"Cukup, buat Gaby berada dalam bahaya, maka Theo pasti akan keluar," ucap Mirella saat itu.
Gaby mengerutkan kening. "Apa hubungannya Theo sama gue?" tanyanya cepat tanpa merubah posisi duduknya. Gaby menatap Mirella dengan tatapan yang menunjukkan ketidaksukaan yang nyata.
"Karena Theo menyukaimu, Gaby," jawab Mirella setelahnya dengan tatapan yang masih tertuju lurus ke wajah Gaby.
Gaby tertawa hambar. "Darimana lo tahu? Theo sering curhatkah sama lo?" tanya Gaby meremehkan, dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Mirella. Hal itu terdengar seperti sebuah lelucon baginya.
"Aku dan Theo tidak dekat. Aku tahu hal itu karena aku pernah mendengar pembicaraan antara Theo dengan Freddy," beritahu Mirella selanjutnya.
Tawa Gaby surut bahkan senyuman di wajah cantiknya sirna dalam sekejap. Sepertinya, Mirella ini memang serius dengan apa yang dia katakan tentang Theo, pikir Gaby membatin.
"Selama ini, Freddy yang memerintahkan Theo untuk mengawasimu,"
Gaby merasa jantungnya berhenti berdetak. Bulu kuduknya meremang. Perkataan Mirella jelas membuatnya takut. Hingga setelahnya, Gaby hanya mampu terdiam.
"Memangnya apa alasan Freddy melakukan itu?" Reno kembali buka suara.
Tatapan Mirella kini beralih pada Reno. Lalu dia menggeleng. "Aku tidak tahu," katanya pelan.
Reno hanya mengulum senyum sambil menganggukkan kepala beberapa kali.
"Baiklah, berhubung ini sudah malam, kita bisa lanjutkan pembicaraan kita besok," kata Reno menyudahi interogasinya. Reno cukup peka membaca situasi. Terlebih melihat kekakuan yang tercipta antara sepasang suami istri dihadapannya itu. Sepertinya mereka butuh waktu untuk menyelesaikan masalah mereka.
Saat itu, Mirella sudah lebih dulu izin pamit ke kamar sementara Gibran sedang mengantar Reno ke kamar tamu.
Gaby meraih tas tangannya dan berniat masuk ke dalam kamar kosong di dalam Villa itu, namun langkah wanita itu terhenti begitu dia teringat sesuatu.
Kepala Gaby menoleh ke arah pintu kamar Gibran di mana Mirella sedang berada di dalam sana sekarang.
Hingga setelahnya dia berbalik dan melangkah masuk ke dalam kamar itu.
Mirella yang sedang berkutat di depan meja rias tampak terkejut ketika Gaby masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu.
Tanpa berkata Gaby melenggang santai menuju lemari pakaian dan memasukkan beberapa potong pakaian yang dia bawa ke dalam lemari itu. Gaby tahu tatapan Mirella masih mengawasinya melalui pantulan cermin dan Gaby tidak perduli.
Ini kamar Gibran dan dia berhak ada di dalam kamar ini!
Gaby mengambil handuk dari dalam lemari lalu berjalan menuju kamar mandi.
Dia hendak bersih-bersih sebelum istirahat.
Sebelum Gaby sempat memasuki kamar mandi, Bi Murni datang dengan membawa segelas jus alpukat kesukaan Gaby.
Gaby yang memang meminta dibuatkan jus pada Bi Murni tadi.
"Taruh saja di nakas jusnya Bi, nanti saya minum, saya mau mandi dulu," perintah Gaby pada Bi Murni.
Bi Murni pun mengangguk patuh. Tatapan wanita paruh baya itu sesekali bertubrukan dengan Mirella yang hanya terdiam di depan meja rias.
"Eh, tunggu dulu Bi," kata Gaby saat Bi Murni hendak keluar.
"Iya, Non, ada apa?" tanya Bi Murni yang kembali berbalik menghadap si majikan.
"Tolong ganti seprainya ya Bi, sudah kotor, saya mau langsung istirahat sehabis mandi," perintah Gaby lagi. Kalimat 'sudah kotor' yang dia ucapkan terdengar penuh penekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEVIL WIFE (End)
RomanceROMANCE DEWASA 21+ Harap Bijak dalam membaca! ***** Ini kisah tentang Gaby, wanita angkuh yang sangat perfeksionis. Gaby menikah dengan Gibran atas dasar perjodohan. Setelah mengetahui rahasia kelam Gibran, Gaby yang marah besar, langsung mengajukan...