09

950 229 26
                                    

Selamat datang kembali!







09. Setuju?










;

"Jake pulaang."

Dia membuka rumahnya dengan keadaan kacau, juga baru ingat sang Papah akan pulang larut malam. Jadi dia sedikit lega jika Papahnya pulang tidak akan tau keadaannya seperti apa.

Pemuda itu menaiki tangga, memasuki kamar lalu melempar tas kesembarang tempat. Duduk di sofa yang menghadap ke jendela. Menatap senja lamat-lamat.

Sesekali menarik nafas dalam, memandangi dirinya di cermin yang berada dipojok ruangan. Luka lebamnya, di sudut bibirnya, di bagian pelipis, dia mengamati itu semua. Perutnya sedikit nyeri akibat tendangan Jay juga.

Dia tidak tau Taehyung akan bereaksi seperti apa, yang penting kamar harus dikunci dan besok berangkat sekolah diam-diam lewat jendela.

Jake beranjak untuk membersihkan tubuh, setelah itu turun ke bawah untuk mengambil beberapa makanan. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, sebentar lagi mungkin papahnya pulang.

Sialnya, dia harus memikirkan rencananya yang tercampur oleh tindakan kotor Sunghoon.

"Jake, Jake Kim bukan orang yang seperti Jaeyoon Kim. Tenang..." Jake menatap langit-langit kamar, tiba-tiba saja dia mendapatkan rencana baru hanya dengan memejamkan matanya sebentar. "Terlalu gampang buat atur ulang rencana."

Terlalu larut dalam rencananya, Jake sudah tertidur pulas sambil menggenggam sebuah apel yang sudah dia gigit sedikit. Dengan selimut yang menutupi dari ujung kaki sampai kepala, pemuda itu juga kedinginan dan sangat kelelahan.

Tak lama setelah itu, tidurnya tidak terganggu dengan suara sepatu pantofel yang berjalan ke arahnya.

Tuan rumah sudah pulang, Kim Taehyung itu mendekat dan berjongkok dihadapan Jake. "Lelah ya? Tidur yang nyenyak anak Papah." Taehyung mengusap kepala Jake yang tertutup oleh selimut. Dia berdiri dan hendak melangkah. Tapi dia kembali berbalik.

Berjongkok lagi, menarik selimut itu perlahan. Pikirnya agar Jake tidak kesusahan menghirup udara. Tapi, matanya membelalak kaget ketika mendapati sang anak babak belur, apalagi luka disudut bibirnya masih menyisakan darah segar yang sedikit keluar.

"Jake! Bangun!"

Benar saja, perasaan Taehyung campur aduk. Dia tidak bisa menahan emosinya lagi, terus meneriaki nama Jake hingga pemuda itu terbangun dari mimpinya.

"Apa? Ini masih malam Pah, Jake cape."

Taehyung merasa kasihan, dia memercikan air dari gelas. Mencoba membuat Jake sadar.

"Apa-apaan kamu? Mukanya kenapa babak belur gini, hm?"

"Papah?" Jake bertanya-tanya kenapa Taehyung bisa masuk, dia segera menoleh ke arah pintu. Mengingat setelah mengambil makanan tadi dia hanya menutu pintu itu dan lupa untuk menguncinya.

"Jujur." Tatapan menakutkan itu membuat Jake menciut seketika, mengalihkan pandangannya dari Taehyung.

"I-ini tadi jatuh dari motor."

Wah, alasan apa yang dia buat ini? Dia bahkan tidak punya motor.

"Papah bilang jujur."

Jake semakin takut ketika Taehyung berbicara dengan suara deep seperti itu. Dia menunduk, enggan menatap papahnya. Sisi Taehyung yang seperti inilah membuat Jake takut, karena tidak jauh berbeda seperti Seokjin ketika marah dulu.

❝ ʙʟᴏᴏᴅʏ ᴘᴀʀᴛʏ ❞ ||ᴇɴʜʏᴘᴇɴ [ᴇɴᴅ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang