"Main bola mau, Lix? " Hyunjin menjawil lengan Felix sambil menunjuk bola sepak yang ia jepit di ketiaknya, Felix mengangguk— dia langsung berdiri dibantu uluran tangan Hyunjin.
"Mau gabung nggak, Bang?" Hyunjin ganti bertanya pada Dowoon yang sedang berbaring di kain piknik yang dibentangkan lebar-lebar di atas rumput.
Jennie melirik Dowoon di sebelahnya, "Dowoon mana bisa ngejar bola, yang ada bolanya yang ngejar dia," Dowoon langsung manyun, "Eh, Felix.., jaketnya dipakek, flu lo kan baru sembuh." lanjut Jennie yang lalu dibales Felix dengan senyuman patuh.
Senin, siang itu mereka berempat emang mengadakan piknik khusus di daerah perbukitan, deket kawasan wisata air terjun yang memakan dua jam perjalanan dari rumah, nggak ada event tertentu sih, niatnya cuma pengen refleshing melepas kepenatan, iya memang sekasual itu mereka.
Dowoon yang tiduran di sebelah Jennie geleng-geleng, "Enggak deh, abang mau tewas dulu, masih kerasa capek tangannya habis nyetir tadi." katanya sambil mengerakkan tangannya ke udara macem gurita— sok dramatis.
Felix yang membawa kamera, melirik kakak perempuannya dan Dowoon bergantian, lalu dibidikkannya lensa kamera itu ke arah mereka yang lagi tiduran di atas rumput.
Jepret!
Di sebelahnya. Hyunjin tergelak begitu lihat hasil gambarnya.
Posenya Jennie sih oke-oke aja.
Nah gambar si Dowoon malah ngeblur, posenya manjay banget lagi, yang kalau kata Jae sering di sinonimkan dengan azab.
Iya, apapun yang buruk terjadi di hidup Dowoon sering dibilang azab sama Jae.
Kucing Dowoon diare? Azab. Listrik mati pas Dowoon main ke rumah? Azab. Ban mobilnya kempes? Azab. Foto blur? Azab (Iya semuanya aja dibilang azab-Yoon Doowon)
"Udah, yuk Lix." kata Hyunjin setelah melepaskan kalungan kamera di leher Felix yang kemudian langsung diayunkan dengan tepat di pelukan Jennie yang katanya mau lihat hasil gambarnya tadi.
"Jangan jauh-jauh kalian mainnya, ntar repot kalau mau panggil, sama lo Felix— kalau mau main bola jangan lepas sepatu, kalau kaki lo lecet gue gak mau ngobatin, awas jangan jauh-jauh!" Teriak Jennie mewanti-wanti.
"Enak juga ya disini, anginnya seger." Dowoon mendongak menatap langit, "Omong-omong, hari ini hari apa sih?" tanya Dowoon setelah Felix sama Hyunjin udah jauh dari sana.
"Basi, lo pasti mau bilang hari ini gue cantik kan?"
"Uh, kok tahu.." Dowoon langsung kecewa.
"Gombalan lo aja nggak pernah ganti-ganti."
Dowoon manyun, "Jennie aja yang nggak asik."
"Ngomong apa lo?" Jennie pura-pura marah sambil menendang Dowoon pelan di dengkulnya.
Dowoon langsung memberikan jempolnya, "Nggak usah digombalin Jennie juga udah cantik kok, top banget."
"Jelas."
"Iya Jennie cantik." sahut Dowoon, "tapi lebih cantikkan mamaku."
Hening
"Sini lo gila!" Jennie, dengan gerakan cepat mencubit pipi Dowoon yang tembem, mengacak-acak rambutnya gemas, kepalanya Dowoon dijitakin berkali-kali sama Jennie, "Hih, gemes banget gue sama elo." Dowoonnya cuma ketawa aja soalnya jitakannya Jennie sama sekali nggak sakit, Jennie cuma pura-pura aja. setelah itu mereka ketawa bareng.
Emang ya kado yang paling indah itu namanya jatuh cinta.
Kalau nggak indah, elonya mungkin salah pilih pasangan.
"Dowoon coba lo lihat pesawat yang diatas."
"Kenapa? Kelihatan orang yang dadah-dadah ya?"
"Bego, ya nggak lah."
"Terus kenapa mesti dilihat?"
"Kalau mama lo sama gue jatuh dari pesawat itu, lo mau selamatin siapa?"
"Mamaku nggak naik pesawat, dan kamu kan ada disini Jennie, nggak naik pesawat." Dowoon bingung
"Ribet ya ngomong sama lo! jawab aja kenapasi?!"
"Mama aku dong." jawab Dowoon langsung.
"Oh.. "
"Soalnya kan malaikat bisa terbang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurnal Downie • Dowoon Jennie
Nouvelles(Selesai)✔ 📌 Spin Off dari Kelas XI IPS & Blue Violet ❝Sikab Dowoon yang ajaib nyatanya bisa bikin Jennie yang 'mahal' jatuh cinta.❞ #13 di Day6 - 6 Maret 2020 Ilustrasi gambar oleh @gyung_studio