20

824 198 7
                                    

⚠⚠⚠ : Ada adegan berbahaya, kalian bisa skip kalau mau. Dimohon jadi pembaca yang bijak.


Bab ini lumayan panjang dari bab sebelumnya.







20. Pilihan










"Kakak..."

Jay menoleh lalu membuang mukanya lagi. Jungwon tau, seberapa besar rasa pedulinya pada Jay itu tidak berarti apapun, karena Jay sudah menanamkan rasa bencinya sejak lama.

"Lo mending keluar, gue mau tidur." Sahut Jay sedikit kasar. Sudah satu jam lebih Jungwon berada dikamarnya untuk memastikan Jay makan.

"Nggak mau, nanti kalau Papah pulang terus marahin kakak gimana?"

Jay memilih tak menjawab, dia sebenarnya menghargai bantuan adiknya. Namun, rasa benci yang melekat susah dihilangkan.

Jungwon menggoyangkan lengan Jay pelan, "Jangan tidur, makan dulu ya?"

"Lo bisa diem nggak sih?"

"Kenapa sih rasa benci kakak besar banget? Aku adik kandung kakak loh! Aku udah bantuin kakak, seenggaknya bilang makasih aja itu udah buat aku seneng. Jangan diemin aku, jangan bentak aku. Aku cuma nggak mau hubungan kakak sama papah makin renggang."

"Dan itu semua karena lo! Puas?" Bentakan Jay membuat Jungwon langsung diam, matanya mulai berkaca-kaca. Dia diam, tangannya terkepal kuat. Sudah tidak tahan dengan omong kosong dari Jay.

Pyar!


Jay yang tengah memejamkan matanya terkejut dan langsung menoleh pada Jungwon, adiknya baru saja membanting mangkuk yang berisi bubur. Awalnya Jungwon menyiapkannya untuk Jay dan sekarang sudah pecah berantakan di lantai.

Jay juga tidak pernah melihat Jungwon semarah itu.

"Terserah! Aku udah nyangkal berulang kali tapi kakak yang buat aku kayak gini. Emang bener, aku udah mulai benci sama kakak! Jungwon capek sama sikap kakak!" Jay cukup terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Jungwon, dari dulu dia tidak pernah mendengar kata benci yang keluar dari mulut adiknya.

Jungwon melangkah pergi keluar, Jay bisa melihat kalau adiknya menangis. Entah kenapa, rasanya begitu sakit mendengar ucapan Jungwon. Seolah-olah dia tidak pernah mengharapkan bahwa Jungwon akan membencinya.

"Aku udah benci! Aku cape! Mungkin bener kata kak Jake..."

Jake pernah bilang padanya, yang dipendam bukanlah rasa kesal akan kekecewaan pada Jay. Hal itu kian membesar dan menjadi rasa benci, bahkan Jake menyadarinya terlebih dahulu. Jungwon tidak membenarkan hal itu, dia akan tetap terus menyayangi Jay.

Dengan dia menguatkan diri agar rasa bencinya hilang, dia malah meledak dalam emosinya. Jungwon terlalu lelah saat menghadapi Jay yang terus menerus menyalahkannya, menjadikannya alasan kerenggangan hubungan sang papah dengan Jay.



;



Sekolah masih dikejutkan dengan tuduhan Yeonjun terhadap Jay. Itu membuat keputusan agar Jay kembali masuk sekolah untuk menyelesaikan kasusnya.

"Gila, masih mau aja tuh anak sekolah!"

"Kalau gue jadi Jay sih pindah aja, keluar negeri misalnya."

"Nggak kaget sih kalau dia kayak gitu."

"Ternyata dia lebih berbahaya dari Sunghoon."

Jay hanya diam saat mendengar cemoohan seperti itu. Dia tau dia salah, tapi hal yang dia lakukan itu tidak kelewat batas, apalagi dia sedang mabuk.

❝ ʙʟᴏᴏᴅʏ ᴘᴀʀᴛʏ ❞ ||ᴇɴʜʏᴘᴇɴ [ᴇɴᴅ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang