Awalnya, Gibran hanya berniat untuk mengantar Reno ke kamar tamu, tapi ternyata, Reno malah mengajaknya untuk berbincang-bincang sejenak.
Malam itu, ditemani dua cangkir kopi panas, Reno dan Gibran mengobrol di pendopo taman belakang Villa.
"Kita perlu melakukan sesuatu Gib," ucap Reno memecah kesunyian di antara mereka.
"Untuk?" tanya Gibran setelah menyesap kopinya.
"Untuk memancing Theo keluar," balas Reno cepat.
"Jujur ya Ren, gue sebenernya nggak setuju dengan ide Mirella untuk membuat Gaby berada dalam bahaya demi memancing Theo keluar. Mana ada sih suami yang mau istrinya berada dalam bahaya?" tutur Gibran meluapkan kekhawatirannya.
Reno berusaha memaklumi.
Keduanya kembali larut dalam pikiran masing-masing.
Hingga setelahnya Gibran teringat sesuatu.
"Dua hari setelah lo sama Frans adu jotos di kampus, Frans datangin gue dan bilang kalau malem itu sebelum sempet dia berbuat jahat sama gue, Frans justru mendapat sebuah ancaman di ponselnya dari nomor tidak di kenal. Sebuah ancaman yang pada akhirnya membuat Frans mengurungkan niatnya untuk memperkosa gue. Frans bilang, malam itu dia nggak sama sekali menyentuh gue. Dia berbohong karena dia kesal rumahnya menjadi sasaran atas ancaman orang itu. Makanya dia bilang ke lo kalau dia udah berhasil merawanin gue,"
Gibran pun menceritakan hal itu pada Reno.
Tentang teror-teror yang dialami beberapa lelaki yang merupakan mantan kekasih Gaby di Amerika.
Lelaki-lelaki brengsek yang hampir saja menodai Gaby.
Hingga akhirnya, sebuah pertanyaan besar pun muncul dalam benak Reno dan Gibran saat itu.
"Jika memang lelaki yang meneror mantan-mantan Gaby itu adalah Theo, itu artinya apa yang dikatakan Mirella mengenai Theo benar. Tapi yang masih membuatku merasa janggal adalah, kalimat Mirella yang mengatakan bahwa Theo melakukan hal itu atas perintah Freddy," ucap Reno usai meneguk kembali sisa kopinya. "Dan yang jadi pertanyaan di sini adalah, kenapa Freddy melakukan hal itu?" Tambahnya kemudian.
Gibran tampak berpikir.
"Setahuku Gaby dan Freddy memang memiliki hubungan kekerabatan hanya saja hubungan jauh. Intensitas mereka berkomunikasi pun sangat jarang bahkan hampir tidak pernah," balas Gibran yang jadi terbawa rasa penasaran.
Hingga pada akhirnya, sebuah rencana pun tersusun di antara Reno dengan Gibran.
*****
Malam itu, setelah bercakap dengan Reno, Gibran pun beranjak menuju kamar untuk istirahat.
Cuaca di luar semakin dingin, membuat tubuh Gibran menggigil.
Gibran hendak memasuki kamar ketika seseorang memanggilnya dari arah sofa di ruang tengah Villa itu.
Dia Mirella.
"Loh, kamu belum tidur?" tanya Gibran seraya menghampiri Mirella di sofa. Lelaki itu duduk di sebelah Mirella.
Dari matanya yang sembab, Gibran tahu kalau Mirella baru saja selesai menangis. Dia merapikan anak rambut Mirella yang menjuntai berantakan di pelipis wanita itu dan menyelipkannya di telinga.
"Aku nggak bisa tidur, di sini dingin," kata Mirella dengan suara setengah serak.
"Kenapa juga kamu harus tidur di sini? Kamukan bisa tidur di kamar,"
Mirella tampak sedih. "Tadi, Gaby mengusirku dari kamar," jawabnya lemah.
Gibran menarik napas dan menghembuskannya melalui mulut. Dia lupa kalau Gaby juga ada di sini dan seingatnya, sekarang Gaby sedang marah padanya setelah insiden yang terjadi beberapa jam tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEVIL WIFE (End)
RomanceROMANCE DEWASA 21+ Harap Bijak dalam membaca! ***** Ini kisah tentang Gaby, wanita angkuh yang sangat perfeksionis. Gaby menikah dengan Gibran atas dasar perjodohan. Setelah mengetahui rahasia kelam Gibran, Gaby yang marah besar, langsung mengajukan...