsi, ilmu bela diri yang ia pelajari sejak SD tiba-tiba menghilang begitu saja. Dilla menemukan jalan buntu.

"Sstt..diam." perintah orang itu.

Suara berat itu membuat bulu kuduk Dilla merinding. Lalu Dilla merasakan tubuhnya di tarik ke sebuah pohon yang besar.

Setelah itu Dilla mendapati wajah Dimas yang berada tak jauh dari wajahnya, tangan kiri Dimas masih membekap mulutnya yang sedari tadi hendak berteriak, dan telunjuk pada tangan kanan Dimas di letakan di bibirnya mengisyaratkan bahwa Dilla harus tetap diam jika Dilla ingin Dimas melepaskan bekapannya.

Dilla mengangguk mengerti, lalu Dimas menepati apa yang ia janjikan. Kini tangan Dimas tak lagi menutup mulut Dilla. Namun posisi mereka masih sama.

Gue kenapa? Kok gue ngerasa di dalam ada yang detaknya cepat banget.

Itu bukan pikiran Dilla. Tapi itu pikiran Dimas yang berhasil Dilla tangkap.

Tunggu..di tangkap?

Kalau di lihat-lihat, Dilla cantik juga. Kenapa gue baru nyadar sekarang?

Mengetahui ada hal aneh yang terjadi, Dilla segera membuang pandangannya dari Dimas. Itu alasan pertama, dan alasan lainnya karena, wajah Dimas terlalu berjarak dekat dengan wajahnya.

Sementara Dimas masih dalam posisinya, sepertinya ia menikmati dengan hal tersebut.

Bahkan jika ia sudah gila, ia ingin mencium pipi chubby milik Dilla yang terlihat menggiurkan. Namun ia masih waras, jadi ia tak mungkin melakukan hal tersebut kepada temannya.

Iya, teman.

***

"Jadi, di hutan tadi ada anak buahnya Worstag?" tanya Dilla setelah mengetahui alasan mengapa Dimas menyuruhnya diam.

Dimas mengangguk, "Mereka di perintahin buat nyari seseorang yang ada di dalam ramalan."

"Terus udah ketemu?" tanya Dilla.

Mereka sedang di dalam perjalanan menuju sebuah tempat tinggal yang sekarang menjadi tempat pengungsian.

Dimas kali ini menggeleng.

All Of The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang