39. SIAPA THEO DAN FREDDY SEBENARNYA?

419 78 30
                                    

"Jangan pergi..." bisik Gaby memohon.

Hingga setelahnya, tangis Gaby pecah dihadapan Gibran.

Wanita itu melepas cekalan tangannya dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Bahunya berguncang hebat karena tangis yang semakin merebak. Kepala Gaby tertunduk dalam.

Gaby menyesal.

Dia benar-benar menyesal telah berbuat jahat pada Gibran selama ini.

Gibran mendekat dan meraih tubuh Gaby ke dalam pelukannya.

Gaby tidak menolak. Dia justru membalas pelukan Gibran lebih erat. Membenamkan dalam-dalam wajahnya di balik dada Gibran.

"Ma-af..." gumam Gaby dengan suara parau. Deraian air matanya terus mengalir seolah tak mau berhenti. Sepertinya, ini bukan waktu yang tepat untuk Gaby mengatakan tentang Mirella pada Gibran terlebih Gaby memang tidak memiliki bukti apapun yang menunjukkan indikasi jahat Mirella terhadap dirinya. Gibran pasti tidak akan mempercayainya. Jadilah, Gaby memutuskan untuk tidak membahas tentang Mirella saat ini sampai dia benar-benar tahu apa sebenarnya motif Mirella terhadap dirinya mau pun Gibran.

Kedua bola mata Gibran jadi berkaca-kaca. "Gue udah maafin lo kok. Udah sana tidur, udah malem," ucap Gibran seraya membelai lembut kepala Gaby.

"Temenin gue," pinta Gaby lagi. Kepala Gaby mendongak menatap Gibran penuh harap.

Gibran tersenyum. Dia menuntun Gaby untuk kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Menarik selimut dan merapatkannya hingga menutup tubuh Gaby sebatas leher.

"Jadi, gue boleh tidur di sini malam ini?" tanya Gibran memastikan.

Gaby menggangguk, pipinya merona.

Keduanya tidur dalam posisi miring saling berhadapan.

Saling tatap dan saling melempar senyum.

Gaby beringsut dan memposisikan kepalanya bersandar di bahu Gibran yang refleks merubah posisi tidurnya menjadi telentang.

Gaby melingkarkan tangannya di atas perut Gibran yang rata.

Gibran mengerutkan kening? Merasa heran dengan perubahan drastis diri Gaby malam ini. Meski dia tidak mengucapkan apa-apa.

"Gib, aku mau cerita, bolehkan?" ucap Gaby setelah mereka cukup lama terdiam.

Lagi-lagi keanehan Gibran rasakan ketika Gaby bicara dengan bahasanya yang terdengar sopan.

Aku?

"Cerita aja," balas Gibran. Sebelah tangan lelaki itu tidak diam. Rambut Gaby yang wangi dan lembut menjadi sasaran belaian tangan Gibran.

"Kalau aku bilang, sebenarnya aku ini masih Virgin, apa kamu percaya?" ucap Gaby tiba-tiba.

Merasa aneh, Gibran malah tertawa. "Kamu ini ngomong apa sih?" Gibran jadi terbawa berbicara menggunakan aku-kamu.

"Tuhkan, pasti kamu nggak akan percaya," balas Gaby cemberut.

"Iya-iya deh, aku percaya,"

"Nggak ikhlas banget bilang percayanya? Aku serius, Gib!"

Gibran tersenyum lebar. Meski dia sendiri masih belum mengerti kemana sebenarnya arah pembicaraan Gaby saat ini.

"Iya, aku percaya. Apalagi kalau di suruh membuktikannya langsung," Gibran terkekeh geli dan langsung meringis saat Gaby spontan memukul dadanya.

Kening Gaby bertaut dia mendongak menatap wajah mesum Gibran. "Dasar mesum!" Bisiknya.

Gibran jadi tertawa lagi.

THE DEVIL WIFE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang