13

853 225 12
                                    

Selamat datang kembali!

jangan lupa vote yaa, usahain vote waktu kalian online^^







13. Awal.











Akhirnya, setelah tiga hari menetap di Rumah Sakit dia bisa kembali bersekolah. Dari gerbang, dia menatap gedung sekolah paling elit itu. Mulai memasuki halaman sekolah, banyak pandangan yang tertuju padanya.

"Hoi!!"

Ah, Jake sudah menduga itu. Sunghoon menghampirinya sendirian. "Darimana aja lo?" Tanyanya sambil menatap sinis pada Jake.

Dia mulai melipat tangannya, "Enak ya rebahan di rumah, bolos latihan, bolos les juga." Tambahnya.

Jake tidak ingin menatap wajah laki-laki disampingnya ini, hatinya sudah lebih tidak suka pada Sunghoon sejak malam itu.  "To the point aja, bisa 'kan?"

Sunghoon sedikit terkejut dengan sahutan Jake, bisa-bisanya bilang seperti itu padanya. "Nanti latihan, awas kalau pulang duluan."

Jake memutar bola matanya malas, kemudian pergi mendahului Sunghoon yang masih terpaku menatapnya heran sambil menyimpan rasa kesalnya. "Lo bakal latihan keras hari ini, lihat aja nanti."



;







Guru Jung tengah memanggil Jake dan Heeseung di jam pelajaran, kini kedua siswa itu duduk dihadapan Guru Jung. Menanti sebuah kabar yang baik atau buruk bagi keduannya.

Dia menatap pemuda didepannya intens, mengharapkan ucapannya tidak begitu membebani mereka.

"Jake, kamu tau kan lomba akan diadakan lusa. Bersamaan dengan turnamen kamu, dan kamu belum mempelajari apapun. Saya tau jika kamu sangat ingin mengikuti dua-duanya, kamu harus mempertimbangkan itu. Olimpiade atau Turnamen, Jake, saya harap kamu memilih olimpiade karena kamu murid yang sangat pintar." Ucapnya, mencoba santai agar suasana tidak terlalu canggung.

Heeseung menatap Gurunya heran, seakan-akan Guru Jung ingin Jake yang mengikuti olimpiade. "Tapi, Pak. Kita belum sampai final penyelisihan, lagipula kenapa Bapak seyakin itu dengan Jake? Saya bisa mewakili sekolah ini lagi, anda meragukan saya?"

Guru Jung tidak pernah seperto ini sebelumnya, adanya kelas biasa sampai les pun dia tidak pernah mengalihkan perhatiannya dari Heeseung, bahkan dia selalu memuji Heeseung didepan banyak siswa lainnya.

Terdengar helaan pelan, "Bukan seperti itu Heeseung, saya tau kamu siswa paling jenius di Sekolah ini. Tapi seiring berjalannya waktu, saya melihat bahwa ada yang lebih dari kamu."

Kalimat terakhir yang dia ucapkan berhasil membuat harapan Heeseung jatuh begitu saja, rasa takut, marah dan kecewa kini membebani dirinya.

Guru Jung menatap keduanya bergantian, Heeseung yang terlihat tidak terima dan juga Jake yang masih menunduk diam.

"Kali ini juri akan mengambil siswa yang menyelesaikan soal paling cepat dengan jawaban yang benar paling banyak. Ingat terakhir kali kamu ikut? Kamu selisih lima menit dengan saingan kamu 'kan? Tapi beruntung jawaban kamu paling banyak yang benar dan itu membuat kamu menang. Kali ini saya mendapat kabar yang berbeda, seperti apa yang telah saya jelaskan sebelumnya. Saya harap kalian berdua bisa mengerti."

Dari yang dia ucapkan saja, Heeseung sudah tau bahwa Guru Jung benar-benar yakin pada teman sekelasnya itu. Dia merasa posisinya akan digeser setelah ini, gelarnya akan teralihkan pada orang lain. Bagaimana caranya agar dia tetap bertahan?

"Saya akan berusaha keras, Pak! Tolong, saya ingin mendapat beasiswa itu. Jadi, saya mohon andalkan saya juga!"

Sungguh, Guru Jung mengalihkan perhatiannya. Menatap suasana diluar sekolah yang terlihat sangat tentram. Dia tau betul jika Heeseung sudah mengincar beasiswa itu sejak dulu, beasiswa yang paling berpengaruh untuk melanjutkan pendidikannya. Tapi lain dari itu, dia yakin bahwa Heeseung juga akan menerima beasiswa, meski tak seberpengaruh itu.

"Kalian bisa keluar." Finalnya membuat Jake dan Heeseung terdiam, mereka beranjak keluar dari ruangan Guru Jung.

Keduanya beriringan kembali ke kelas, tapi Jake berhenti karena Heeseung sekarang menghalangi jalannya. "Jake, lo harus ikut turnamen biar gue yang ikut olimpiade." Ucapnya.

"Tapi lo nggak denger peraturannya? Kepala sekolah yang bilang ke guru Jung."

"Gue tau, tapi lo bisa ngalah kan?" Heeseung mengedarkan pandangan, dia benar-benar kesal sekarang apalagi pada Jake. "Gue tunggu jawaban lo, besok kita penyisihan dan gue harap lo ngelakuin apa yang gue mau." Dia melangkah meninggalkan Jake dengan kemarahannya, Jake tau itu. Jelas sekali bahwa Heeseung sangat ingin mengikuti olimpiade.




;



"Gila ya, Jake udah kelewatan. Hari ini terakhir latihan dan dia nggak dateng??" Ucap Jay yang masih sibuk dengan bola basketnya.

"Heeseung, lo tadi sama dia 'kan?" Sahut Sunghoon, lagi-lagi Jake membuatnya menunggu seperti waktu itu.

Sunghoon menoleh pada Heeseung yang masih melamun tak menjawab, "Lee Heeseung!" Bentaknya.

"Berisik lo!" Semuanya terkejut karena Heeseung baru saja membanting ponselnya saat meneriaki Sunghoon. Dia menatap ponselnya lalu diambil lagi, hanya tergores sedikit, bukan masalah bagi Heeseung.

"Gue nggak ada urusan sama turnamen lo semua. Gue pulang!" Heeseung mengambil tasnya lalu beranjak.

Sunghoon ikut berdiri, menghalangi jalan Heeseung yang masih mencoba ingin pulang, "Lo nggak bisa pergi gitu aja."

Heeseung terdiam kemudian menatap Sunghoon sambil tersenyum miring.

"Biarin dia nggak latihan sekarang, tapi besok Jake tanggung jawab lo. Lo harus buat dia ada di arena basket seharian, dia nggak boleh datang ke final penyelisihan! Karena cuma gue yang berhak ikut lomba itu!" Jawabnya membuat Sunghoon melepaskan tangannya dari lengan Heeseung.

Sunghoon menatap heran, tidak biasanya melihat Heeseun kacau ketika ingin mengikuti olimpiade. Mungkin karena dia sudah memiliki saingan yang berat seperti Jake, "Apa mau lo?"

Heeseung berdecak pelan, "Susah banget ikuti kata-kata gue?"

Jay yang mendengar itu langsung peka, dia mendekat lalu merangkul pundak sahabatnya, "Itu gampang, kita bakal urus. Lo tenang aja dan fokus sama olimpiade."

"Lo bisa bujuk Guru Jung dengan uang kan?"

Heeseung hanya tersenyum menanggapi ucapan Sunghoon, "Lo tau sendiri dia gimana, sok suci."


















;





Sore ini Jake masih berdiri di rooftop, menunggu seseorang. Rasanya tidak peduli dengan jadwal les atau latihan untuk turnamen. Jake percaya bahwa dirinya bisa mengatasi itu semua.

"Jake?"

Mendengar suara itu, Jake hanya melirik sekilas.

"Gue suka sama Sunghoon."
























Jake membalikkan badannya. Menatap gadis yang masih tertunduk. "Ulangi." Suruhnya dengan nada yang terdengar dingin. Menyamakan posisinya dengan gadis itu hingga wajahnya saling berhadapan.

"Gue suka sama Sunghoon."

Jake tersenyum, begitu juga dengan gadis itu—Minjeong, dia menatap Jake dengan tatapan yang senang.

Merasa langkah pertamanya berhasil mendapatkan hati Sunghoon. Kini dia tinggal mengikuti arahan Jake untuk langkah selanjutnya.

Ah, mereka tidak bisa menunggu lama lagi. Apalagi Jake, dia sudah membayangkan rencananya berjalan sesuai keinginannya.

tbc.

kesini lagi nanti malem ya, hari ini double up. Kedepannya kayaknya ada banyak jadwal jadi mungkin susah buat up :((

aku usahain dulu sambil lanjut nulis juga <3

❝ ʙʟᴏᴏᴅʏ ᴘᴀʀᴛʏ ❞ ||ᴇɴʜʏᴘᴇɴ [ᴇɴᴅ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang