TSM 15

3K 288 2
                                    

"masih belum bisa memaafkan napier?" Wanita yang sudah berumur ini masih bersikeras untuk membujuk ku tinggal dirumahnya lagi.

"Yang lalu sudah berlalu ma" aku bingung harus bagaimana menjelaskannya. Pasti tante ambar sudah tau bahwa kami memang sudah cerai dan itu membuat kami tidak baik untuk tinggal satu rumah.

"Ya kan tinggal menikah. Beres" aku meringis mendengar solusi yang tante ambar ajukan. Rasanya baginya mudah membuat kami menikah lagi atau jangan jangan orang itu tidak pernah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada kami "iqis butuh waktu buat berfikir?"

"Bukan. Bukan gitu ma. Iqis dan mas napier punya jalan sendiri sendiri" mulut ku seakan gatal saat harus menyebut orang itu dengan panggilan "mas". Kalau tidak karena aku sedang berhadapan dengan ibu orang itu tak mungkin bagi ku untuk memanggilnya dengan sebutan itu lagi.

"Napier gak pernah dekat dengan wanita lain setelah cerai dengan iqis. Pasti iqis punya tempat dihatinya"

Tidak dekat dengan wanita lain? Tapi bertunangan dengan kak nara? Apa bedanya kan?

"Nara sudah mama anggap anak sendiri kayak iqis. Napier bertunangan sama nara karena mamanya nara minta napier ngejaga nara disini" tante ambar sepertinya tau apa yang aku pikirkan "dan baru baru ini napier memang sudah memutuskan hubungan mereka"

"Kak nara orang baik ma. Jangan sampek mas napier menyesal nantinya. Mama udah selesai belum makannya? Biar iqis beresin" aku mencoba untuk mengalihkan pembicaraan kami. Sangat tidak nyaman terutama bagi ku harus membahas ini lagi.

"Gimana napier bisa hidup kalau dia sekarang menyesali yang sudah sudah, terutama khalif. Mama sebenernya pingin tau khalif bagaimana tapi napier sudah berkali kali mengingatkan jangan sampai membicarakannya dengan iqis"

Orang itu. Apa sekarang ia berlagak sok peduli dengan ku? Atau memang sudah menyesal dan akhirnya peduli?

Aku tak sanggup lagi menjawab pertanyaan mama, akhirnya yang ku lakukan hanya menunduk dan diam. Untungnya mama mengerti akan tingkah ku itu jadi mama mengajak ku untuk ke rumah belakang guna mencari udara setelah apa yang sudah kita bahas.

.

"Makasih ya kamu udah dateng. Mau saya antar?" Aku melonjak saat hendak menutup kamar tante ambar. Orang itu tiba tiba sudah berdiri dibelakang ku dengan santainya.

"Enggak usah. Makasih" ujar ku berlalu cuek.

"Saya ada perlu ngomong sama kamu" ucapannya sontak menghentikan langkah ku.

Apalagi yang harus kita bicarakan?

Aku mengikutinya kearah belakang, ditaman tempat aku dan tante ambar tadi berbincang. Sepertinya memang banyak yang harus kita bicarakan. Aku tak ingin nanti saat aku bersama tante ambar, aku kedapatan salah ucap.

"Saya gak ngasih tau mama apa yang terjadi" ujarnya saat aku baru saja mendudukkan diri ke kursi dihalaman ini.

"Kenapa?"

"Karena kamu dan khalif punya arti khusus di hidup mama. Saya gak mau semakin membuat mama sedih saat mama tau kita mempermainkan pernikahan"

"Kita? Bukannya hanya anda yang mempermainkan pernikahan? Saya bahkan punya mimpi akan punya keluarga bahagia tapi nyatanya..." Aku tertawa kecil mengingat apa yang terjadi dengan kami kala itu.

Sebuah lelucon pernikahan. Mungkin itu kata kata yang tepat untuk mengambarkan yang terjadi.

"-- saya memang yang meminta anda untuk menikahi saya karena saya terlanjur hamil. Saya juga terima saar anda bahkan memberi batasan untuk kita. Tapi walau begitu tak sedikitpun dipikiran saya terbesit kata cerai karena saya menganggap pernikahan kita masih bisa diperbaiki"

"-- anda tau kenapa saya mundur? Karena saya tau hanya saya yang akan berjuang dan itu pasti gak akan bagus untuk khalif"

Akhirnya aku bisa meluapkan semua yang aku pikirkan pada orang itu. Dulu mungkin untuk berbicara sepanjang itu apalagi menyangkut urusan hati aku tak punya kuasa tapi sekarang rasanya aku perlu untuk melepas segalanya agar aku dan orang itu bisa benar benar berjalan dijalan yang sudah kami pilih.

"Maafkan saya. Saya terlalu muda untuk bisa berfikir jernih saat itu dan sekarang saya menyesalinya" ucapannya yang lirih dan penuh penekanan tiap katanya membuat ku akhirnya mengalihkan perhatian ku padanya. Mencari kebenaran dari matanya yang ternyata memang menyiratkan sebuah penyesalan yang mendalam.

"Saya sudah memaafkan. Jadi bersikaplah seperti biasanya"

"Apa saya masih belum boleh mendengar cerita khalif?"

Lagi. Pernyataan yang entah sudah berapa kali ia lontarkan sejak kami bertemu lagi. Namun kali ini dengan rasa yang berbeda, kalau dulu mungkin ada emosi ditiap ucapannya tapi saat ini seakan ada luka yang coba ia tutupi.

Mungkin sudah saatnya aku mengungkapkan apa yang terjadi dengan khalif, anak laki lakinya "khalif kecelakaan dan meninggal saat perjalanan ke rumah sakit, anda tau kan?"

Gelengan kepala terlihat jelas oleh ku "gak tau? Anda yakin? Bukannya anda dua tahun lalu juga ada dipersidangan pelaku yang menabrak khalif? Saya sudah mencoba menerima, jadi anda gak perlu bohong!"

"Saya bener bener gak tau apa yang kamu maksud. Persidangan? Seingat saya tidak ada satupun persidangan yang saya pegang karena tabrak lari"

"Saya jelas jelas melihat anda didepan ruang sidang berbicara dengan petinggi disana! Bukankah anda yang membuatnya hanya menerima sedikit hukuman!"

Aku tak habis pikir apa hidup orang ini akan selalu penuh dengan kebohongan? Setelah tante ambar yang ia bohongi tentang apa yang terjadi dirumah tangga kami dulu, sekarang ia mau membohongi aku juga? Aku benar benar tak habis pikir.

Tapi aku tak akan lengah. Aku tau betul tujuannya disana walu aku tak mengikuti jalannya sidang itu. Terlalu muak untuk berhadapan lagi dengan wajah orang itu.

"Saya?" Tunjuknya pada diri sendiri "saya saja sudah lama tidak pernah menangani kasus kecelakaan lalu lintas. Kebanyakan kasus saya perceraian"

"Sudah dua tahun kalau anda lupa"

"Saya serius. Saya sudah lebih dari itu gak pernah pegang kasus kecelakaan. Kamu pasti salah orang" ototnya.

"Saya gak akan salah orang. Mata saja jelas jelas melihat anda dan kak nara disana"

"Nara?"

"Iya kak nara. Dia ada disana bersama anda. Dia bahkan sempat melihat saya"

"Tapi dia gak pernah omong apa apa sama saya"

"Jelas kak nara gak akan omong apa apa karena buat kak nara, saya ini ancaman yang bisa menganggu hubungan kalian!"

.
.
.
13062021

Haiii guyss...
Maap banget ya makthor lama gak up, sejujurnya lagi dalam keadaan mood swing dan kemarin gak tau mesti gimana 🤭
Tapi alhmdulillah sekarang udah aman, udah baik..
Makasih banyak ya untuk semua pembaca yang berkenan membaca tulisan yang amatir ini..
Makasih juga untuk votenya...
Ahh gak bisa berkata kata kadang ngeliat notif yang selalu bunyi...

Enjoy ya... ♥️

*Eh nambah happy 8th bts 🤭💜

Tak Seindah Mimpi - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang