"Guys?". Hening.
"Woi, Kim Mingyu! Jeon Jungkook!".
"Anjir, apasih, Choi Ujuy!".
"Makanya kalo dipanggil tuh nyaut, jan diem aja kek orang budek". Kedua laki-laki itu mengelus tengkuk masing-masing setelah ditampol barengan.
"Yaudah apaan?!".
"Kalau misalnya. Misalnya nih... gue ngilang dari hadapan kalian. Apa kalian bakal sedih?". Kedua laki-laki itu saling pandang.
"Apaan sih Juy, random amat".
"Kalau gue sih nggak". Jungkook menjawab santai sembari tersenyum seakan menantang Yuju.
"Kenapa lo nggak sedih?". Gadis itu mencoba mencari tahu.
"Karena gue Yakin kalau lo nggak bakal bisa pergi dari sisi gue". Jungkook menyeringai dan mulai memainkan helaian rambut panjang gadis itu.
Seperti biasa.
"Tapi kalau itu bener terjadi. Lo boleh mikirin gue. Nginget wajah cantik gue, suara gue atau mengenang masa dimana kita biasa bareng." Mata Yuju menerawang jauh dalam silau terang matahari.
Waktu itu Yuju mengira ucapan Jungkook barusan memang benar bahwa, ia tidak akan bisa lepas dari telapak tangan Mingyu dan Jungkook, sahabatnya. Ia berpikir bahwa ia akan selalu berada dibawah naungan nafas mereka.
Tapi pada akhirnya Yuju sadar, semua tidak akan pernah bisa ia lewati karena satu hal yang tidak bisa dipungkiri berkali-kali muncul didepan matanya. Memaksanya untuk keluar dari hasrat untuk bersama-sama dengan mereka.
"Nyokab pernah bilang. Yang bedain manusia sama syetan tuh hati. Hati itu rasa. Rasa itu jujur. Nggak mudah kececer dalam sebuah perjalan hidup. Jadi menurut kalian apa rasa itu jika terhenti pada...". Lidah Yuju seakan tercekat, tidak bisa meneruskan kalimat yang belum sempat terselesaikan.
Keningnya mengkerut. Yuju menggigit bibir bawahnya. Tercermin penyesalan dalam raut wajahnya yang seketika berubah.
"Terhenti pada seseorang.. emm.. yang salah?". Mingyu memotong ucapan Yuju yang langsung menyentak gadis itu.
Apa-apaan
Nggak mungkin kan gue bilang 'IYA'?"Salah?". Mata Yuju memencar mencari jawaban.
"Hey.. Hey... gue cuma becanda. Serius amat sih". Bahu Mingyu menyenggol-nyenggol lengan Yuju.
Yuju mengambil sesuatu yang ada dalam ranselnya. Dua buah kado kecil. Kado yang telah lama ingin Yuju berikan pada mereka berdua. Hanya saja ia malu. Tapi mungkin ini waktu yang tepat.
memang Kapan lagi Yuju bisa memberikannya?
"Nih! Buat kalian". Keduanya saling pandang dan kompak menatap Yuju bingung.
"Apaan nih?".
Yuju menyodorkan kado kecil itu menggunakan tangan kanan dan kirinya dengan malu-malu. kado berpita warna merah.
Lucu sih.
Lebih cocok kadonya diberikan pada perpempuan bukan lelaki tulen seperti Mingyu dan Jungkook. Wkwkwk"Buat gue?". Mingyu berujar pelan, sementara Jungkook hanya diam memandangi kado itu.
"Hmm".
"Makasih". Jungkook akhirnya bergumam.
"Kado dari teman nggak mungkin dibalikin pas mereka berantem-kan? Beda sama kado dari pacar yang mungkin aja bakal dikembaliin". Yuju berkata pasti.
Jungkook dan Mingyu membuka kado mereka tanpa ragu.
"Kenapa bola kacanya cuma berwarna hitam putih?". Mingyu menimbang-nimbang bola kecil dan bungkus kosong dengan pita merah yang terkulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SPECIAL] YUJU FANFICTION
FanfictionBook yang didedikasikan khusus buat Choi Yuju dan para degem-annya Edit: Judul awal: A Shadow in The Mews