36. WHAT THE HELL?

505 87 44
                                    

Lenguhan panjang terdengar saling bersahutan tatkala kedua insan manusia yang saling bertindihan di atas ranjang itu sama-sama mencapai pelepasannya.

Sorot terang cahaya lampu kamar memantulkan sinar dari tubuh mereka yang berkeringat.

Gibran mendekap tubuh Mirella semakin kuat seiring dengan siksaan kenikmatan yang menguasai dirinya. Miliknya sudah semakin dalam terbenam di bawah sana menghadirkan sensasi kenikmatan tiada tara.

Ini pengalaman pertama dalam hidup Gibran.

Pengalaman yang mungkin tak akan terlupakan seumur hidupnya di kala dia tahu bagaimana rasanya berhubungan intim dengan lawan jenis.

Mirella telah memberinya sesuatu yang tak pernah Gibran dapatkan dari wanita lain.

Wanita mana pun.

Yakni, ketulusan hati dan cinta yang sebenarnya.

"Aku mencintaimu, Mimi..." bisik Gibran dengan napas terengah-engah. Tubuhnya ambruk di atas tubuh Mirella.

Aktifitas panas mereka memang cukup menyita waktu dan tenaga.

Posisi Gibran yang membelakangi pintu masuk membuatnya tak menyadari bahwa adegan intimnya dengan Mirella sedang di tonton seseorang yang berdiri di ambang pintu kamar sejak beberapa detik tadi.

"Kalau udah selesai, cepetan keluar! Reno tunggu lo berdua di luar!"

Gibran dan Mirella terkaget-kaget mendengar suara lantang seorang wanita dari arah pintu.

Kamar itu memang luas, jarak antara pintu masuk dengan ranjang memang berjauhan.

Terlebih dengan kondisi di mabuk asmara, itulah sebabnya baik Gibran dan Mirella tak ada yang engeuh dengan kehadiran Gaby.

Kedua manusia itu menarik selimut secara bersamaan untuk menutupi area sensitif tubuh mereka yang terekspos.

"Gab-Gaby? Lo sejak kapan di situ?" tanya Gibran terbata.

Gaby tersenyum kecut. Susah payah dia menahan genangan air di kelopak matanya supaya tidak terjatuh.

"Gue tunggu di luar!" ucap Gaby dengan wajah datar. Hanya itulah kalimat yang keluar dari mulut Gaby setelahnya.

Meski tungkai kakinya gemetar, Gaby berusaha melangkah. High heels yang dia kenakan membuat langkahnya kian limbung.

Hingga akhirnya, Gaby sampai di dekat Reno berdiri.

Kepalanya yang mendadak berkunang-kunang membuat Gaby kehilangan keseimbangan hingga tubuhnya hampir jatuh jika Reno tidak sigap menangkapnya. Tubuh Gaby jatuh menubruk tubuh Reno.

"Ya ampun, Gaby? Kamu kenapa? Kamu sakit?" ucap Reno panik saat kini tubuh Gaby berada dalam pelukannya.

Gaby menggeleng. "Nggak kok, aku nggak apa-apa Ren..." ucap Gaby saat Reno memapahnya menuju sofa.

Di saat yang bersamaan Gibran keluar di ikuti Mirella di belakangnya.

Melihat Gibran datang, Gaby buru-buru berakting dengan pura-pura terjatuh lalu dia menarik tubuh Reno yang saat itu hendak membantunya duduk. Kerah kemeja Reno menjadi sasaran Gaby hingga tubuh lelaki itu jatuh menindih tubuh Gaby di sofa.

"Eh, so-sorry Gab..." ucap Reno terbata. Lelaki itu kelihatan salah tingkah dan merasa sangat tidak enak ketika dilihatnya Gibran kini berdiri tak jauh dari sofa.

Reno buru-buru bangkit. Dia tersenyum kikuk.

"Kayaknya, Gaby sakit deh Gib, atau bisa jadi, Gaby hamil," ucap Reno yang berusaha mencairkan suasana. Meski kalimatnya justru terasa garing. Reno hanya tak ingin terjadi kesalahpahaman di sini.

THE DEVIL WIFE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang