32. SOSOK MISTERIUS DI LIFT

454 71 46
                                    

Pertemuan dengan Emily malam ini terasa menyenangkan. Meski sesekali Gaby merasa canggung jika harus bersitatap dengan Frans.

Dari tatapan lelaki itu ke Gaby, sepertinya Frans masih dendam pada Gaby karena kehilangan aset berharganya yang hangus terbakar oleh orang tak di kenal.

Menurut Frans, Gaby lah yang harusnya bertanggung jawab atas kebakaran yang menimpa kediaman pribadi Frans di Amerika.

Meski, lelaki itu tak mampu menuntut Gaby lebih jauh karena tidak adanya bukti, terlebih dirinya juga telah bersalah karena sudah berniat jahat pada Gaby.

Sejak saat itu, Frans memilih untuk menjauh dari Gaby karena tak ingin terlibat masalah yang lebih serius.

Menurut lelaki bule itu, orang yang mengancamnya di ponsel dan membakar rumahnya itu sudah pasti seorang psikopat yang terobsesi dengan kecantikan Gaby. Secara, Gaby itu dulunya adalah bunga kampus.

"Gimana, Gibrannya udah dateng?" tanya Emily yang menghampiri Gaby di teras. Gaby yang baru saja selesai menelepon Gibran.

Gaby menggeleng lemah. "Gibran bilang dia nggak bisa jemput, Em. Gue pesen taksi online aja deh," jawab Gaby.

"Eh jangan, biar gue suruh Frans aja buat anterin lo," larang Emily yang langsung berlalu dari hadapan Gaby sebelum sempat Gaby menolaknya.

*****

Tak ada percakapan yang berarti antara Gaby dan Frans di mobil saat Frans terpaksa mengantar Gaby pulang karena istrinya yang memaksa.

Padahal, baik Gaby maupun Frans sama-sama merasa enggan untuk saling kembali berdekatan, terlebih dalam suasana yang cukup intim dimana mereka kini hanya berdua saja di dalam mobil pribadi milik Frans.

Untungnya jalanan tidak macet, jadilah mereka sampai di tempat tujuan dengan cepat.

Setelah basa basi mengucapkan terima kasih Gaby langsung turun dengan terburu-buru. Saking tergesanya, dia sampai tidak sadar sudah menjatuhkan ponsel miliknya di dalam mobil Frans.

Frans yang hendak pergi meninggalkan apartemen Gaby jadi mengurungkan niatnya ketika mendapati sebuah ponsel yang berdering di bawah jok penumpang di sisinya.

Frans memungut benda pipih itu dan menscroolnya ke samping.

Dia mencoba membuka kunci ponsel dengan pola yang dulu pernah dia ketahui semasa dirinya menjalin hubungan dengan Gaby. Nyatanya hingga saat ini Gaby tetap menggunakan pola itu. Tidak berubah.

Sebuah pesan masuk terpampang di halaman depan layar ponsel Gaby.

Dari Gibran.

Kening Frans seketika berkerut samar. Dia mencoba mengingat nama Gibran.

Sampai akhirnya sebuah senyuman miring terbit di wajah lelaki bule itu.

*****

Gaby tidak menemukan Gibran di dalam apartemen begitu dirinya sampai di apartemen yang baru-baru ini di sewa Gibran untuk mereka huni.

Tadi sewaktu Gibran mengangkat teleponnya ketika Gaby meminta untuk di jemput di rumah Emily, Gibran berkata seolah sedang terburu-buru. Lelaki itu hanya mengatakan kalau dia tidak bisa menjemput Gaby karena ada urusan mendesak. Dan belum sempat Gaby bertanya ada urusan apa, panggilan itu sudah lebih dulu di putus oleh Gibran.

Entah kenapa perasaan Gaby jadi tidak enak.

Gaby berniat untuk kembali menghubungi Gibran tapi saat dia mencari keberadaan ponselnya, Gaby tak menemukan ponsel itu di dalam tas tangannya.

Gaby masih berkutat mencari ponselnya ketika tiba-tiba bel pintu apartemennya berbunyi.

Wanita bergaun ungu itu tersentak kaget.

THE DEVIL WIFE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang