15

893 231 42
                                    

Selamat datang kembali ---






Ayo pencet bintangnyaa







15.








Hari ini olimpiade dan turnamen diadakan, senuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Beberapa siswa menyiapkan penyambutan untuk tiga hari kedepan menjelang kenaikan kelas.

"Gue yakin dia nggak akan bisa ikut turnamen." Heeseung menoleh, melihat Sunghoon yang mulai gelisah. "Lima menit lagi turnamen dimulai dan Jake nggak akan bisa ikut. Olimpiade baru dimulai dua puluh lima menit yang lalu dan dia nggak akan selesai menjawab enam puluh soal secepat itu." Tambahnya.

"Tutup mulut lo Lee Heeseung!" Sunghoon membentak, mulai geram dengan omongan Heeseung.

"Selemah itu tim lo tanpa Jake?" Heeseung tertawa, seolah-olah mengejek Sunghoon.

"Gue rasa lo terlalu menganggap gue remeh, Heeseung."

Heeseung berbalik, menatap Jake yang sudah berganti seragam. "Jake? Nggak mungkin lo-"

Secepat itu? Benarkah? Jake benar-benar mengerjakan soal itu dengan baik 'kan?

"Kenapa? Lo nggak terima kalau ada yang lebih hebat dari lo?" Jake melangkah mendekati Heeseung, "Urus aja masalah lo sama Tuan Lee." Bisiknya membuat Heeseung terdiam.

Heeseung menunduk, "Jake ... tau?" Ucapnya lirih, jantungnya mulai berdetak cepat dan dia mulai merasa cemas. Dia berbalik menatap Jake yang mulai mendribble bola basketnya. "Nggak, nggak mungkin dia tau." Tangannya mengepal kuat, dia segera berlari memasuki toilet. Memandang wajahnya dicermin, dipikirannya mulai terbayang kejadian itu, kejadian yang selalu menjadi mimpi buruknya setiap malam.

Setengah jam berlalu, sorakan untuk menyemangati tim dari Seoul Highschool begitu meriah hingga membuat lawan sedikit tidak fokus. Dan juga permainan Jake yang lebih memuaskan dari biasanya.

Berulang kali Jake mencetak poin membuat lawan main terlihat putus asa sampai babak terakhir.




;





Pengumuman pemenang trofi turnamen dan juga juara olimpiade akan diumumkan hari ini. Ah, dan juga murid kebanggaan yang akan diberikan gelar juga diumumkan hari ini untuk tahun pelajaran berikutnya.

Jake menatap Taehyung yang tengah merapikan rambutnya, "Maaf kalau nilai Jake nggak bagus, jangan marah ya."

Pria didepannya hanya tersenyum tipis, "Nggak ada yang namanya nilai nggak bagus di hidup kamu. Selama Papah hidup sama kamu, kamu selalu membanggakan."

Setelah selesai merapikan rambut, dia membawa Jake duduk disampingnya. "Guru Jung bilang kamu mengerjakan soal paling cepat? Kamu udah yakin jawab semua soal dengan benar? Kamu terlalu fokus ke turnamen?"

"Jake bisa mengatasi semua itu, kayak kata Papah. Nggak ada yang nggak mungkin, kan?"


"Baik, mohon perhatiannya para wali murid. Terimakasih sudah menghadiri acara yang penting ini. Setelah pembukaan acara dan penyambutan Direktur Sekolah ini saya akan langsung mengumumkan poin-poin pentingnya." Guru Choi mengambil salah satu dari beberapa amplop. "Pertama, untuk pemenang turnamen bola basket. Trofi tahun ini diberikan kepada ... Seoul Highschool! Selamat karena memenangkan Trofi kembali." Para wali murid memberikan tepuk tangan.

"Kedua, saya akan mengumumkan juara seoul university scholarship physics olympiad. Wow ... Wow! Hebat sekali, juara tertulis sebagai proud genius student, siswa pertama dengan pengerjaan soal tercepat diberikan pada ... Jake Kim! Kebanggan Seoul Highschool! Ayo, Jake Kim dipersilakan untuk menyampaikan sesuatu." Guru Choi memberi arahan pada Jake agar naik ke atas panggung. Dia menyerahkan trofi pada Jake.

"Kapan kamu akan membuat Ayah bangga, hah?"

Heeseung tercekat, tidak tau harus menanggapi perkataan Ayahnya. Dia selalu merasa bangga saat mengikuti seluruh olimpiade, bangga karena menjadi kebanggaan sekolah tiga tahun lamanya. Tapi sang Ayah tidak pernah merasa cukup untuk semua itu, semakin Heeseung maju dia tidak akan membiarkan posisi putranya turun atau tergantikan oleh orang lain.

"M-maaf, Heeseung gagal."

"Kamu itu selalu gagal, bisanya cuma mengecewakan Ayah!" Ucapnya, Heeseung hanya diam dalam kekesalan, kemudian menatap Jake dengan penuh kemarahan.







"I'm so proud of you, boy." Taehyung menyambut Jake dengan pelukan hangat.

"Makasih, Pah. Hadiahnya boleh Jake minta sendiri nggak?"

"Mau Jake apa?"

"Cukup nggak usah bawa Jake terapi ke Dokter-"

Taehyung langsung melepas genggaman Jake, "No, itu nggak akan Papah turuti. Yang lain."

Jake terdiam, melempar trofinya ke kursi belakang lalu memasang seatbeltnya. "Ayo terapi, terus pulang."

Taehyung sedikit terkejut, tatapan Jake berubah. Suaranya juga sedikit dingin. "Maaf, tapi ini demi kamu. Hadiahnya yang lain ya?" Taehyung mengusap rambut Jake, tetap saja tidak ada jawaban. Jake memilih diam.



Jake tengah menunggu Taehyung di mobil, setelah Namjoon bilang kalau terapi hari ini selesai dia langsung pergi mendahului Taehyung.

Terlihat dari jauh, Taehyung sudah kembali dan mulai memasuki mobilnya. "Kata Namjoon perkembangan kamu sangat baik. Sebagai hadiah, mau minta apa?"

"Uang, Jake minta uang."

"Kamu nggak minta pun Papah kasih, mau berapa?"

"Dua kali lipat dari harga mobil Bugatti milik Papah."

"What the ... Jake? Are you kidding me? " Taehyung melongo, memandangi Jake tak percaya. Untuk apa uang sebesar itu? Bugatti tentu sangat mahal. Bukan karena Taehyung tidak mampu, tentu saja dengan warisan kakaknya dia mampu meski harus lima kali lipat. Tapi, Jake tidak pernah sekalipun meminta uang padanya.

Taehyung memilih tersenyum, "Uangnya dipakai buat apa?"

"Nanti Papah akan tau," Jake melirik Taehyung yang mungkin masih memikirkan permintaannya. "Maaf, Jake cuma sekali minta uang tapi kebanyakan ya??"

"Nggak, itu sedikit. Kamu ambil alih bank Papah di Daegu ya?"

"Beneran? Tapi di Daegu lebih dari miliaran loh. Papah beneran kasih itu ke Jake? Pegangan Papah nanti apa?"

"Kamu tau? Ayahmu paling kaya, bank Papah di Daegu nggak ada apa-apanya. Ayah kamu serahin semuanya ke Papah buat ngebesarin kamu, buat hidup kamu juga."

Senyuman Jake mengembang, ini pertama kalinya dia meminta uang dan Taehyung langsung memberikan lebih dari cukup.

"Papah katanya bakal ke Busan?"

Taehyung terdiam kemudian melirik Jake, "Oh, iya. Papah lupa bilang sama kamu. Papah kesana cuma tiga hari, kalau perlu kamu bisa tinggal sama Om Namjoon."

"Tiga hari itu sebentar, aku nggak mau ngerepotin Om Namjoon." Jake membalas senyuman Taehyung, "Papah ada urusan apa kesana?" Tanyanya.

"Tentang bisnis yang Ayah kamu mulai pertama kali. Papah belum ada kunjungan kesana."







"Jeon Jungkook, Papah mau ketemu dia lagi 'kan?" Ucapnya pelan, menatap Taehyung yang mulai memasuki rumahnya. "Apa rencana Papah sampai bohong sama Jake? Bahkan sampai sekarang Jake nggak pernah terima kalau Papah bebasin dia dari penjara."

"Lima tahun? Itu nggak cukup buat bayar kematian Ayah. Dia harus bayar dengan nyawanya, nggak ada yang bisa lepasin lo dari gue, Jeon Jungkook."





Tbc.

Aduh makin rumit ya? Pokoknya ikutin alurnya sampai cerita ini end dan kalian akan paham sendiri :))

Niatnya mau hiatus sebentar, tapi nanti aja deh kalau masuk PTS istirahat sekalian hiatus juga.

Oh iya yang masih belum paham buat panggilan antara Taehyung sama Seokjin.
;;Panggilan Papah itu ke Taehyung, sedangkan Ayah ke Seokjin.

❝ ʙʟᴏᴏᴅʏ ᴘᴀʀᴛʏ ❞ ||ᴇɴʜʏᴘᴇɴ [ᴇɴᴅ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang