10. Berandal Rosting

36 10 22
                                    

Pagi-pagi sekali Alea sudah tiba di sekolah, sembari menunggu yang lain datang Alea membaca buku di kelasnya membuat teman sekelasnya terheran-heran, mereka sebenarnya sudah tidak heran Alea membaca buku—jika buku itu adalah novel ber genre fantasi namun jika itu adalah buku pelajaran, jelas mereka terheran-heran.

Lalu tiba-tiba seseorang datang berseru, "Astaga! Alea lo kerasukan apa?!"

"Zoeee!!" pekik Alea ber gembira pasalnya sudah lama sekali ia dan Zoe tidak bertemu dan sial nya gadis ini tidak bisa dihubungi mungkin karena dia tidak mendapatkan sinyal dikampung halamannya.

"Gue bawa oleh-oleh buat lo." Zoe duduk di bangku kosong sebelah Alea, bangku itu sudah lama tidak ada yang menempatinya.

"Mana?"

"Dirumah."

"Itu namanya lo gak bawa, dodol!"

Zoe cengengesan, "Tell me everything!" seru Zoe layaknya seorang wartawan.

Alea menghadap ke arah Zoe dia mulai menceritakan segala yang terjadi mulai dari ia diberi hukuman oleh Bu Marni, membuat perjanjian dengan Rayyan hingga permasalahannya dengan Amara, "Lagian lo juga kan udah gue bilang jangan bolos terus!" kesal Zoe.

"Pas itu gue telat, Zoe."

"Terus sekarang lo tetep ngerjain hukuman yang dikasih?"

Alea menggeleng, "Gue mau balikin hukumannya ke Bu Marni."

"Kenapa lo balikin?"

"Orang tua gue udah tahu, dari awal gue milih hukuman kan biar Papa sm Bunda jangan tahu terus sekarang mereka udah tahu jadi ya gue balikin aja hukumannya." Alea menjelaskan kepada Zoe, walaupun dia mengembalikan hukumannya kepada Bu Marni ia tetap akan menjalankan misinya untuk bisa mengerjakan matematika.

"Terserah lo deh."

Alea bangkit dari duduknya lalu Zoe berseru, "Lo mau kemana?!"

"Ke Bu Marni."

"Sekarang banget, gitu?" Alea mengangguk sedangkan Zoe memilih tidak ikut dia malah tertidur dengan kepala bertumpu pada tangan diatas meja.

Alea berjalan menyusuri lorong ia pun sempat ber pas-pasan dengan Amara, gadis itu meliriknya dengan tatapan tak suka sedangkan Alea melanjutkan saja jalannya—toh ia tidak akan mencari masalah duluan. "Tumben kamu ngapain kesini?" tanya Bu Marni ketika Alea sudah sampai di ruangannya.

"Mau balikin buku," balas Alea menyerahkan buku matematika super tebal itu—menurutnya.

Bu Marni mengambil buku tersebut dan melihat halaman per halaman lalu dia berkata, "Kok baru diisi segini? Kan yang Ibu tandai harus kamu isi." Ya, Alea memang hanya baru mengisinya beberapa itupun belum di koreksi oleh Rayyan benar atau tidaknya.

"Iya, karena Ibu udah ngasih tau orang saya tentang hukuman ini jadi mending saya gausah ngerjain."

"Ibu? Ngasih tahu apa?"

"Ibu ngasih tau kalo saya bolos ke orang tua saya, kan?"

Bu Marni menyeritkan keningnya bingung, "Saya gak ngerti maksud kamu Alea, saya gak pernah memberi tahu siapapun tentang hukuman kamu dan Rayyan jadi kamu harus tetap mengerjakan soal-soal ini."

"Bu—"

"Sebentar lagi bel masuk sebaiknya kamu pergi dan bawa lagi buku ini, isi yang benar."

Dengan hati yang pasrah dan perasaan yang sedikit kesal Alea membawa kembali buku paket matematika itu ia berdecak sebal, "Sial, sial, sial!" umpat Alea.

MATH VS ARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang