25

795 201 3
                                    

25. Kelam










Sunghoon merenung di kelasnya, pikirannya berantakan sejak kemarin malam. Dia tidak ikut kelas olahraga dengan alasan sakit jadi dia memilih kembali ke kelas.

Suasana sangat sunyi sebelum seseorang memukulnya dari belakang. Sunghoon segera menjauh, menatal seorang laki-laki yang sangat dia kenal.

Jay tersenyum tipis, melayangkan kayu yang dipegangnya pada Sunghoon. Namun Sunghoon lebih dulu menendang tangan Jay hingga kayu itu terlempar jauh.

Tidak menunggu lama, dengan cepat Jay menendang tubuh Sunghoon sampai terbentur ke dinding, Jay mendekat lalu mendorong tubuh Sunghoon. Tidak bisa dipungkiri jika Jay lebih kuat dari Sunghoon, kali ini Jay sangat ingin menghabisi sahabatnya.

"Jay! Dia Jay!"

Salah satu siswa yang baru masuk kelas terkejut dan berteriak, itu memancing semua siswa ke kelas itu. Semuanya tidak berani mendekat, rasanya ingin memisahkan namun melihat Jay menyerang Sunghoon dengan brutal membuat mereka semakin takut.

"Telfon Polisi, cepet!!"

Jay tidak peduli siapapun sekarang, matanya hanya tertuju pada Sunghoon.

"Heh, pisahin mereka dong! Lo kan ketua kelas!" Salah satu perempuan mendorong tubuh Beomgyu—sang ketua kelas.

"Gue nggak berani, dia pembunuh!" Jawabnya dengan nada bergetar.

"Sunghoon kalau dibunuh gimana tuh! Gue panggil Guru Jung, lo telfon Polisi!"

Keadaan semakin menakutkan ketika Jay tiba-tiba mencekik leher Sunghoon.







Tak lama kemudian beberapa guru dan petugas keamanan sekolah datang. Mereka mencoba menjauhkan Jay dari Sunghoon.

Beberapa polisi juga datang dan segera membawa Jay.

"Nekat banget dia, Sunghoon lo oke kan?" Tanya Beomgyu sambil melirik Sunghoon. Rasa takutnya sedikit berkurang.

"Iya, oke kok."

Guru Jung menoleh, "Wajah kamu luka, ayo ke ruang kesehatan. Jake, bantu Sunghoon."

Sunghoon melihat Jake yang berdiri disampingnya sambil tersenyum menatap beberapa polisi yang memangkap Jay.




Dengan pelan, Jake membantu Sunghoon untuk ke ruang kesehatan. Tidak ada petugas kesehatan disana, mungkin mereka sibuk sendiri karena kejadian tadi. Setelah sampai di ruang kesehatan, Jake membantu Sunghoon duduk di brankas.

"Gue ambil obat dulu. Jangan gerak, ntar darahnya kemana-mana."

"Iya iya..."

Sunghoon melirik kakinya yang terluka, dia tidak sadar ada darah yang mengalir. Dia ingat tadi Jay menggoreskan sesuatu ketika dia melawan Jay.

Sunghoon menatap Jake yang datang dengan membawa beberapa obat, "Lo ngerti cara ngobatinnya? Ntar kaki gue yang malah tambah parah."

Jake tak menyahut dan segera mengobati luka di kaki Sunghoon, beruntung lukanya tidak dalam.

"Jangan liat gue, sana!" Jake mendengus saat dia ingin mengobati luka di wajah Sunghoon, tapi Sunghoon malah menatapnya seperti tengah mencurigai seseorang.

Sunghoon berdecak pelan, ingatannya kini kembali pada beberapa menit yang lalu. Dia dibuat heran oleh Jake.

"Hadap sini!"

Mereka berhadapan, sesekali Sunghoon melirik Jake yang sibuk membersihkan darah dipelipisnya.

"Lo kenapa senyum-senyum?" Tanyanya membuat tangan Jake terhenti lalu mengernyit heran, "Waktu Jay ditangkap polisi, kenapa senyum?" Tanyanya lagi.

❝ ʙʟᴏᴏᴅʏ ᴘᴀʀᴛʏ ❞ ||ᴇɴʜʏᴘᴇɴ [ᴇɴᴅ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang