Taemin tidak ingat kapan terakhir kali ia bertemu Minho. Sejak konser tour solonya dimulai Taemin merasa ia sudah jarang sekali melihat batang hidung Minho. Kalau kau tidak menghitung seberapa banyak face time yang dipelopori oleh pria Choi kesayangan Lee Taemin itu.
Taemin mendesah. Konser tour Jepangnya baru saja berakhir ketika sebuah dering telepon ia dengar dari ponselnya.
Kodok Choi.
Sebuah senyum merekah dari kedua belah bibirnya. Tanpa menunggu dering berikutnya segera ia usap keatas tombol hijau di layar datarnya.
"Serius, aku nyaris mati."
Taemin memutar pendar cokelatnya. Suara Minho terdengar sangat berlebihan sekali. Bahkan ia tidak mendengar sapaan apapun sebagai awal panggilan pria bermarga Choi di line seberang.
"Kau tau, sejak aku mengenalmu. Aku hanya bisa mengenali satu musim."
Sebelah alis Taemin terangkat. Meski ia tak mengeluarkan satupun kata dari belah bibirnya, ia tau Minho tau ia sedang mendengarkannya.
"Musim rindu."
Taemin terkekeh. Ia lupa bahwa ia seharusnya tidak perlu menganggap serius semua bualan Minho.
"Dan sialnya, sekarang sedang musim rindu."
Taemin tersenyum. Diliriknya layar datar yang kini berubah menjadi permintaan panggilan video. Kepalanya menggeleng. Takjub dengan kelakuan hyung-nya yang kadang tidak bisa di prediksi.
"Kau tersipu."
Senyum di belah bibir Taemin masih disana. Bahkan ketika wajah Minho muncul di dalam layar datarnya.
Minho sedang berbaring di kamarnya. Begitu pula Taemin yang kini membaringkan tubuhnya di atas kasur.
"Aku baru saja membersihkan tubuhku dengan air panas, Hyung."
Di seberang sana Minho hanya menganggukkan kepalanya. Ia tau seharusnya ia tidak menelepon Taemin jam 1 dini hari. Tapi ia sendiri tidak bisa menahan hasrat dimana selama dua hari ini pria kesayangannya tidak juga bisa dihubungi.
"Hei, Lee. Apa kau mendengar sesuatu?"
Pendar cokelat Taemin mengedar ke segala arah. Kosong. Ia tidak mendengar apapun kecuali deru mobil yang baru saja lewat di luar penginapannya.
"Suara mobil?"
Minho menggeleng. Wajahnya cemberut ke bawah.
"Suara rinduku yang ku bisikkan setiap hari padamu."
Telinga Taemin merah. Sebelah rangkai lentiknya ia bawa menutupi area belah bibirnya yang tersenyum lebar.
"Oh, aku baru dengar itu." Balas Taemin simple.
"Tidakkah bulan juga mengatakan sesuatu padamu?"
Pendar cokelat Taemin berkedip. Menunggu.
"Aku merindukanmu."
Taemin terkekeh. Ia mengangguk mengiyakan. Tak mau mengelak bahwa ia juga merasakan hal serupa.
"Aku juga."
Minho terdiam. Terlalu jarang ia mendengar Taemin membalas kata-kata manis miliknya. Mungkin malam ini ia tidak perlu mendengar kan lagu pengantar tidur seperti malam sebelumnya. Hanya dua kata dari Taemin dan dia siap untuk mimpi indah...
KAMU SEDANG MEMBACA
2MIN #FlirtFic
Hayran KurguApa itu permen kapas? Hanya sebuah gulungan permen ringan yang sangat manis. Eh, tapi tidak semanis Lee Taemin. Ketika prinsip Seorang Choi Minho tidak lagi hanya Taemin for life! Tapi juga keju for life! Tidak ada ranah dewasa. Hanya saja kamu pe...