Ketika pelajaran tadi usai Alea memutuskan untuk pergi ke perpustakaan, akhir-akhir ini di sekolah Alea memang selalu sendiri karena Zoe-sahabatnya sedang ada urusan keluarga di luar kota mungkin akan kembali beberapa minggu lagi namun semoga saja lebih cepat karena Alea jadi tidak ada teman jika Zoe tidak ada.
Sesampainya Alea di perpustakaan gadis itu memilih buku untuk ia baca setelah dapat ia mencari posisi yang nyaman, perpustakaan selalu sepi karena hanya ada anak pintar dan rajin yang pergi kesana jadi tidak ada anak yang pergi ke perpustakaan hanya untuk mendinginkan badan.
Alea membaca buku tersebut dengan tenang lama sekali ia membaca lalu matanya berat tanpa sadar ia malah tertidur-sudah menjadi kebiasaan Alea ketika sedang membaca buku adalah tertidur entah mengapa seperti itu dan kalau Alea sedang tak bisa tidur ia memilih membaca buku karena nanti ia akan tertidur dengan sendirinya.
Belum lama Alea tidur ia merasa ada seseorang yang sedang memperhatikannya, ia bangun dan benar saja Rayyan sudah duduk dihadapannya. "Kayaknya udah dikasih peringatan deh kalo perpus cuma buat orang-orang yang baca buku."
"Gue gak sengaja ketiduran!" balas Alea.
Lalu tiba-tiba seorang gadis memakai kacamata dan rambutnya di kuncir kuda menghampiri Rayyan dan Alea dia adalah Amara gadis yang terkenal pintar, Alea tahu Rayyan dan Amara adalah anggota olimpiade matematika tingkat nasional yang mewakili sekolahnya namun selain Amara pandai dalam pelajaran matematika kemampuannya dalam kesenian pun turut di kagumi, gadis itu salah satu manusia yang mempunyai otak yang seimbang. "Ray, ayo."
"Lo duluan aja," balas Rayyan.
"Emang lo mau ngapain?" tanya Amara.
Rayyan tidak menjawab pertanyaan Amara dia malah menatap Alea, "Apa?! Udah ish sana lo sama Amara aja gue mau lanjut baca buku."
"Mau lanjut baca atau tidurnya?"
"Ray udah deh sama mending lo sama Amara aja."
Rayyan mengangguk tanpa basa-basi dia malah menarik lengan Alea, "Lo juga ikut belajar!" serunya tanpa melepas pegangannya dari lengan Alea membuat gadis itu sedikit meringis kesakitan.
"Lepas dulu sakit!" seru Alea ketika mereka sudah diluar perpustakaan.
"Kayaknya Alea gak mau ikut jadi mending kita aja, Ray." Amara mencoba berkata kepada Alea.
Alea tersenyum ramah, "Nah Amara bener banget gue gak mau ikut belajar jadi lo berdua aja." Alea hendak pergi namun disana terlihat Bu Marni sedang memperhatikannya, sepertinya guru itu mendengar ucapan Alea dia menatap Alea seperti singa yang siap meyantap hidangannya, Alea membalikkan badannya lalu berkata, "Yaudah ayo gue ikut."
Rayyan dan Amara jalan beriringan Amara terus menjelaskan berbagai hal yang Alea tak mengerti sedangkan Alea hanya mengikuti dua makhluk ini. Mereka sampai di sebuah kelas yang dikhususkan untuk Amara dan Rayyan karena mereka akan mengikuti lomba. "Eh kan nanti lo ada pengajarnya masa gue ikut-ikutan disini," ujar Alea karena memang biasanya mereka diajarkan oleh seorang guru khusus untuk mengajar Rayyan dan Amara.
"Dia lagi gak ada jadwal jadi gue sama Rayyan mau belajar berdua aja."
"Duh Amara sorry karena gue lo sama Rayyan jadi gak fokus, ya?"
Amara hanya tersenyum, "Gapapa kok."
Rayyan menyodorkan sebuah kertas dan pulpen lalu ia berkata, "Kerjain soal ini kemarin pas dirumah gue udah sempet dijelasin dan lo udah ngerti jadi kerjain sekarang." Alea meraih dua benda itu lalu melihat soal yang ada di sana.
"Emang lo ada tugas apa, Al? Kok diajarin matematika sama Rayyan?" tanya Amara.
Alea kikuk lalu Rayyan menjawab, "Orang tuanya nyuruh gue ajarin dia."
"Nah iya!" timpal Alea entahlah apakah ada orang lain yang mengetahui hukuman Alea dan Rayyan juga atau hanya Alea, Rayyan, Bu Marni dan Tuhan yang tahu.
Soal-soal yang Rayyan beri Alea kerjakan dengan perlahan sesekali-atau banyak sekali Alea bertanya kepada Rayyan membuat Amara berdesis sepertinya dia kesal dengan Alea yang terus menganggu nya berdiskusi soal dengan Rayyan. "Yeay selesai!" seru Alea menyodorkan kertas dan melempar pulpennya pada Rayyan.
"Selain minus matematika lo juga minus akhlak ya," kata Rayyan.
Amara melirik soal yang Alea baru saja kerjakan, "Soal begitu doang lo sampe nanya-nanya terus?"
"Soal begitu doang? Gini ya bayangin monyet yang gak bisa berenang karena terus dilatih dia jadi bisa berenang pasti si monyet bakal seneng tapi di lain sisi ada ikan yang nge tawain rasa seneng si monyet karena bisa berenang padahal emang si monyet patut di tepuk tangan, lo meremehkan soal yang gampang karena lo bisa beda sama orang yang gabisa kayak gue ngerjain soal kayak gitu tuh rasanya kayak monyet yang berhasil berenang."
"Pembahasan lo kepanjangan padahal ringkasannya ada di akhir," sindir Rayyan yang diangguki Amara.
"Pembahasan lo monyet sama ikan itu kepanjangan Albert Einstein yang bilang 'Semua orang itu jenius. Tetapi jika Anda menilai ikan dengan kemampuannya untuk memanjat pohon, percayalah itu adalah bodoh' dengan arti lain selama-lamanya ikan gaakan bisa manjat, kan?"
Alea mengerti betul apa yang Amara maksud, Amara tahu kemampuan Alea berada di bidang kesenian jadi selama-lamanya Alea tidak akan bisa di bidang matematika. Alea adalah ikan yang tidak akan pernah bisa memanjat karena ia selama-lamanya akan terus berenang-dalam kesenian-tidak akan pernah bisa memanjat-ilmu matematika.
"Tapi gue bukan ikan," kata Alea, "ataupun monyet."
Amara mencatat dibuku nya sembari terkekeh, "Tapi tadi lo sendiri yang menyamakan diri lo sebagai monyet yang bisa berenang karena dilatih, padahal gue belom pernah ngeliat satupun monyet yang bisa berenang."
Sial, gadis dihadapannya ini bisa saja membalas perkataan Alea. Karena Alea sudah kesal ia tidak mau menanggapi perkataan Amara lagi ia malah bangkit dari duduknya dan membanting bangku lalu pergi dari kelas sialan itu. "Lo mau kemana?!" seru Rayyan meneriaki Alea.
Alea jalan saja tidak menggubris ucapan Rayyan, beruntunglah bel masuk berbunyi jadi Rayyan tidak bisa memaksanya untuk terus ada disana. "Ray sialan! Semuanya sialan!" umpat Alea.
"Apa yang sialan, Alea?" tanya Bu Marni-astaga Ya Tuhan mengapa guru yang satu ini selalu muncul secara tiba-tiba.
"Eh enggak Bu, tadi saya udah belajar sama Rayyan dan karena udah bel masuk jadi saya mau ke kelas."
"Oh yasudah, ingat ya akhir semester dikumpulkan." Alea mengangguk lalu melanjutkan jalannya menuju kelas.
Sesampainya di kelas Alea duduk dibangkunya melipat tangannya dan menyembunyikan wajah nya disana. Alea adalah manusia yang ketika kesal ia akan menangis namun ia tidak mau orang lain disekitarnya tahu ia sedang menangis jadi ia akan meredamkan emosinya agar tidak menangis. "Dasar sial!" umpat Alea bergumam.
-
Thanks for reading! 💛
Semoga kalian ngerti ya maksud dari perdebatan Alea & Amara. 🥺💛 Tapi tenang aja Amara itu salah besar kok kalo nilai begitu, maksud Albert Einstein mengatakan itu adalah biar kita jangan nilai sesuatu dari kekurangannya tapi liat hal-hal yang kita bisa jauh lebih baik daripada harus nilai suatu kekurangan.
Nothing is perfect, inget kalimat yang satu ini. Emang gak ada yang bisa sempurna karena kesempurnaan itu cuma milik Tuhan, kita jangan jadi sempurna cukup jadi orang baik yang memanusiakan manusia lain kalo kita salah ya gapapa, namanya juga manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATH VS ART
Teen FictionKisah dua remaja yang mempunyai dua kepribadian yang berbeda. Alea Narendra dengan kreativitas dalam dirinya dan Rayyan Aldaric pria yang lebih menyukai pelajaran hitung-hitungan yang tidak lain adalah Matematika. Alea dan Rayyan sering bertengkar...