Segala sesuatu yang dipaksakan memang sejatinya akan banyak rintangan. Seperti rumah tangga kami.
Orang itu. Suamiku. Napier Akmal Abbas. Sudah dengan jelas membuat batasan diantara kami. Padahal belum juga sehari aku menduduki jabatan baru sebagai istri.
"Oke. Saya setuju tapi saya juga punya syarat. Perbolehkan saya untuk meneruskan kuliah dan bekerja"
Ku lihat keningnya berkerut tapi tak urung ia mengiyakan apa yang menjadi mauku "oke gak papa. Sesuka kamu"
Jawabannya sungguh mengandung makna bukan? Kalau seandainya suami yang benar sayang istri pasti tidak akan semudah itu memperbolehkan istrinya bekerja dalam kondisi hamil muda apalagi sang suami berkecukupan bisa membiayai kebutuhan istrinya.
Tapi dalam kasusku beda. Kami menikah karena aku hamil duluan. Itu yang menjadi alasanku meminta syarat itu. Aku ingin bekerja lantaran aku ingin aku tetap kuliah agar kelak suatu saat, saat aku berada dititik terbawah setidaknya ijazahku bisa membantuku.
.
Sudah dua bulan pernikahan kami dan lima bulan untuk kehamilanku. Tidak ada yang berubah. Hidup kami seperti sendiri sendiri walau dalam satu ruangan sekalipun. Untungnya aku tidak mengalami ngidam atau mual muntah sehingga membuatku tak perlu bergantung dengan orang itu.
Kuliahku dan pekerjaan paruh waktuku cukup membuatku sedikit waktu dirumah. Sehingga aku tak perlu berepot repot untuk selalu menampilkan senyum di depan mama. Ya, walau ku tau mama pasti merasakan bahwa pernikahan kami memang dari awal tidak baik baik saja.
"Besok mau mama temenin cek adek bayinya gak?" Tawar mama saat kami sedang duduk santai didepan televisi di malam minggu.
Jangan beranggapan malam mingguku akan ditemani orang itu ya. Ia bahkan tidak akan pulang ke rumah sebelum jam delapan. Jadi tiap malam minggu hanya aku dan mama yang berkencan sambil menikmati siaran televisi favorit kami.
"Kayaknya gak bisa deh ma. Besok iqis ngegantiin temen buat jaga" aku menolak tawaran mama dengan halus. Karena memang besok aku harus menggantikan temanku yang tidak bisa masuk kerja.
Oh iya aku lupa menceritakan bahwa aku sudah bekerja menjadi pelayan di salah satu restoran cepat saji. Hanya itu mungkin pekerjaan yang bisa aku lakukan. Mengingat aku hanya lulusan SMA dan sedang hamil pula. Miris bukan?
"Kamu gak pingin ngajak napier buat cek kandungan bareng? Bayi kalian juga butuh sosok ayah lo qis" sedih rasanya, bila aku mendengar penuturan mama itu.
Mungkin sudah berkali kali mama mengingatkan kami untuk saling berkomunikasi demi janin didalam kandunganku ini tapi tak pernah sedikitpun omongan mama kami indahkan.
Aku tau, aku juga paham apa maksud mama. Sejujurnya aku merasa melewati semuanya sendiri, ah salah aku memang melewatinya sendiri itu cukup berat untukku. Aku bahkan masih merasa aku ini singel, yang kemana mana sendirian.
"Iya ma, iqis tau. Cuma mas napier sepertinya masih sibuk. Doakan ya ma" jangan tanya kenapa panggilanku berubah ya. Itu panggilan khusus orang itu hanya ku pakai saat aku bersama orang lain, biar dikira aku menghormati suami gitu maksudnya. Hahaha.
"Mau mama bantu buat ngomong sama napier?"
"Enggak usah ma. Nanti iqis coba ngomong sama mas napier sendiri"
"Kalian mau sampai kapan seperti ini? Mau mengelak masih butuh waktu lagi?" Pembahasan yang amat sangat ku hindari sebenarnya.
Bukan karena apa hanya saja aku tak tau harus menjawab apa setiap pertanyaan ini muncul. Kalau di awal awal pernikahan aku bisa dengan lantang mengatakan bahwa kami masih butuh waktu untuk saling mengenal dan menjadi teman tapi tidak saat sudah masuk di hitungan bulan dalam pernikahan kami.
Kami seakan dituntut mama untuk bersikap sebagaimana mestinya seorang suami dan istri. Memang harusnya kami menurunkan ego kami dan mulai saling mengenal tapi kalau itu hanya aku yang memulai bukan kah akan sia sia?
Aku pernah berfikir apa sebelum menikah denganku, orang itu mempunyai kekasih diluar sana? Tapi anggapan ku ini di tolak mentah mentah oleh mama. Kata mama, orang itu memang pernah mempunyai kekasih tapi sudah putus jauh sebelum menikah denganku.
"Iqis juga gak tau ma. Tapi mama tau bukan kalau iqis sudah terbiasa sendiri jadi saat tiba tiba ada orang lain yang setiap hari harus iqis temui dan kami belum kenal itu rasanya masih aneh ma. Maafin iqis ya ma" aku selalu menggunakan diriku sendiri untuk melindungi orang itu. Melimpahkan semua prasangka buruk ke arahku. Kalian tau kan alasannya? Aku hanya tak ingin mama melihat keburukan orang itu. Aku ingin mama masih bisa berbangga atas dirinya walau kami melakukan kesalahan fatal.
Jangan katakan aku mencintainya ya. Aku memang hidup dengannya tapi sikapnya yang dingin dan kaku tak bisa tersentuh itu membuatku muak. Sehingga membuatku melihat ia bukan dari sisi lelaki. Malah kadang kadang aku menganggapnya tidak ada. Jahat ya aku?
Semoga saja bayi didalam kandunganku tak sedikitpun menurun sikapnya, kalau masalah visual memang tidak ku ragukan sih. Cuma sikapnya yang semena mena itu jangan sampai terduplikasi anaknya.
"Mama selalu berdoa semoga kalian baik baik saja. Anak kalian baik baik saja" aku dipeluk mama erat. Aku bersyukur tinggal disini setidaknya aku bisa merasakan kasih sayang ibu. Untungnya pula mama mertuaku tidak seperti mertua di sinetron televisi yang suka menyiksa atau memberi serangan mental pada menantunya sih jadi buatku semua masih aman. Hehe.
"Adek bayinya kapan kata dokter bisa dilihat jenis kelaminnya?" Tanya mama padaku.
"Antara bulan ini atau bulan depan ma. Besok coba iqis tanyakan ya. Mama mau cucu laki laki apa perempuan?"
"Mama pingin punya cucu perempuan. Mama pingin banget ngedandani cucu mama pakek rok rok cantik gitu qis"
"Enak aja. Cucu mama laki laki nanti" aku dan mama kompak menoleh ke sumber suara. Orang itu sudah berdiri tembok pembatas ruang tamu dan ruang televisi.
"Enak aja. Perempuan tau. Lagian mulai kapan kamu peduli sama anakmu?" Skak mat. Mama langsung menohok orang itu.
"Apaan sih ma"
"Loh bukannya bener yang mama bilang? Kamu masih nganggep kamu bapaknya bayi ini?"
"La kan napier yang buat ma makanya dia bisa hamil" ujar orang itu tanpa ekspresi. Sangat menyebalkan.
"Berarti kamu sudah mengakui kan bayi ini anakmu?"
"Sedikit. Kita perlu test DNA untuk meyakinkannya nanti".
.
.
.
24052021Hai guys...
Makasih ya sudah mampir di cerita makthor yang masih dari kata bagus ini...
Makthor mau minta maaf kalau seandainya komen komen kalian masih belum ada yang terbalas. Kadang sukak banyak notif yang numpuk, kalau enggak makthor lupa.. maaf ya..Enjoy.. ♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Seindah Mimpi - End
Romancekesalahan kita dulu pernah membuatku bermimpi indah tapi itu tak bertahan lama.. dan sekarang, tiba tiba kamu datang menawarkan mimpi serupa?