Minho ngambek. Pasalnya sudah tanggal 10, dan pria kesayangan Choi itu tidak ada itikad untuk memberikan ucapan selamat ulang tahun padanya. Padahal ia sudah merelakan cutinya dipending hanya untuk memberi waktu dua hari penuh untuk pria bermarga Lee di depannya.
"Aku tidak tau kau memiliki simpanan kue semanis ini di kulkasmu."
Minho mendengus. Manik kelamnya menatap lamat-lamat Taemin yang asyik memakan potongan kue sisa ulang tahunnya kemarin. Ngomong-ngomong itu dari Changmin dan Kyuhyun hyung yang heboh menertawakannya ketika ia tau Taemin tidak bersamanya di hari ulang tahunnya.
"Aku juga melihat banyak cokelat di kulkasmu." Ada jeda sebentar sebelum pendar cokelat itu menatap langsung manik kelam Minho. "Dan kau, dua hari ini tidak menghubungiku, Hyung."
Minho menghela napasnya. Sebelah rangkai tangannya menyisir rambutnya ke belakang.
"Aku sibuk."
Pendar cokelat Taemin berkedip. Rangkainya terulur meraih sebelah pipi Minho dan menariknya.
"Juteknya."
Minho menepis tangan Taemin. Tidak terlalu kasar, tapi toh itu cukup membuat Taemin berjengit dan menarik rangkainya lalu mengembalikannya ke tempat semula.
"Anjing kecil." Ejek Taemin geli.
Manik kelam Minho menyipit. Jelas tidak setuju dengan pernyataan Taemin.
"Kenapa sih, jadi kayak obeng tamiya gitu."
Pucuk hidung Minho mengerut, membuat mau tak mau satu kekehan kecil keluar dari belah bibir Taemin.
"Imut."
"Gak mempan."
Satu kekehan kembali lolos dari belah bibir Taemin. Entah kenapa ia merasa terhibur dengan tingkah merajuk pria bermarga Choi di depannya.
"Yahhh.. Padahal aku sudah makan kue semanis ini loh.." Ia menyeringai. Lidahnya terjulur membasahi kedua belah bibirnya dengan gerak lambat. "Apa.. manisnya tersisa disini ya?"
Minho berdecak. Sisi hatinya mengerang karena godaan Taemin.
"Masih gak mempan, ya?"
Taemin lagi-lagi terkekeh. Kali ini ia membawa rangkai tangannya meraih jus jeruk yang sebelumnya diambilkan Minho untuknya. Memainkannya sebentar di depan belah bibirnya yang terbuka sedikit, kemudian meminumnya dengan gerak lambat.
"Kau tau, Hyung. Aku tidak hanya haus dengan jus jeruk saja loh."
Ada jeda sebentar sebelum manik kelam Minho akhirnya membulat. Tubuh yang semula terkesiap itu perlahan berdiri dan menunjuk Taemin dengan telinga yang entah sejak kapan sudah memerah.
"Ya! Kau belajar darimana, eoh?"
Belah bibir Taemin merekah. Kedua rangkainya naik seolah mengatakan ia tidak melakukan hal apapun. Sok polos.
"Ck. Kau memang tidak seharusnya dekat-dekat dengan Baekhyun. Virusnya benar-benar menular."
Taemin terkekeh. Takjub sendiri melihat Minho yang akhirnya berdiri dan uring-uringan di depannya.
"Ya! Kau bisa diam tidak sih, Hyung?"
Minho menghentikan gumaman dan langkah acak yang ia lakukan sebelumnya. Manik kelamnya menatap Taemin yang kini tersenyum lembut ke arahnya.
"Diam-diam saja di hatiku, Hyung. Jangan kemana-mana."
Minho menyerah. Buru-buru langkah kakinya ia bawa menuju kamarnya. Pikirnya tidur lebih baik daripada meladeni Taemin yang entah bagaimana bisa berbisa seperti itu. Astaga! Taemin dengan mode seperti itu memang tidak baik untuk jantung dan pertahanan dirinya.
Atau..
.
.
.Membalas Taemin..
"Hey, Lee. Kau tau hal bagus apa yang akan terjadi malam ini?"
Pendar cokelat Taemin berkelip. Di kepalanya berbunyi alarm tanda bahaya ketika seringaian Minho terbit dari wajahnya.
"You and me.. In my bed. Now."
"Err.. Hyung, selamat ulang tahun?"
"Terlambat."
Oh, okay. Apa Taemin perlu kabur sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
2MIN #FlirtFic
FanficApa itu permen kapas? Hanya sebuah gulungan permen ringan yang sangat manis. Eh, tapi tidak semanis Lee Taemin. Ketika prinsip Seorang Choi Minho tidak lagi hanya Taemin for life! Tapi juga keju for life! Tidak ada ranah dewasa. Hanya saja kamu pe...