"CHOI YUNAAA.... BANGUN!". Sebuah teriakan menggelegar terdengar hingga ke seluruh penjuru rumah.
"Yaampun adek, kok merem lagi. Katanya kemarin ada piket. Buruan nanti telat".
"Lima menit lagi, mah".
"CHOI SOOBIN! INI SUDAH JAM 6.45!". Laki-laki muda itu berjengit kaget hingga terjungkal dari kasurnya.
"Kenapa nggak bilang dari tadi sih, mah!". Setelahnya pemuda itu meringis karena telinganya dijewer ibunya.
"Kamu tahu kalau mama sudah bangunin kamu sejak lahir!". Soobin masih meringis.
"sa ae nih, mama... Aduh! iya mah, iya. Mbin udah bangun ini". Setelah anak bungsunya menghilang di balik pintu kamar mandi, wanita paruh baya itu kembali menggedor kamar seberangnya.
"Choi Yuna! Mama hitung sampai tiga. Satu! Dua! Ti—".
Gdubraaakkkk!!!
Seorang gadis dengan penampilan mirip gelandangan keluar kamar hingga kakinya tersandung pinggiran pintu. Gadis itu mengaduh kesakitan karena kelingking kakinya menghantam pintu hingga membiru.
"Yaampun mah, bisa nggak sih bangunin Yuna dengan halus". Kali ini gadis itu mengaduh karena telinga kirinya dijewer ibunya.
"Tau nggak, mama udah bangunin kamu pake cara halus, kasar bahkan nyaris mama siram kamu pake air seember, tapi sayang airnya sih. Udah mama teriakin juga, sampe tetangga pada kebisingan. Tapi kamunya nggak bangun-bangun. Anak perawan kok bangun siang, mau jadi apa kamu?!". Gadis itu berdecak.
"Yaelah mah, Yuna ini nanti bakal jadi petinju. Bangun siang mah nggak ngaruh sama— AWW! Sakit, mah! Iya... iyaa Yuna mandi sekarang nih". Wanita paruh baya itu menghembuskan napas sejenak sebelum kembali melangkah ke kamar ujung.
"CHOI SEUNGCHEOL!!!".
Dan kalian tau lah gimana lanjutannya perang dunia ke-3 antara nyonya besar dengan si sulung Choi satu itu..
***
"Bang?".
"Paan? Jangan nebeng gue, gue udah telat ini". Anak gadis satu-satunya keluarga Choi itu mengerucutkan bibirnya sebal.
"Mbin udah berangkat. Trus gue sama siapa dong?". Lelaki yang sibuk mengunyah sarapannya itu mengangkat bahu cuek.
"Bodoamat! Salah sendiri lelet". Gadis itu langsung menatap ibunya sambil beraegyo.
"Mah... Yuna pinjem mobil mama, ya?". Wanita yang tengah sibuk mengoles selai pada roti itu menggeleng singkat.
"Nggak, mama juga ada liputan pagi ini". Yuna berdecak.
"Trus aku gimana ke sekolahnya!". Nyonya Choi meletakkan pisaunya di atas meja.
"Mama telponin Hooney ya biar jemput kamu". Mata Yuna mendelik.
"Nggak! Nggak mau! Mama apaan sih. Dibilangin Hooney udah ada pacar Juga". Kedua orang yang duduk di seberangnya kompak mengernyitkan dahinya.
"YA TERUS KENAPA?". Tanya mereka serempak.
"Yaa... nggak enak aja".
"Bilang aja lo cemburu sama si kuda Tiongkok itu". Yuna berdecak.
"Bang Seungcheol kalo ngomong gitu lagi beneran nggak gue bantuin nyepik mbak Soojung loh". Yuna memeletkan lidahnya saat Seungcheol menampilkan ekspresi shock-nya.
"Siapa tuh, dek?". Yuna mengangkat bahu cuek.
"Gebetannya bang Cheollie". Setelahnya Yuna beranjak dan berlari menuju pintu depan sambil berteriak.
"Yuna berangkat duluan!!!".
"Gausah balik sekalian lo, tokek terbang!".
***
Yuna berkali-kali mengusap keringat yang mengalir di pelipisnya. Meski terbilang masih pagi, namun cahaya matahari pagi ini cukup terik. Apalagi Yuna diharuskan berdiri di tengah lapangan tanpa teduhan.
Ya, gadis itu terlambat masuk sekolah. Sehingga ia harus menjalani hukuman, yaitu berdiri di tengah lapangan sampai jam pertama usai. Untunglah seorang Choi Yuna ini adalah atlit sabuk hitam taekwondo. Jadi hukuman semacam ini sama sekali tidak ada apa-apanya bagi dirinya.
"Kelas 3-2, Choi Yuna!". Gadis itu menoleh ke sumber suara.
Ketua klub taekwondo sekaligus ketua organisasi intra sekolah berdiri tak jauh darinya. Yuna sudah menghela napas gusar. Dipastikan setelah ini gadis itu akan menjalani beberapa hukuman sebelum memulai latihan nanti siang. Itu karena kejadian kemarin sore.
Kejadian dimana Yuna tidak sengaja mendorong seorang siswi junior di toilet. Mengingat hal itu, Yuna lagi-lagi merasa sedikit kesal. Dia kan bukan satu-satunya yang membuat masalah. Gadis sok imut itu saja yang suka ngemis perhatian. Batin Yuna, dongkol.
"Break pertama lo temuin gue di ruang klub. Telat, gue tambah hukuman lo". Yuna mengangguk lemas.
"Sekarang, ayo balik ke kelas!". Yuna berjalan mengekori lelaki itu menuju kelas mereka dengan linglung.
Begitu sampai di depan kelas, ia baru sadar jika pagi ini adalah tes kompetensi bulanan mata pelajaran Fisika. Dan guru fisika yang terkenal garang tanpa ampun itu hanya menatap datar pada Yuna yang baru saja menginterupsi keheningan kelas karena membuka pintu tiba-tiba.
"Permisi, apa saya boleh masuk?". Pak guru dengan kumis yang sebagian sudah memutih itu menyilangkan kedua jari telunjuknya di dada kepada Yuna.
Mau tidak mau Yuna mundur teratur. Dipastikan ia akan berada dalam daftar hitam guru killer tersebut. Ia menunggu selama kira-kira 40 menit di depan kelas seperti orang bodoh. Membuka tutup aplikasi ponselnya dengan malas.
Begitu pak guru killer itu membuka pintu. Cepat-cepat Yuna memasukkan ponselnya ke dalam saku roknya. Guru itu memberi isyarat agar Yuna menemuinya di break pertama. Yuna kelimpungan. Di break pertama dia harus bertemu dua orang sekaligus di tempat yang berbeda. Bagaimana nasibnya selanjutnya....
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SPECIAL] YUJU FANFICTION
FanficBook yang didedikasikan khusus buat Choi Yuju dan para degem-annya Edit: Judul awal: A Shadow in The Mews