Malam ini Alea menjenguk Kalandra sebelumnya ia mendapat kabar kalau tangan pria itu ternyata harus di jahit walaupun hanya beberapa jahitan hal tersebut membuat Alea semakin benar-benar tidak habis pikir bagaimana Kalandra bisa berjalan ke cafe hanya untuk membeli segelas es cokelat padahal tangannya sangat parah, "Nih." Alea datang membawa segelas cokelat panas untuk Kalandra.
Pria ini tersenyum, "Thank you!" Kalandra meraih segelas cokelat panas yang tadi Alea belikan untuknya.
"An, jujur gue gak ngerti apa yang ada di pikiran lo."
Kalandra malah terkekeh sembari menyeruput cokelat panasnya. "Kalo emang cokelat bisa bikin lo tenang kenapa gak langsung beli aja cokelatnya ngapain kebut-kebutan dulu?"
"Luka kayak gini ditambah cokelat itu rasa tenang nya jadi double."
"What the-"
"Beneran, Al."
Alea diam ia bingung harus apa karena ia tidak akan bisa mengubah Kalandra menjadi seperti sosok yang ia inginkan atau setidaknya mengubah Kalandra agar self harm nya hilang—ia tidak bisa mengubah Kalandra dan pria ini bukan sebuah lego yang bisa Alea susun sesuka hatinya. "Gue baik-baik aja, Al."
"Dengan tangan abis di jahit, itu baik-baik aja?"
Kalandra tersenyum, "Sepanjang gue hidup gak pernah ada yang khawatir sama gue sampe segininya."
"Maksudnya?"
"Probably, lo orang pertama yang khawatir sama gue sampe segitunya, makasih ya gue jadi tau kayak gimana rasanya dikhawatirin sama orang."
Alea mengangguk sepertinya ini pun kali pertama ia sangat khawatir dengan seseorang tentu saja setelah Papanya. "An, lo ada masalah apa sih sama Rayyan kok dia sampe bisa segitunya?"
Kalandra meneguk lagi cokelat panasnya lalu berkata, "Enggak kenapa-napa, Al emang tadi Rayyan ngapain gue? Kan temen-temen nya yang tadi berurusan sama gue, bukan Rayyan."
"Gue tahu dia ketuanya."
Kalandra malah tertawa, "Emang lo kira apaan ketua-ketuaan? Dunia gengster? Mafia? He's just a Rayyan."
"Tapi kalo temen-temen nya aja gak suka sama lo berarti Rayyan juga," kata Alea.
"Toh kalopun emang Rayyan gak suka sama gue ya biarin aja, Al udah malem mending lo balik."
"Dih ceritanya ngusir nih?"
Kalandra menggeleng sembari tersenyum, "Enggak ngusir lagian emang lo mau nginep kan enggak juga, daripada ke maleman ntar diomelin." Benar juga, pikir Alea yang padahal ia masih ingin disini menemani Kalandra.
Alea pamit pulang pada Kalandra entahlah kata pria ini kerabatnya akan datang untuk menemaninya namun ketika ingin memesan taksi Azrine menelponnya ketika Alea angkat dia langsung menangis membuat Alea sedikit terkejut, "Lo kenapa?" tanya Alea.
Azrine sembari tersedu berkata, "Al gue pusing."
"Pusing kenapa?"
"Tugas kampus."
"Lo istirahat dulu jangan di push terus kerjain nanti lagi," ujar Alea.
"Udah, tapi deadline tugas nya sebentar lagi."
Alea menghela nafasnya lalu terbesit sesuatu. "Gue lagi di luar lo mau gue beliin makanan gak?" tanya Alea karena memang Azrine sangat suka sekali jajan makanan.
"IYA MAU!" pekik Azrine nadanya langsung lebih bahagia dari yang tadi.
Seharusnya Alea yang menangis seperti itu dan Azrine yang menenangkannya karena Azrine dua tahun lebih tua daripada Alea namun sudahlah tak apa. Jadi Alea berjalan ke luar rumah sakit setahu Alea disebrang jalan sana banyak yang menjual makanan seperti kebab, martabak, telur gulung dan yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATH VS ART
Novela JuvenilKisah dua remaja yang mempunyai dua kepribadian yang berbeda. Alea Narendra dengan kreativitas dalam dirinya dan Rayyan Aldaric pria yang lebih menyukai pelajaran hitung-hitungan yang tidak lain adalah Matematika. Alea dan Rayyan sering bertengkar...