Waktu nganterin laki gue beli makanan kaleng di petshop, ada dua kucing gembul ras himalaya dalam kandang yang sengaja dipamerin buat dijual di samping meja kasir. So damn cute, sayangnya gue gak suka kucing.
"Jennie, aku boleh melihara kucing baru nggak? Itu lucuk banget lhoh." rayu Dowoon, "Nanti biar di rumah, Bembi ada temennya." dia berusaha menyakinkan gue pake muka dimelas-melasin, "Ya, ya, boleh ya?"
"Nggak," jawab gue singkat sambil ngambil satu lembar uang lima puluh ribuan dari dompet Dowoon buat diserahin ke mbak kasir, "Lo ngurus Bembi aja keteteran, ini malah mau nambah satu."
Padahal alasan sebenarnya sih karena gue nggak mau Dowoon nanti lebih sibuk ngurusin kucing daripada gue.
Dia nunjuk ke kandang kucing, he said, "Jennie, itu anak kucing yatim piatu lho, udah nggak punya bapak, nggak punya ibu, sebagai manusia yang perduli akan hewan, kita harus memuliakan hewan, caranya ya dengan mengadopsi kucing yatim piatu itu, kamu mau pahala nggak?" Lah malah ceramah, nggak nyambung pula.
Si mbak kasir yang ikut ndengerin jadi mesam-mesem nahan ketawa. Duh, definisi malu-maluin ya ini.
Udah, daripada gue nanggepin Dowoon lebih lanjut, mending gue cuekin aja dan langsung cabut keluar dari petshop. Nggak lama kemudian, dengan muka pasrah yang nggak rela Dowoon ikut nyusul keluar, kita liat-liatan, nggak ngomong apa-apa dia langsung buang muka pake dengusan 'huh' pula, mirip kayak bocah yang lagi ngambek, buset pacar gue bayiable banget, gemes.
"Marah?" tanya gue nyolek-nyolek pinggang Dowoon.
Dia jawab sambil menghindari colekan gue, "Nggak, ngapain marah," tapi mukanya merengut, but it's cute.
"Kok barusan ngedengus sambil buang muka? nggak kayak biasanya." kata gue, "Jangan kayak anak kecil gitu, ah."
"Dih, suka-suka aku dong." Setelah ngomong, dia ngeloyor duluan, jalan cepet banget, ujungnya malah kesandung, duh kualat kan, tapi nggak sampai jatuh juga sih, Dowoon noleh, ngeliat mukanya udah merah karena sebel banget lihat respon gue yang ketawa, langsung gue samperin si bayi, gue jepit kepalanya pake lengan dan gue cium-cium pipinya.
"Ih, jangan cium-cium," Dowoon ngelap pipinya sok galak, siap mau ngomel panjang lebar, tapi gue samber ngomong duluan.
"Mau nerusin ngambek atau dibeliin kinderjoy?"
Mukanya bingung sebentar, kayak mikir dan dengan mimik polosnya dia ngejawab, "Kinderjoy."
See, segampang itu ngerayu Dowoon dan bikin dia mingkem.
Eh, ujung-ujungnya si bayi ngomong begini, "Tapi, nanti beliin Kinderjoy tiga biji ya Jennie?"
Dikasih hati malah minta jantung, pengen gue sentil ginjalnya😊
Sekiranya cukup sekian ya bonus chapternya, matur thank u udah namatin kisah Jurnal Downie ini. Sehat selalu.
Ciao💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurnal Downie • Dowoon Jennie
Short Story(Selesai)✔ 📌 Spin Off dari Kelas XI IPS & Blue Violet ❝Sikab Dowoon yang ajaib nyatanya bisa bikin Jennie yang 'mahal' jatuh cinta.❞ #13 di Day6 - 6 Maret 2020 Ilustrasi gambar oleh @gyung_studio