Minho tiba-tiba datang dengan jaket berwarna gelap, masker dan topi di depan pintu apartemen Taemin.
"Rindu yang membawaku kesini." Ungkap Minho langsung bahkan sebelum Taemin menanyakan keberadaannya di depan pintu apartemennya.
Taemin tergelak. Mundur beberapa langkah membiarkan Minho memasuki apartemennya. "Kenapa tiba-tiba?"
Minho tidak menjawab. Pria tinggi itu malah melempar topi, masker dan jaketnya ke atas sofa. Kemudian melangkahkan kakinya menuju lemari pendingin milik Taemin, mengambil sekaleng bir di dalamnya. Menenggaknya langsung ketika bokongnya mendarat di sofa.
"Hyung, ada apa?"
Kali ini Taemin mendekat dan meraih kaleng bir di rangkai tangan Minho. Menjauhkannya agar fokus Minho hanya padanya.
"Tanggal berapa sekarang?"
"Tidak ingat"
Minho mendesah. Menubrukkan tubuh tingginya untuk masuk ke dalam dekapan Taemin. Menyembunyikan wajahnya pada perut datar Taemin.
"Apa rasanya seperti ini?"
Taemin mendengar bagaimana Minho berbisik dan kembali menenggelamkan wajahnya ke perutnya.
"Kau bahkan belum pergi. Tapi aku sudah merindukanmu setengah mati."
Taemin tidak tau harus bereaksi seperti apa. Ia hanya membawa rangkainya menyusuri surai kelam yang masih tenggelam dalam dekapannya.
"Berjanjilah bahwa kau akan menjaga dirimu sendiri."
Taemin mengangguk, "Nde, Hyung."
"Makan teratur."
Taemin kembali mengangguk, "Nde, Hyung."
"Minum vitamin."
Taemin mengangguk lagi, " Nde, Hyung."
"Tidur yang cukup."
Taemin terkekeh, tapi toh ia tetap mengangguk. "Nde, Hyung."
"Hey.." Kali ini manik kelam Minho menatap pendar cokelatnya. "Kalau ada yang membullymu, katakan padaku, oke?"
Taemin tersenyum. Menangkup wajah kecil prianya, "Percayalah, aku bisa menjaga diriku sendiri."
Minho tersenyum masam. "Tetap saja aku khawatir."
Taemin tidak dapat menahan dirinya untuk tidak mencubit pipi tirus prianya.
"Aku sudah dewasa, Hyung. Kau bahkan pernah meninggalkanku lebih dari 2 tahun."
"Itu berbeda." Minho kini menarik tubuhnya untuk duduk. "Dulu ada manager Hyung di sampingmu. Meski kau jarang mengabariku, tapi manager Hyung selalu mengabariku setiap hari tentang aktivitasmu. Kalau sekarang, siapa yang akan menjagamu Lee Taemin?"
Taemin tidak tau harus bereaksi apa ketika manik kelam itu menajam. Cukup serius untuk ditanggapi bercanda.
"Aku mengerti."
Minho mendesah. Melempar tubuhnya ke kepala sofa sembari memejamkan mata. "Aku khawatir sampai rasanya ingin mati."
Ada rasa bersalah di hati Taemin ketika melihat bagaimana prianya begitu frustasi akan kepergiannya.
"Aku akan rajin mengabarimu." Taemin meraih rangkai Minho. Menggenggamnya. "Kapanpun aku dapat kesempatan memegang ponselku, aku akan mengabarimu."
Tidak ada reaksi..
"Tidak hanya pesan teks. Aku akan mengabarimu melalui pesan suara. Atau telepon? Kau lebih suka yang mana?"
Minho mendesah. Manik kelam itu terbuka. "Aku tidak bisa selalu mengangkat telepon darimu."
Taemin mengulum bibirnya. "Baiklah, pesan suara. Aku akan mengirimkanmu pesan teks, pesan suara dan meneleponmu jika jadwalmu sedang kosong."
Satu lengkung sabit akhirnya terbit di wajah Minho, manik kelamnya berbinar. "Janji?" Satu kelingking ia acungkan di depan wajah Taemin.
Taemin mengangguk. Menyambut kelingking di depan wajahnya dan menautkan miliknya.
Kali ini senyum lebar Minho tersungging di wajahnya. "Kau sudah berjanji."
Sebentar.. Kenapa Minho terlihat senang sekali? Kemana perginya mood buruk sebelumnya?
"Yak! Apa kau menipuku?"
Minho terkekeh. Ia kembali meraih kaleng bir miliknya dan menenggaknya dengan gerak lambat.
"Hyung... Kau.."
"Apa? Kalau aku memintanya baik-baik kau pasti tidak akan mau melakukannya."
Taemin mendesah. Memukul lengan Minho kesal. "Perjanjian batal."
"Tidak bisa. Kau sudah berjanji."
"Hyung.."
"Kau sudah berjanji, Lee."
"Tapi kau menipuku."
"Tidak. Kau sudah berjanji.."
"Hyung!"
KAMU SEDANG MEMBACA
2MIN #FlirtFic
FanfictionApa itu permen kapas? Hanya sebuah gulungan permen ringan yang sangat manis. Eh, tapi tidak semanis Lee Taemin. Ketika prinsip Seorang Choi Minho tidak lagi hanya Taemin for life! Tapi juga keju for life! Tidak ada ranah dewasa. Hanya saja kamu pe...