TSM 5

3.1K 247 4
                                    

Siang ini sepertinya matahari sedang tidak berpihak padaku. Cuacanya yang panas membuatku terus berkeringat, tak urung akhirnya aku menggunakan kipas untuk menyejukkan diriku.

Tapi ternyata kesejukanku tidak bertahan lama setelah datangnya orang itu di toko ku. Berkali kali aku menarik nafasku untuk menahan emosiku yang sudah ingin ku lampiaskan padanya.

Apa ia tak lelah harus tiap hari mendatangi ku hanya untuk memojokkanku atau bahkan mengintrogasiku? Sungguh kurang kerjaan.

"Saya mau kamu cerita selengkapnya" kosakatanya tak berubah walau sudah sebulan ini mondar mandir dihadapaku.

"Apa lagi? Masih gak ngerti juga kalau khalif sudah meninggal?" Aku merasa bersalah karena bisa dengan gampangnya menyebut kematian anakku.

"Cerita sama saya kenapa bisa begitu!" Rasanya panasnya cuaca kali ini juga berpengaruh dengan panasnya mulut orang ini.

"Saya tanya sama anda. Kenapa anda baru mencari tau keberadaan khalif sekarang? Kemarin kemarin anda kemana?"

"Kamu menghilang!"

Heol. Orang itu bilang aku menghilang? Bukannya ia yang membuatku pergi? Aku curiga mungkin nyawa orang ini tertukar dengan nyawa orang lain sampai tidak ingat detail kejadian dahulu.

Aku bahkan masih ingat betul bagaimana aku bertemu dengannya dan berakhir tragis.

"Permisi pak. Jalan sumatera dimana ya pak?" Tanyaku pada orang itu saat pertama kali menginjakkan kaki di kota ini.

"Oh jalan sumatera? Mari saya antar" aku yang saat itu masih lugu tidak bisa membedakan mana keadaan yang dalam pengaruh alkohol atau bukan hanya berfikir pasti orang ini orang baik, buktinya sudah larut malam masih mau mengantar anak kecil sepertiku.

Aku menyebutkan tempat dimana aku akan menetap di kota ini. Sebuah rumah kost yang di rekomendasikan oleh sepupu jauhku yang sudah lebih dulu tinggal di kota ini. Hanya saja saat ini ia sedang menikmati liburan semester sedangkan aku sudah akan memulai untuk pengenalan kampus.

"Saya bawakan tas nya. Beri tahu saja kamarnya dimana?" Orang baik ini pasti, buktinya mau repot repot membawakanku ke kamar kost dilantai dua.

Tapi prasangkaku padanya langsung luntur seketika. Saat setelah ia meletakkan tas jinjingku dan mengunci kami berdua didalam kamar.

"Bapak mau apa? Kenapa dikunci!" Teriakku tapi nihil tak ada yang membantu karena memang kost ini jauh dari jalan raya dan sebagian penghuninya sedang pulang kampung untuk liburan.

Orang itu mulai mendekat, mengunciku hingga badanku terkantuk dinding. Aku ketakutan setengah mati saat bibirnya mulai menyapu habis wajahku dan berakhir dengan sedotan panjang dibibirku, yang setelahnya bengkak dan sedikit luka.

"Jangan pak. Saya mohon jangan pak" sekuat hati aku mendorongnya untuk menjauh dariku. Aku ingin lolos dan pergi dari sini tapi tenagaku yang kala jauh dengannya membuatku diam ditempat.

Entah bagaimana semua bisa terjadi. Yang ku ingat hanya saat aku terbangun aku melihat kamar kostku seperti kapal pecah. Baju berserakan dimana mana, dan yang paling membuatku shock aku telanjang bulat dengan orang itu ada disampingku, bonus noda darah di sprei putih yang memang sudah terpasang di kasurku.

Aku menangis sejadi jadinya saat aku mulai menyadari bahwa barang berhargaku sudah direbut paksa orang itu. Dulu sekuat hati aku menjaganya tapi hanya satu malam semuanya sirna. Apa yang harus ku katakan pada ibuku nanti bila mana ibu tau keadaanku yang seperti ini.

Orang itu mulai melenguh dalam tidurnya, sepertinya ia terganggu dengan isakanku yang makin keras "kenapa nangis?" .

Pertanyaan gila! Apa semua lelaki di kota seperti ini? Tidak pernah menyadari salahnya dan menganggap semua yang terjadi itu hal yang biasa.

"Saya mau anda tanggung jawab. Anda sudah memperkosa saya" ujarku masih dengan terus terisak.

"Jangan kolot deh. Kamu gak akan hamil. Bukannya saya keluarkan diluar?"

Entengnya. Seakan apa yang terjadi semalam bukan hal yang besar. Padahal jelas jelas semalam ia sudah merebut keperawananku.

"Saya gak peduli yang jelas bapak harus bertanggung jawab. Saya akan cari bapak sampai kemanapun!".

"Hahaha. Anak kampung tau apa? Kamu nyarik jalan disini aja gak bisa gimana mau nyarik saya!"

Aku berjalan turun ke arah bawah tempat tidur. Dan memungut kartu nama yang tercecer dari saku celananya. Orang itu terkaget dengan tingkah ku yang tak bisa ditebak.

"Coba saja kalau kamu bisa datang kesana. Lagian saya bisa jamin kamu gak akan hamil" katanya masih memepercayai asumsinya.

Setelah mengatakan itu ia memungut bajunya dan memakainya sembarangan didepanku tanpa ada rasa malu sedikitpun, membuatku secara spontan langsung menundukkan pandanganku ke lantai kost.

.

"Apa aku masuk angin ya? Kok sedari tadi aku merasa badanku letih lesu begini" Gunamku dalam hati.

Kejadian itu tak hanya berlangsung saat itu. Ternyata perubahan badanku makin kerasa. Sudah sebulan ini aku mual muntah dan selalu pusing saat harus berdiri terlalu lama.

"Kamu gak papa?"  Ujar desi, tetangga kost ku.

Aku menggelengkan kepalaku untuk menyakinkan ia bahwa aku memang tidak apa apa walau sebenarnya itu salah.

Hingga pada suatu hari di bulan ke dua setelah kejadian itu, aku menyadari bahwa aku sudah melewatkan jadwal menstruasi untuk ke dua kalinya.

Aku telat haid sudah dua bulan. Apa mungkin aku....

Tak ingin berspekulasi terlalu jauh akhirnya aku memberanikan diri untuk mengecek apa benar yang sudah ku dugakan.

Positif! Itulah hasil yang ku dapat saat selesai merendam alat test kehamilan dengan air seni yang sengaja ku tampung di wadah kecil.

Dunia ku seakan runtuh menyadari hal yang menakutkan ini. Tujuanku datang ke kota ini bukan untuk menjadi wanita yang murah, tujuanku kemari ingin berkuliah tapi apa sekarang? Apa dengan keadaanku yang seperti ini bisa membuatku masih meneruskan kuliah?

Ahh... Masa bodoh dengan itu, yang harus ku lakukan saat ini mendatangi orang yang sudah membuatku hamil seperti ini.

Untungnya kartu nama orang itu masih ku simpan jadi aku dengan mudahnya bisa mengetahui dimana tempat ia bekerja.

"Ada yang bisa dibantu mbak?" Tanya resepsionis saat aku mulai mendekat.

"Saya ingin bertemu dengan pak napier akmal abbas, mbak"

"Bekerja di kantor apa mbak? Karena di gedung ini apa beberapa kantor mbak"

Ku tunjukkan kartu nama yang memang menjadi tujuanku kemari. Dan akhirnya resepsionis memberti tahuku lantai lima yang merupakan kantor orang itu.

Saat sudah sampai di lantai limapun, aku mendatangi resepsionis yang menyambutku dekat pintu lift. Dan akhirnya ku utarakan niatku bertemu dengan orang itu.

Aku bahkan diijinkan untuk menunggu orang itu didalam ruangnya. Karena memang saat aku datang katanyanya ia sedang rapat.

"Maaf saya terlambat. Ada yang bisa saya bantu? Perkenalkan saya.." ucapannya menggantung begitu ia melihat wajahku yang sudah tak asing baginya "kenapa kamu kesini?".

"Saya meminta pertanggung jawaban"

"Apa?" Ucapnya dengan wajah datar.

""Saya mohon pak, tolong menikah dengan saya".

.
.
.
22052021

Tak Seindah Mimpi - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang