Demon, Godric, dan Dilla memasuki sebuah gedung mewah yang menjadi tempat mereka bekerja.
Sesampainya di depan pintu berwarna bening tersebut, ketiganya langsung nenempelkan jempol mereka secara bergantian. Setelah itu pintu terbuka dan mereka langsung masuk ke dalam ruangan berbentuk bulat tersebut.
"Your mission." ucap laki-laki paruh baya pada ketiga remaja tersebut sambil menunjuk tiga kartu yang terletak di meja yang berada di tengah-tengah ruangan.
Godric mengambil tiga kartu yang ada di atas meja tersebut lalu memberikan kepada kedua temannya.
Demon, Dilla, dan Godric berjalan menuju alat komunikasi masing-masing yang terletak di meja kerja mereka.
Tanpa duduk, Dilla mengambil gagang telepon berwarna biru tua dan langsung di tempelkannya di telinga.
"Identitas." ujar suara dari seberang.
Dilla mendekatkan wajahnya pada sebuah monitor cekung, monitor tersebutlah yang akan mengecek identitas milik Dilla.
Setelah identitas telah terbukti, Dilla menjauhkan wajahnya dari layar monitor lalu duduk di atas meja kerjanya.
"Gunakan kursi untuk duduk, A." tegur laki-laki paruh baya.
Walaupun kesal, Dilla tetap mengikuti nasihat laki-laki itu. Melihat tampang kesal anak didiknya membuat si pria tersenyum. Dan kini sudah berkutat dengan rokoknya.
"Bisa kau keluar?" tanya Demon pada si Pria, "Asapnya."
"Ups." Si Pria pun beranjak lalu keluar dari ruangan bulat itu.
"Mr. Han emang suka seenaknya. Dia kira dia siapa." marah Demon.
"Aku tau Bahasa Indonesia, Demon." teriak Mr. Han di ambang pintu yang membuat Dilla dan Godric menahan senyum mereka.
"Shall we begin?" tanya suara dari telepon genggam milik Dilla.
"Silahkan, Bee." jawab Dilla.
"Anindita Abrama Fatwaja adalah putri tunggal--"
"Aku sudah tau." potong Dilla, "Langsung keintinya saja."
"Saat itu Dita sedang keluar rumah untuk membeli cemilan, menurut para pembantu, ia sedang terburu-buru setelah menerima telepon dan enggan untuk diikuti oleh para penjaga. Ia mengendarai mobil Volkswagen miliknya, setelah tiga jam meninggalkan kediaman Dita belum pulang juga. Dan saat itu juga di curigai teroris yang sedari dulu berada di Indonesia pergi meninggalkan Indonesia. Petinggi mengambil kesimpulan bahwa, Anindita di jadikan sari bunga agar lebah mendekat."
"Hari ini, sudah hari ke?" tanya Dilla.
"Tujuh."
"Dan kami baru mengetahuinya?"
"Mereka tidak ingin melukainya, mereka hanya ingin membuat Lebah mendekat."
"Understand."
"Ok. Misi mu adalah, temukan sari bunga dalam waktu tiga hari. Jika tidak maka nyawanya dalam bahaya."
"Lo bilang mereka gak bakal ngelukain Dita--"
"Memang tidak. Tapi akan jika itu di perlukan."
"Ok. Thanks, Bee."
Dilla memutuskan sambungan telepon tersebut. Lalu berkumpul di tengah ruangan bersama kedua rekannya. Tak lama setelah itu masuklah Mr. Han.
"Childs, tebak apa yang aku temukan." ucap Han sok misterius.
"Apa?" tanya Godric yang menanggapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Of The Stars
FantasyOpen your eyes, then see, you know the way our horizons meet?