Part 20.
Kediaman Alexander, 01.00 dini hari.
Drrt.. drt..
Ponsel Dilla bergetar, dengan setengah sadar, Dilla menangkat ponselnya.
Alex.
"Ada apa, Lex?" tanya Dilla dengan nada serak.
"...."
"Gue otw ke sana."
Dilla segera bangun dari tidurnya, langsung mencuci muka, dan langsung bergegas mengganti baju, setelah itu ia keluar kamar dan berjalan kearah garasi mobil tanpa membuat suara sedikit pun.
Tak lama kemudian, ia sampai di kantor Mr. Han.
"Gimana perkembangannya?" tanya Dilla pada Alex.
"Kayaknya mereka nargetin rumah lo." Jawab Alex.
Dilla menghela nafasnya.
"Kok mata lo bengkak?" tanya Alex.
Dilla pun langsung sadar bahwa tempo malam itu ia menangis di pelukan Rio lalu tertidur.
"Bukan apa-apa," jawab Dilla dengan cepat, "Lo udah pelajari bom jenis apa yang bakal di pakai?"
Alex mengangguk, lalu menggeleng, "sebenarnya gue tau pasti bom jenis apa, tapi, lo tau, gak ada penjinaknya."
Dilla menghela nafasnya, ia memang sudah sering menjinakan bom, "Sama sekali gak ada?"
"Sebenarnya ada."
"Siapa?"
"Elisabeth."
Dilla mengangguk, "Bagus. Lo tau dia dimana? Kita ha-"
"Dia udah meninggal sejak lama, Dill."
Dilla hampir saja mengumpat kesal, "Profil?"
Alex menunjuk sebuah amplop cokelat yang berada di atas meja, Dilla segera membuka amplop tersebut.
Betapa terkejutnya Dilla saat melihat foto yang tertera di kertas itu.
"Argh!" teriak Dilla frustasi.
Alex melompat kaget mendengar teriakan Dilla.
"Elisabeth! Lo bisa gak ke sini bentar? Gue butuh bantuan lo!" teriak Dilla seperti orang gila memanggil Elisabeth.
Alex yang mendengarnya hanya merinding disco.
Dilla kaget saat melihat foto Elisabeth karena Elisabeth yang di maksud adalah Elisabeth yang membuat Dilla menginjakkan kakinya di Trivanium untuk pertama kalinya.
"Lo bisa manggil makhluk yang udah mati, Dil?" tanya Alex.
Dilla menggeleng, "Gue bisa ngelihat, dulu, Elisabeth suka nganggu gue, tapi dia juga suka ngebantu gue buat nge-" Dilla menghentikan omongannya.
"Nge-apa?" tanya Alex.
"Ngejinakin bom." Lanjut Dilla dengan tatapan menerawang.
Bukan Elisabeth saja yang pernah membantu Dilla, bahkan Dimas dan Elle juga, sekarang Dilla baru menyadari bahwa ada alasan mengapa Dilla bisa melihat makhluk seperti mereka.
"Jadi sekarang dia ada?" tanya Alex
Dilla menggeleng, "Gak."
Ia ingat bahwa makhluk Trivanium tidak akan bisa ke bumi lagi, contohnya seperti Dimas. Dilla pun ingat bahwa Dimas sudah mengucapkan salam perpisahan. Bagaimana ini bisa terjadi di saat Dilla membutuhkan salah seorang dari Trivanium?
KAMU SEDANG MEMBACA
All Of The Stars
FantasyOpen your eyes, then see, you know the way our horizons meet?