04. Rumah Rayyan

27 10 23
                                    

Senang sekali rasanya ketika Alea mengetahui dirinya bertemu dengan idolanya—Harry Styles, Louis Tomlinson, Niall Horan, Liam Payne dan Zayn Malik yang biasa orang kenal sebagai personil boyband One Direction. Alea bertemu dengan kelima pria itu ketika dirinya sedang jalan-jalan di kota London. "May I have your number?"

Detik itu juga Alea membulatkan matanya karena tak percaya seorang Zayn Malik meminta nomornya belum ia memberi nomornya pada Zayn Malik tiba-tiba dirinya terganggu akibat suara dering ponsel yang menggema. "Sial! Siapa sih yang nelpon bentar lagi Zayn punya nomor gue tuh!" umpat Alea yang merasa mimpi indahnya terganggu.

Ketika ia mendapati ponselnya ternyata yang menelpon adalah Rayyan—sial awas saja Rayyan kalau tidak penting namun sepertinya penting karena Rayyan jarang sekali menelpon Alea. "Hallo, ada apa?!" Alea sedikit berseru karena masih merasa kesal.

"Kerumah gue."

"Ha ngapain? Azrine minta gue kesana?"

"Gue yang minta lo ke sini bukan Azrine."

"Dih ngapain lo minta gue kesana? Mau nge jadiin gue babu?"

"Iya."

"Gak penting banget Demi Jenggot perak Albus Dumbledore! Gara-gara lo Zayn Malik jadi gak punya nomor gue!"

"Kenapa tiba-tiba Zayn Malik punya nomor lo? Lagian emang lo gak inget perjanjian tadi disekolah?" Setelah mendengar itu Alea langsung teringat bahwa dia dan Rayyan sepakat untuk saling membantu mengerjakan tugas hukuman, "nah lo udah inget kan, gue tunggu sepuluh menit lagi." Rayyan langsung mematikan panggilan telepon tersebut sepihak.

Alea langsung tersadar belum sempat ia berseru karena sepuluh menit sangat cepat sekali. Alea belum mandi, ganti baju dan tentu saja perjalanan kesana. "Ish! Si Rayyan orang gila!" umpat Alea segera saja dia mengambil baju nya tanpa mandi lebih dulu.

Alea sudah siap dengan sebuah dress berwarna nude dan tas yang berisi buku-buku lalu ia menuruni anak tangga dan tentu saja pamit kepada Bundanya, "Kamu mau kemana, ini udah sore loh."

"Aku ada tugas kelompok bareng Rayyan."

"Beneran tugas?"

"Iya Bunda banyak banget."

Lalu Bunda Alea mengangguk, "Naik apa kesana?"

"Ojek atau taxi."

"Bunda antar."

Alea menggeleng karena tahu Bundanya pasti banyak pekerjaan rumah, "Aku pesen taxi aja ya? Bunda boleh tanya Rayyan kalo gak percaya, oke Al pergi dulu ya Bunda! Assalamualaikum!" seru Alea yang bergegas sembari menekan-nekan layar ponselnya untuk memesan taxi online.

Ketika taxi yang dipesan tiba dan Alea sudah duduk didalamnya itu sudah lebih dari sepuluh menit yang berarti Alea tidak on time namun sudahlah itu bukan kesalahannya. "Terimakasih, Pak." Ketika sudah sampai Alea turun dan membayar argo yang tertera.

Alea menekan bel yang ada lalu Azrine keluar untuk membukakan pintu, "Ada apa? Kok lo kesini?"

"Ada tugas bareng adik lo."

"Wah! Sesuatu yang sangat langka!"

"Kalo bukan karena tugas ogah gue juga kerja sama bareng orang kayak si Rayyan."

Azrine terkekeh lalu mereka masuk kedalam, disana sudah ada Rayyan dengan buku-bukunya dan tentu saja buku yang di berikan oleh Bu Marni kepadanya. "Lo telat," ujar Rayyan tanpa menatap Alea dia membaca bukunya.

"Lagian lo gak waras dari rumah gue kesini aja sepuluh menitan!" balas Alea tak terima.

Lalu pria itu menyuruh Alea duduk sedangkan Azrine pamit ke kamar nya untuk melanjutkan menonton film. "Alea mau minum apa?" tanya wanita paruh baya yang dikenal Alea sebagai pembantu dirumah ini namun walaupun Bibi hanya seorang pembantu Rayyan dan Azrine sudah menganggapnya seperti Ibu sendiri karena Alea tahu dari Azrine kalau Kakak-adik itu diurus oleh Bibi sejak kecil.

MATH VS ARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang