"loh ngapain sih ikut naik motor saya? Saya ini mau kerja!" Ujarku emosi saat tau orang itu ikut naik di sekuterku. Padahal jelas jelas aku sedang akan mengantar pesanan bunga orang.
"Saya mau diceritain tentang khalif!" Aku menghembuskan kasar nafas yang tengah ku ambil.
"Saya sibuk. Kerjaan saya banyak. Lain kali saya ceritain kalau saya ada waktu luang" ternyata ucapanku barusan cukup membuatnya turun dari boncengan belakang motor ku.
Ahh leganya.
"Sayang..."
Aku langsung membalikkan badan saat mendengar suara wanita tengah berlari ke arah kami. Jangan lupakan sepatu hak tingginya yang memekakkan telinga.
"Oh kamu ada disini?" Orang itu menjawab sapaan wanita yang tak lain sahabatnya sendiri, kak nara.
Ehh. Tunggu. Apa tadi panggilannya? Sayang bukan? Apa jangan jangan?
Aku segera menutup mulutku, saat sadar kemungkinan hubungan ke duanya.
"Kamu ngapain disini? Ketemu sama bilqis? Untuk apa sayang?"
Sudah bisa dipastikan bukan hubungan keduanya apa? Aku yang memang sudah tak ingin berinteraksi dengan orang itu akhirnya memilih menstater motorku untuk segera mengantarkan pesanan bunga orang lain.
.
Aku mulai berjalan ke arah dalam taman, sesaat setelah aku mengantarkan pesanan bunga. Aku ingin mencari kesejukan sebentar dibawah rimbunnya pohon pohon yang memang di tata secara khusus agar indah.
Didepanku banyak berkeliaran anak anak kecil bermanin sepedah sambil ditemani sang ibu. Senyum mereka mengingatkan ku pada khalif.
Mungkin kalau saja khalif masih ada entah seberapa besarnya ia. Mungkin kalau saja khalif masih ada, aku pasti menemaninya bersepedah. Mungkin kalau seandainya khalif masih ada, ia akan menjadi alasan untuk setiap senyum diwajahku.
Ahh.. aku mulai berandai andai lagi, sampai aku tak sadar ada bulir bulir bening yang mengalir dipipi ku. Aku mulai terisak, selalu terisak kala aku merindukannya, khalif.
Memikirkan khalif membuatku teringat pada orang itu. Apa aku memang perlu untuk memberi tahunya tentang bagaimana khalif dulu? Atau mungkin aku tidak perlu repot repot menceritakannya? Mengingat bagaimana sikapnya padaku.
Rasanya mulutku ingin mengatakan, ini terlalu sulit bagiku. Ini terlalu sakit. Apa orang itu tak pernah berfikir bahwa apa yang ia lakukan membuat ku terluka? Apa jadinya kalau ia adalah aku? Akankah ia akan seperti aku?
Tak adil bukan kalau hanya aku yang merasakan sakit sendiri? Tapi bertemu dengannya lagi dan menceritakan semuanya bukankah semakin membuat ku menderita?
Aku memang sudah mencoba untuk menerima semuanya tapi tak bisa dipungkiri saat orang itu berada dalam dekat ku, hati ku masih belum siap. Bahkan setelah lebih dari satu bulan ia mencoba mengajak ku berbicara aku masih belum terbiasa.
.
Tokk... Tokk... Tokk...
Aku menggeliat saat ketukan pintu dikamar kost ku terdengar.
Rupanya aku sudah tertidur lebih dari tiga jam. Pantas saja sakit dikepala ku sudah mulai berangsur membaik. Walau tak bisa ku pungkiri bahwa badan ku masih sangat lemas. Aku memang hari ini tidak datang ke toko karena sejak semalam badan ku sedang tidak baik baik saja.
Mulut ku terbuka lebar saat aku tau siapa pelaku yang mengganggu tidur ku kali ini. Orang itu. Iya, orang itu datang ke kamar kost ku.
Rasa sakit kepala ku sepertinya akan datang lagi. Mengingat orang itu selalu membuat ku berfikir terus menerus.
"Kamu sakit? Sakit apa? Mau saya antar ke rumah sakit? Muka kamu masih pucet loh" rentetan kata kata yang membuat ku tercengang tak ada habisnya. Apa benar orang didepan ku ini orang dimasa lalu ku?
"Aeri bilqis izma" ujarnya. Membuat ku langsung tersadar dari lamunanku. Ini nyata bukan? Ia bahkan menyebut nama lengkap ku.
Aku mencoba menormalkan kembali raut wajah ku yang terkejut dengan sikap orang itu "kenapa kesini?" Aku bahkan tidak perlu repot repot menanyakan bagaimana ia mendapatkan alamat rumah kost ku, bukan kah sudah jelas ia dapat dari siapa?
"Saya nyarik kamu ke toko tapi kata temenmu, kamu sakit" jelasnya pada ku.
"Untuk apa peduli saya sakit atau tidak? Anda hanya buang buang waktu"
"Karena kamu belum menceritakan semua tentang khalif sama saya"
"Ohh.. saya kira kenapa?" Akhirnya aku tau alasannya dibalik orang itu mencari ku. Ia masih ingin mendengarkan cerita khalif, tidak lebih. Eh apa coba lebihan yang ku harapkan darinya? Tidak tidak.
"Memang kamu mengharap saya apa?"
"Saya?" Aku menunjuk diri ku sendiri.
"Iya kamu. Kamu berfikir saya mencarimu untuk hal lain?"
"Apa yang anda katakan? Saya tidak pernah berfikir seperti itu. Sudah sana pergi. Saya mau istirahat!"
"Saya tidak akan pergi sebelum kamu menjanjikan kapan kamu akan menceritakan semuanya pada saya. Saya mau tau kehidupan khalif. Khalif itu juga anak saya kalau kamu lupa"
Aku tersenyum tipis mendengar kata itu dua kali meluncur dari mulut orang itu. Aku benar benar merasa diejek "anda bukannya hanya ayahnya di selembar kertas?"
"Kamu..."
"Apa? Apa yang saya katakan benar bukan? Kalau anda mau saya bisa mengembalikan kertas yang berisi nama anda itu" aku benar benar sudah dibuat kesal oleh orang dihadapan ku ini.
"Gak perlu. Saya hanya butuh cerita kamu!"
"Untuk apa? Mau bikin saya sakit hati lagi? Saya gak habis pikir bagaimana cara berfikir anda. Saya mohon jangan ganggu saya lagi"
Air mata yang sejak tadi ku tahan sudah meleleh tanpa permisi. Aku merosot terduduk didepan pintu menangis terisak. Kenapa rasanya sangat sakit. Sangat sakit.
"Saya hanya ingin tau apa khalif hidup dengan baik? Apa dia tumbuh dengan baik? Apa dia sempat menanyakan saya?"
Ku tatap matanya penuh amarah. Perkataan orang itu sungguh mengusik ku kali ini "jawaban apa yang anda harapkan keluar dari mulut saya?"
"Saya mau tau semuanya. Cukup ceritakan kebenarannya"
"Khalif sudah meninggal. Itu kebenarannya. Bukankan itu seharusnya sudah cukup untuk menjelaskan semuanya? Kenapa anda tidak bersikap kejam dan dingin seperti biasanya saja! Kenapa harus bertanya tentang khalif seperti ayah yang dipisahkan dari anaknya, kenapa?"
"Saya tidak ingin merasa bersalah"
"Telat. Sudah hampir tuju tahun lebih dan anda baru merasa bersalah? Lelucon anda benar benar membuat saya ingin tertawa terbahak"
"Saya sedang tidak melucu!"
Bulir bulir air mata menetes begitu aku memejamkan mata ku. Sepertinya berdebat dengan orang itu hanya sia sia "saya hanya bisa menceritakan bahwa khalif sudah meninggal. Itu saja. Saya harap anda mengerti. Silahkan pulang. Kita bukan muhrim. Saya gak mau orang lain yang melihat salah sangka"
"Apa saya perlu membuat kamu menjadi muhrim saya lagi?"
Brakkkk!!
.
.
.
31052021Maap ya guys udah 2 hari gak up... 🥺
Enjoy... ♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Seindah Mimpi - End
Romancekesalahan kita dulu pernah membuatku bermimpi indah tapi itu tak bertahan lama.. dan sekarang, tiba tiba kamu datang menawarkan mimpi serupa?