(Bonchap lagi) Cubit

815 229 30
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Nih cubit," Dowoon tiba-tiba ngulurin telapak tangannya ke gue.

"Dicubit kenapa?" Sambil makan di sofa, ruang tengah, gue nanya.

Dowoon diem, mukanya kayak berpikir mau ngomong sesuatu apa enggak, kok malah jadi dia yang bingung?

"Ya nggak pa-pa, cubit aja."

Muka gue bingung, "Ha?"

Diem lagi, Dowoon mukanya kayak takut digalakin kalau ngomong.

Dia majuin tangannya yang digoyangin, nunggu kena cubit, otak si Dowoon ini nggak jelas kadang-kadang, "Cubit nih, cepet, aku merem."

Gue jawab, "Ini lo kenapa sih, orang lagi makan, malah ada-ada aja minta cubit."

"Nggak pa-pa."

"Ya udah."

"Jennie.."

"Apa?"

"Tadi tanganku dipegang-pegang mbak yang jualan di konter," Dowoon mulai ngejelasin sambil nunjukin tangan kanannya, "Nih, tadi tangan kanan yang dipegang, cubit deh nggak pa-pa, tangannya udah nakal, janji nanti nggak diulang," Dowoon ngejelasin pake mimik muka yang bikin kasian.

Cuma cowok gue doang kali ya, yang kalau habis dirayu cewek lain, langsung ngadu ke ceweknya.

Dahi Dowoon gue toyor pake telunjuk, "Tuh udah,"

"Kok toyor dahi, sih."

"Gue kalau nyubit pake perasaan soalnya, mau gue cubit beneran?"

Dowoon geleng-geleng dengan muka polosnya, langsung berubah pikiran dia.

"Kamu kok nggak marah?"

"Enggak." Kata gue sambil ngambil remote, nyalain tv, "Soalnya lo tahu diri, lurus, nggak pernah macem-macem, masa gue mau marah, tapi lain kali kalau dipegang jangan mau, pelintir aja tangannya."

"Beneran nggak marah?"

"Enggak." muka gue nahan kesel karena pertanyaanya diulang terus.

"Biasanya kan kamu marah kalau aku deket ma Sowon, aku ngapa-ngapain nggak ditanggapi terus mukanya galak kalau ketemu."

"Masa?" Ya bedalah, Sowon mah beda lagi ceritanya.

Jurnal Downie • Dowoon JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang