13. Rangga

11 6 9
                                    

Karena kemarin malam Alea keasikan membaca buku hingga lupa waktu alhasil ketika di sekolah ia harus menahan rasa kantuknya. Mungkin Alea hari ini pun sedang beruntung karena ketika pelajaran selanjutnya guru mata pelajaran absen jadi kelas Alea kosong. "Al, gue laper mau ke kantin ikut gak?"

"Nggak, gue ngantuk." Lalu Zoe pergi ke kantin meninggalkan Alea, padahal ia tadi hanya sarapan roti saja namun rasa kantuknya benar-benar sudah tidak bisa ditahan jadi ia akan tidur saja dan makan nanti.

Namun belum lama Alea tertidur seseorang seperti menaruh gelas dan mangkuk secara bersamaan hal itu membuat Alea terbangun. "Gue ngantuk ngapain sih?!" kesal Alea yang ternyata Rayyan sudah ada di hadapannya dia juga yang menaruh gelas dan mangkuk tersebut—itu adalah es teh dan bubur ayam.

"Makan," ujar Rayyan.

Alea tadinya ingin menolak namun perutnya juga lapar jadi ia mulai mengaduk bubur nya untuk ia makan—ia jadi mengubah rencana nya yang ingin tidur dulu jadi makan dulu, "Kok lo keluar kelas?" tanya Alea.

"Kelas gue juga kosong."

"Dih, bisa gitu."

"Bisa lah."

Alea mengangguk-angguk sembari menelan bubur ayam yang sudah diaduknya itu, sejujurnya dulu Alea tidak suka makan bubur karena entah mengapa rasanya hambar namun ketika ia sudah tahu kalau ada orang yang makan bubur di aduk ia jadi tergiur untuk melakukannya walaupun awal-awal ia jijik namun—ternyata rasanya enak. "Kok tumben lo baik?"

"Emang gue biasanya jahat?"

"Lo nggak nyadar lo jahat?"

Rayyan diam malah memperhatikan Alea yang sedang makan padahal gadis ini tadi sangat mengantuk. Alea meraih segelas es teh yang ada di meja lalu ia merasa seperti ada yang kurang ketika sudah ingat ia langsung berkata, "Dih kok es teh nya satu doang sih?!" seru Alea tak terima.

"Emang gak cukup?"

"Ya setidaknya sama air mineral kek satu lagi es teh segelas doang mah kurang."

"Jangan salah in gue lah."

"Kan lo yang beli," kata Alea.

"Bukan gue, Sheyla yang beli gue yang anter."

Mendengar itu Alea mengerutkan keningnya bingung, mengapa Sheyla membeli ini untuk Alea?

"Sheyla? Kok dia beli ini buat gue?" tanya Alea.

Rayyan mengangkat bahunya sembari bergumam, "Sebagai permintaan maaf kali." Benar juga, mungkin Sheyla merasa bersalah karena sudah mengadukan Alea ke orangtuanya namun mengapa gadis itu tidak memberikan kepada Alea sendiri, mengapa harus menyuruh Rayyan.

Lalu setelah Alea selesai menghabiskan makanan maupun minumannya ia bersendawa nyaring membuat orang-orang yang ada di kelas menatap ke arahnya, "Maaf teman!" seru Alea cengengesan.

"Beradab sedikit orang mah," sindir Rayyan.

Alea tidak mengacuhkan sindiran laki-laki ini. Lalu Amara datang menghampiri Rayyan, "Ray ayo." Alea melirik Amara sekilas lalu membuang wajah jengah.

"Iya, lo duluan aja."

"Lusa udah acaranya loh, Ray kok lo gitu sih."

"Iya Amara, nanti gue nyusul."

"Lo mau ngapain dulu sih? Emang dia lebih penting daripada olimpiade ini?" Suara Amara mulai meninggi.

Alea yang sedari tadi diam mulai berkata, "Sorry gue gamau denger ribut-ribut jadi mending keluar deh, sumpah gak penting sama sekali."

MATH VS ARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang