"Oi, Choi Minhee!". Wanita jangkung yang diteriaki itu menoleh.
"Wae, Kang Haesun-ssi?".
"Kang Haesun-ssi? Hah, ada apa dengan panggilan formal itu, hmm?". Lengan wanita yang dipanggil Kang Haesun itu sudah melingkar di pundak Minhee.
"Habis belanja, ya?". Matanya melirik keranjang belanjaan Minhee.
Sementara Minhee memutar matanya malas. Sial sekali dirinya, pagi-pagi harus bertemu wanita sok classy yang sayangnya tinggal satu kompleks dengan apartmentnya.
"Minhee-ya, apa kau sudah dengar kalau putera sulungku baru kembali dari Myanmar?". Minhee hanya diam, enggan membalas.
"Oh iya, ini kudapan khas Myanmar khusus untukmu". Haesun merogoh tas Gucci-nya dan mengeluarkan sebuah kotak yang ditaksir Minhee berisi makanan ringan.
Haesun menyodorkannya ke tangan Minhee, membuat Minhee mau tidak mau menerimanya.
"Gomawo, selamat atas kepulangan puteramu". Minhee segera melepas rangkulan Haesun dan membelok ke arah apartmentnya, tanpa pamitan pada wanita itu.
Sedangkan Haesun menyunggingkan senyum miringnya.
"Puteraku baru kembali dari Myanmar... puteri bungsuku baru menyelesaikan kuliah di Australi.. bla bla bla...".
"Mama ngomongin siapa sih sampai bersungut-sungut gitu?". Minhee menoleh dan mendapati puterinya berdiri di pintu dapur dengan segelas air di tangan kanannya.
"Mama lagi kesel sama tetangga rese, Yuna-ya". Sebelah alis gadis itu terangkat.
"Kali ini apalagi? Bisa nggak sih kalian tuh akur bentar aja. Malu tau mah diumur segini masih sering ribut".
"Denger ya, Na. Mama itu nggak pernah macing keributan. Justru si Haesun yang suka banget pamer-pamer kelebihan keluarganya". Yuna berdecak.
"lho, keluarga bibi Haesun kan emang luar biasa, jadi wajar kalau mau dipamerin. Kan emang mereka punya banyak hal yang bisa dipamerkan. Oh iya, aku bantu ngapain ini?". Minhee segera mengusir puterinya dari dapur.
"Nggak usah. Mending kamu berangkat ke kantor. Mama yang siapin sarapan".
"Mama kan juga masuk pagi? Mending masak berdua biar cepet selesai".
"Nggak! Kamu cepetan mandi, dandan yang cantik. Jangan sampai kalah cantik sama Kang Yujin".
"Kenapa jadi Yujin sih, ma!". Yuna langsung bete saat ibunya lagi-lagi membandingkan dirinya dengan Kang Yujin.
Jelas saja. Yujin itu cantik, meski pendek tapi tubuhnya termasuk rasio body goals, berpendidikan tinggi dan latar belakang keluarganya terpandang. Keluarga gadis itu tinggal di sebuah mansion mewah di daerah dekat kompleks apartmentnya. Jangan lupakan bahwa pekerjaan Yujin adalah sebagai dokter bedah plastik di sebuah rumah sakit Universitas. Sementara Yuna hanya karyawan biasa di sebuah perusahaan property.
Sejak sekolah, Yujin selalu bersinar diantara siswa-siswa lainnya. Ia berbakat dibidang apapun. Sama sekali bukan tandingan Yuna. Sebenarnya Yuna tidak pernah memiliki maslaah apapun dengan Yujin maupun keluarganya. Tapi kedua ibu mereka sudah saling bermusuhan sejak sekolah. Entah apa pemicu keduanya berseteru hingga saat ini.
***
Mata Yuna menyipit saat menatap seorang perempuan yang postur tubuhnya jauh lebih pendek darinya berjalan lurus ke arahnya. Perempuan itu terlihat sangat mencolok dengan jas putihnya yang berkibar. Semua mata memandang ke arah perempuan itu. Ia berhenti tepat beberapa meter dari posisi Yuna berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SPECIAL] YUJU FANFICTION
FanficBook yang didedikasikan khusus buat Choi Yuju dan para degem-annya Edit: Judul awal: A Shadow in The Mews