49. DARE OR TAKE IT OFF

210 38 17
                                    

Gaby membukakan pintu apartemennya untuk para tamu kehormatannya malam ini.

Ke lima lelaki itu bersiul genit ketika melihat Gaby yang menyambut kedatangan mereka dengan penampilan yang sangat berbahaya dalam tanda kutip.

Penampilan Gaby memang santai.

Dia hanya mengenakan kemeja putih pendek sepangkal paha dengan shortpants berbahan jeans.

Rambut Gaby yang panjang digelung asal oleh penjepit ke atas dan menyisakan beberapa helai yang menjuntai asal menghiasi tengkuknya yang putih mulus. Bulu-bulu halus yang cukup lebat tampak di bagian tengkuk Gaby yang membuat perempuan itu semakin terlihat menggairahkan.

Gaby mempersilahkan tamu-tamu itu masuk.

Beberapa botol minuman beralkohol dengan berbagai merk tersedia di meja ruang TV yang sontak menghadirkan senyuman lebar para lelaki itu yang memang gemar mabuk-mabukkan.

"Kita beneran pesta kayaknya malam ini," ujar Revan yang langsung menenggak alkohol dengan merk termahal. Lelaki itu duduk santai di sofa dengan tatapannya yang tak lepas dari Gaby.

"Gue ambil makanan dulu di dapur," kata Gaby sambil berlalu.

Revan, Xavier dan Frans saling berpandangan dan saling berebut mengekor langkah Gaby ke dapur.

Sementara Erga dan Anthony tampak santai di sofa. Mereka hanya tertawa melihat tingkah ke tiga rekannya tersebut.

"Perlu bantuan Gab?" tanya Revan yang sudah berdiri di sebelah kiri Gaby.

"Nggak usah, gue bisa sendiri, kaliankan tamu, jadi terima jadi aja," sahut Gaby yang berusaha bersikap tenang dengan memasang wajah sok cuek padahal dalam hati, dia takut setengah mati.

Gaby tahu kalau dia sedang bermain-main dengan bahaya tanpa pernah dia memastikan apakah dia bisa selamat atau tidak.

Revan, Frans dan Xavier hanya saling lirik-lirikkan. Mereka memperhatikan gerak-gerik Gaby di dapur.

"Lo makin cantik aja setelah menikah?" ujar Xavier saat itu.

Gaby hanya tersenyum masam. "Terimakasih,"

"Kalau Gibran tau lo undang kita ke sini, pasti dia bakal marah besar sama lo, Gab," kali ini Frans yang bicara.

Gaby hanya mengedikkan bahu. Saat itu dia sibuk membenahi beberapa potong pizza yang baru dia hangatkan di oven.

"Berdoa aja Gibran nggak tau," ucap Gaby tak acuh sambil melenggang menuju ruang TV dengan dua tumpuk pan pizza di tangannya.

Ke tiga lelaki itu kembali mengekor.

Beberapa detik setelahnya ke enam orang itu sudah duduk melingkar di sofa ruang TV dengan posisi Gaby duduk di tengah-tengah di apit oleh Erga dan Revan.

Ke lima lelaki itu menawarkan Gaby minuman secara bergantian namun pilihan Gaby jatuh pada minuman yang diberikan Erga.

Gaby tahu dari ke lima lelaki di sekelilingnya saat ini, Ergalah sosok yang paling polos dan tak mungkin macam-macam. Kadar mesum otak Erga dibawah rata-rata dibanding dengan ke empat mantan Gaby yang lain.

Itulah sebabnya Gaby lebih percaya pada Erga sampai dia memilih untuk duduk di samping Erga, meski dia menyesali kenapa Erga justru harus duduk berdekatan dengan Revan si maniak.

"Cheers!"

Mereka bersulang.

Sebuah senyuman miring tampak di bibir Erga saat melihat Gaby menenggak habis minuman yang telah dia sediakan untuk wanita itu.

THE DEVIL WIFE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang