Ketika bel sudah berbunyi Alea dan Zoe langsung bergegas untuk pulang namun tiba-tiba Rayyan malah mengajak Alea untuk ikut bersamanya membuat Zoe mengerang sebal. "Mau kemana, sih?" tanya Alea, mereka sedang ada di perjalanan.
"Ke basecamp nongkrong," balas Rayyan.
"Mau ngapain ke sono? Mau nyulik gue?"
"Ngapain gue nyulik lo, untung enggak buntung iya."
Alea diam saja menikmati udara jakarta, tak lama kemudian mereka sampai di sebuah cafe yang isinya Alea tahu itu adalah teman-teman Rayyan. Alea pikir tempat nongkrong Rayyan seperti gudang yang biasa anak-anak nakal tempati namun ternyata tidak ini adalah sebuah cafe yang cukup menarik.
Ketika mereka masuk Rayyan langsung di sambut oleh teman-temannya. "Hey, sobat!" seru teman Rayyan kepada laki-laki itu.
"Cewek baru lagi, nih?" timpal yang lain.
Alea menggeleng, "Gue majikan dia."
Teman-teman Rayyan tertawa, "Baru kali ini gue liat lo di rendah in sama cewek, Ray."
Rayyan diam saja tak menanggapi lalu mereka duduk di bangku yang kosong, "Mau pesen apa?" tanya seorang pelayan yang ternyata dia adalah Ezra.
"Lo kerja disini?" tanya Alea.
"Cafe nya punya bokap gue, udah gausah banyak wawancara lo berdua mau pesen atau enggak?!"
"Gue kayak biasa," kata Rayyan.
"Gue samain."
Lalu Ezra kembali untuk membuatkan pesanan Alea dan Rayyan. "Kenapa orang tua gue bisa tahu ya? Tapi kata Bu Marni dia gak pernah bilang ke siapa-siapa terus siapa dong yang bilang," ucap Alea sembari mengeluarkan buku dari tas ranselnya.
Lalu tiba-tiba di benak Alea terbesit seseorang—Amara. "Apa jangan-jangan Amara yang iseng soalnya dia kayak gak suka banget sama gue for no reason."
"Bukan Amara," kata Rayyan.
"Lo tau darimana bukan Amara?"
"Karena emang bukan Amara."
Alea terkekeh, "Lo di kasih apa sama si Amara sampe ngebelain dia begitu, padahal gak punya bukti."
"Rasa benci yang membutakan mata dan hati lo," kata Rayyan, "kalo gue gak punya bukti Amara gak salah emang lo punya bukti kalo dia salah, enggak kan?"
Apa yang Rayyan bilang benar mungkin bisa dibilang kalau Alea sekarang sedang memfitnah Amara bisa saja sebenarnya memang Bu Marni yang memberitahu orang tua Alea namun guru itu tidak mau mengaku dengan bilang dia tidak pernah memberitahu siapapun. "Emang lo punya bukti kalo Amara gak salah?" tanya Alea.
"Udah buka buku lo," kata Rayyan.
Alea berdecak sebal ia segera saja membuka buku nya lalu Rayyan mulai menerangkan materi-materi yang belum Alea pahami. "Ray, kok gue terus sih yang diajarin terus, tugas lo gimana?" tanya Alea yang mengingat kalau tugas hukuman Rayyan sama sekali belum di kerjakan.
"Gampang gue mah."
Lalu Alea disuruh untuk mencatat materi-materi penting oleh Rayyan, "Kalo bukan Bu Marni atau Amara siapa lagi yang bilangin ke bokap nyokap gue," gumam Alea sembari terus menulis.
"Intinya bukan Amara," balas Rayyan.
Alea berdesis rasanya ia ingin meninju wajah Rayyan, ia tidak mau meneruskan obrolan itu lagi jadi ia fokus saja dengan tulisannya lalu tak lama kefokusan Alea terpecah karena teman-teman Rayyan seperti sedang mengusik seseorang. "Berani banget lo dateng kemari," ujar salah satu teman Rayyan yang terdengar oleh Alea.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATH VS ART
Teen FictionKisah dua remaja yang mempunyai dua kepribadian yang berbeda. Alea Narendra dengan kreativitas dalam dirinya dan Rayyan Aldaric pria yang lebih menyukai pelajaran hitung-hitungan yang tidak lain adalah Matematika. Alea dan Rayyan sering bertengkar...