34. TAWARAN PERNIKAHAN

523 79 56
                                    

Mendekati masa peralihan musim, suhu udara di Lembang bisa mencapai 13 derajat celcius akhir-akhir ini.

Terlebih saat malam hari tiba maka cuaca akan terasa sangat dingin.

Tak ada bedanya dengan pagi ini.

Bahkan awan mendung sudah menggelayut di langit sejak kedatangan Gibran dan Mirella ke tempat itu malam tadi.

Pagi ini tak ada cahaya matahari yang menyinari kota Bandung, yang ada hanya kabut tebal dan awan hitam yang bergulung-gulung di langit.

Gibran semakin merapatkan selimutnya.

Diliriknya sekilas ke arah seseorang yang masih tertidur pulas di sampingnya.

Perlahan, Gibran merubah posisi tidurnya menyamping, menghadap Mirella hingga posisi mereka jadi berhadapan.

Wajah Mirella yang begitu dekat membuat Gibran leluasa menatapnya.

Lelaki itu tak menyangka jika Miminya bisa menjelma menjadi seorang wanita cantik seperti sekarang.

Mimi telah membuktikan perkataannya bahwa suatu hari nanti dia akan menjadi cantik.

Tapi bagi Gibran, bukan kecantikanlah hal yang utama.

Bukan kecantikan fisik yang membuat seorang Mimi terasa spesial dihati Gibran, melainkan karena kebaikan hatinya.

Sebab Mimi yang Gibran kenal dulu adalah seorang bocah lugu yang sangat baik dan murah hati.

Mimi tidak pernah membenci siapapun orang yang telah menghinanya. Mimi sering berbagi makanan yang dia miliki pada hewan-hewan terlantar di sekitarnya. Mimi tidak pernah membalas pukulan anak-anak lain yang kerap membullynya di daerah tempat tinggal mereka dahulu. Bahkan Mimi bilang, dia tetap menyayangi ke dua orang tuanya meski mereka sudah begitu jahat pada Mimi.

Gibran benar-benar salut pada Mimi.

Harapannya, semoga Mimi yang kini ada bersamanya, masih Mimi yang dulu dia kenal semasa kecil.

Pandangan Gibran memang sama sekali tak beralih dari wajah Mimi. Namun saat itu, pikirannya melayang jauh.

Sejak dirinya selesai telepon-teleponan dengan Gaby di teras tadi, Gibran tidak bisa tidur. Pikirannya terus tertuju pada Gaby.

Perasaan bersalah kian merasuki benak Gibran karena sudah membiarkan Gaby tidur sendirian di apartemen itu padahal Gibran tahu, awalnya Gaby tidak mau pindah ke apartemen itu.

Gibran yang memaksa hingga Gaby pun menurut juga.

Semoga Gaby akan baik-baik saja tanpanya. Itulah harapan Gibran saat ini.

Lelaki itu masih terus menatap wajah wanita dihadapannya ketika tiba-tiba ke dua bola mata wanita itu terbuka.

Tatapan ke duanya saling bertubrukan.

"Gibran?" pekik Mirella kaget. Perempuan itu bangkit dari posisinya. Duduk di atas ranjang. Dari ekspresi wajahnya, dia kelihatan bingung.

"Pakaianku?" gumamnya begitu dilihatnya pakaian yang dia kenakan saat ini bukanlah pakaian miliknya.

Gibran masih bertahan pada posisinya, dia tersenyum melihat ekspresi Mirella.

"Aku suruh Bi Murni mencuci pakaianmu karena kotor," jawab Gibran dengan santainya.

"Kamu yang sudah mengganti pakaianku?" tanya Mirella lagi.

Gibran menggangguk dan mengiyakan, membuat wajah Mirella kian merona.

"Sebelumnya, Aku bahkan sudah melihat semuanya, jadi aku pikir nggak ada masalah kalau aku yang menggantikan pakaianmu. Kamu tenang aja, kamu tahu akukan? Aku bukan tipe lelaki yang suka mencuri kesempatan dalam kesempitan," ucap Gibran dengan senyuman meledek.

THE DEVIL WIFE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang