Marvin membuka matanya secara perlahan. Ia bisa merasakan sinar yang menyilaukan matanya. Lampu itu tepat di hadapan wajahnya. Sehingga ia tak bisa melihat apapun.
"Kamu udah sadar?" tanya sebuah suara yang berada di sampingnya.
Marvin menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Pemilik suara itu cewek.
"Lo siapa?" tanya Marvin.
Saat hendak bangkit. Ia baru menyadari bahwa tangannya di ikat ke belakang sandaran kursi.
"Dita." jawab gadis itu. Marvin bisa merasakan bahwa cewek itu tersenyum, "Dan kamu? Kenapa kamu bisa ada di sini?"
"Gue Marvin. Di sini? Emangnya ini dimana?"
Cewek itu tertawa, "Sudah aku tebak. Kamu tidak mengetahui apa-apa."
"Dan lo tau apa-apa?" tanya Marvin yang kesal karna ia tak mengetahui apa-apa. Dan ingatannya belum kembali pulih karena rasa sakit yang ia rasakan.
"Aku di sini karena mereka ngincar aku sejak aku masih kecil. Aku gak tau karena apa. Yang jelas ini bukan pertama kalinya aku di sandera." jelas Dita.
"Lo bisa gak ngomong pake gue-lo aja?"
Dita menggeleng kikuk.
"Oke. Lupakan." balas Marvin yang tak mau memperpanjang soal penyebutan, "Jadi karena ini bukan yang pertama kalinya lo di culik jadi lo biasa-biasa aja?"
"Nggak juga. Cuma aku yakin bakal ada yang datang ke sini buat nyelamatin aku."
Hah ini beneran awkward. Rintih Marvin
"Polisi?"
Dita menggeleng, "Bukan."
"Jadi?"
"Nanti kamu bakal tau kalau mereka udah di sini."
"Lo sebenarnya siapa? Lo anak mafia atau semacamnya?" tanya Marvin.
"Anindita Abrama Fatwaja." gumam Dita menyebutkan nama lengkapnya.
Fatwaja?
"Lo anak Presiden yang ke--sekian itu?" tanya Marvin dengan mata terbelalak.
Dita tersenyum lalu mengangguk, mengiyakan pertanyaan Marvin.
"Lo gak tau alasan kenapa lo selalu di incar?"
"Sedikit tau. Mereka ngincar sesuatu yang berharga. Dan aku jadi umpannya." jawab Dita yang tersenyum kecut.
"Emas?"
"Dia lebih dari sekedar emas." jawab Dita.
"Dia? Bokap lo?"
"Papa gak bisa lebih dari emas. Dia berguna buat organisasi ini. Tapi di hal yang negatif. Dia juga bisa berguna di sisi yang positif jika yang mngendalikannya orang yang baik-baik."
"Lo bisa kasih tau Dia itu apa? Atau siapa?"
"Kamu gak tau dia siapa. Cuma, dia kelas A di bidang apapun. Manusia yang hampir mencapai kesempurnaan."
"Gak ada manusia yang sempurna." bantah Marvin.
"Memang." balas Dita menyetujui, "Aku bilang hampir mencapai kesempurnaan."
"Dia robot-manusia?"
Dita tertawa, "Mana ada robot-manusia. Dia punya hati."
"Emang ada orang semacam itu?" tanya Marvin pada diinya sendiri.
Dita menggumam untuk menjawab pertanyaan Marvin, "Aku dari kecil kenal sama dia."
"Sahabat lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
All Of The Stars
FantasyOpen your eyes, then see, you know the way our horizons meet?