03. Kantin

25 13 20
                                    

Alea dan Rayyan benar-benar akan kerja sama untuk menyelesaikan hukuman yang di beri Bu Marni dan sekarang mereka berdua ada di kantin, "Tumben kalian berdua semeja, biasanya jauh-jauhan sembari ledek-ledekan." Ibu Kantin menyerahkan semangkuk mie goreng kepada Alea dengan wajah terheran-heran, "perasaan tadi pagi kalian berantem kenapa tiba-tiba jadi akrab begini?"

"Kita ada kerja sama, Bu." Alea menjawab seadanya. 

"Hati-hati loh." 

Alea menyeritkan keningnya, "Kenapa?"

"Nanti suka-sukaan." 

Rayyan langsung berseru, "Nah makanya saya sekarang lagi mau bikin aturan buat kerja sama ini!" serunya. 

Ibu Kantin terkekeh pelan, "Nanti juga aturannya gak berlaku."

Rayyan yang tampak kesal memasang wajah sangarnya membuat Ibu Kantin cepat-cepat pergi dari hadapannya. Setelah Ibu Kantin pergi Alea mengaduk mie goreng miliknya yang di beri kuah sedikit—itu memang kebiasaan Alea sejak dulu sedangkan Rayyan hanya memperhatikan gerak-gerik Alea sembari bergumam, "Pantesan, doyan micin."

"Lo mau ngatain gue bego karena kebanyakan makan micin?" tanya Alea yang tanpa segan diangguki Rayyan. 

Alea hanya bisa menghela nafas pasrah dan lanjut memakan mie goreng nya, "Kapan mau dimulai kalo begini."

"Ya lo ngomong aja kuping gue masih berfungsi," balas Alea disela-sela mengunyah lalu karena seret ia meminum air putih yang dipesan olehnya tentu saja Alea memesan es teh manis juga, dua gelas hanya untuk dirinya seorang namun karena jika minum es teh saja tidak menghilangkan dahaga jadi Alea memesan air putih dingin juga. 

Rayyan mengangguk, "Gue punya beberapa aturan." 

"Iya gue tahu, lo tinggal sebutin apaan."

"Pertama, lo gaboleh ngaret alias harus on time." Alea mengangguk, ia tidak keberatan dengan ini karena dirinya selalu on time. 

"Terus."

"Kedua, selama kita belajar mengajar gaboleh mainin handphone."

"Kalo ada yang telpon?"

"Angkat tapi speakerin biar saling tahu, gue ataupun lo." Alea mengangguk setuju, sebenarnya Alea lumayan tidak setuju dengan syarat yang satu ini namun sudahlah hitung-hitung Alea mengurangi bermain ponsel. 

Karena sudah sangat kenyang Alea tak sengaja bersendawa nyaring didepan Rayyan membuat laki-laki itu menatapnya tak percaya, "Lo jorok banget, sih!" 

"Gue gak sengaja, gue mikir ini lagi sendirian." 

Rayyan mengabaikan alasan Alea lalu melanjuti ucapannya, "Dan yang terakhir—"

"Eh ntar dulu! Gue mau nanya tentang peraturan yang kedua, kan gaboleh main handphone tapi boleh nyetel musik, kan?" tanya Alea karena kebiasaan Alea ketika belajar ia pasti menyetel musik. 

Rayyan diam sejenak lalu menggeleng, "Gak boleh! Orang kayak lo kalo belajar sambil dengerin lagu belajarnya gak selesai nyanyinya lanjut." sial, Rayyan mengetahui itu. Memang benar ketika Alea belajar sembari mendengarkan musik dirinya menjadi lebih banyak bernyanyi daripada memahami hal yang  dipelajari mungkin ada orang yang bisa mendengarkan musik sembari belajar tanpa memecah kefokusan belajar namun Alea bukan orang tersebut dan jika belajar tanpa mendengarkan musik Alea hanya akan mengantuk. 

"Dih! Please boleh dong," pinta Alea. 

"Nggak."

Alea mencibir seharusnya ia tidak menanyakan hal tersebut kepada Rayyan agar syaratnya tiga saja tidak empat. "Dan yang terakhir, kita sama-sama gaboleh suka-suka an."

MATH VS ARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang