1.

2.4K 50 1
                                    

Di sebuah rumah tak terlalu besar namun cukup adalah tempat anak yang tak bisa bersekolah berkumpul. Di sana mereka di ajari pelajaran anak seusia mereka yang bisa bersekolah. Seperti sekolah biasa.

Namun bedanya, jika di sekolah ada guru, maka di rumah itu tak ada. Hanya ada sukarelawan yang rela membantu tanpa meminta balasan apapun.

"Kak!" seorang anak perempuan mengangkat tangannya dengan semangat.

Orang yang di panggil Kak itu pun menyahut.

"Di dalam hidup Kakak, apa ada pahlawan selain orang tua Kakak?" tanya si anak perempuan dengan polos.

Yang di tanya tampak berpikir, "Ada."

"Siapa?" tanya anak satu kelas penasaran.

"Kakak gak tau namanya siapa." jawaban dari si Kakak membuat anak didiknya kecewa. Si Kakak tertawa, "Tapi Kakak tau kenapa dia di sebut pahlawan."

"Oh ya?! Kenapa, Kak?" celetuk anak lain.

"Dia relain nyawanya untuk membantu orang lain ya Kak?"

Si Kakak terdiam, lalu tersenyum menatap Anak-anak didiknya.

"Jadi dia sekarang udah gak ada, Kak? Udah sama Tuhan ya?"

"Duh Cilla penasaran, Kak. Soalnya Cilla gak pernah jumpa pahlawan. Orang tua Cilla kan udah gak ada. Kakak enak bisa kenal sama pahlawan itu." celetuk anak cewek yang bernama Cilla dengan polos.

"Pahlawan itu bukan hanya menolong orang dengan mengorbankan nyawanya, Cilla. Kakak yakin Cilla bakal nemuin pahlawan Cilla kok. Mungkin gak sekarang, tapi nanti waktu Cilla udah besar." jawab si Kakak dengan anggun.

Si Cilla mengangguk mengerti.

"Kak, ceritain dong! Kan kita udah selesai belajar."

"Oke." ujar si Kakak dan langsung duduk di bersila, di ikuti dengan anak didiknya.

***

Dilla mendengarkan apa yang dosennya jelaskan. Namun pikirannya ke tujuan lain. Tidak banyak yang bisa ia tangkap apa yang dosennya jelaskan karena ia sedang tidak fokus.

Cepetan!

Dilla gusar mendengar gerutuan dari suara seberang. Dan cewek itu menghitung mundur. Pada hitungan terakhir tepat jam pelajaran telah usai dan dosen pun segera menutup kelas lalu beranjak keluar.

Setelah memastikan bahwa ruangan yang Dilla tempati kosong, barulah ia berjalan menuju sebuah dinding yang menjadi pembatas antara ruangan lain. Di tekannya sisi dinding tersebut sehingga bergeser dan memberi ruang untuk bisa di masuki.

"Semudah itu?" tanya Dilla pelan pada dirinya sendiri.

Namun saat Dilla masuk ke dalam ruangan di balik dinding tersebut, ia hanya terdiam sambil memperhatikan apa yang ada di hadapannya.

Otaknya berpikir namun ekspresi wajahnya tidak seperti orang berpikir.

Dilla menghela nafasnya lalu mengambil tas punggung yang sedari tadi di pakulnya.

Ia mengeluarkan sebuah parfum yang sering ia bawa kemana-mana, di semprotkannya parfum ke udara karena ingin memastikan sesuatu.

"Agen A, apa yang kau temukan?"

"Ruangan yang penuh dengan laser hijau. Ku harap kau bisa mematikan laser tersebut." jawab Dilla.

"Tak ada akses masuk, biasanya jika laser tidak di matikan secara otomatis, maka ada cara manual-nya."

All Of The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang