TSM 11

3.2K 288 8
                                    

Sungguh aku sudah sekuat hati menahan mimik mukaku yang amat sangat kesal menghadapi orang yang tertidur atau sengaja tidur didepan ku ini. Kalau tidak ingat apa yang terjadi tadi pasti sudah ku langkahkan kaki jauh jauh dari orang itu.

"Sus, orang ini tidur apa mati sih?" Raut terkejut jelas tercetak diwajah suster yang sedang ku ajak bicara ini.

"Masih pingsan bu. Mungkin sebentar lagi bangun" aku mendengus kesal mendengar jawaban suster itu.

Benar benar merepotkan!

Aku yang mengenalnya sebagai sosok yang jahat, amat sangat tidak menyangka bahwa orang itu selemah itu. Aku yang emosi mendengar kata kata absurd nya tadi saat datang ke tempat kost ku membuatku sedikit memberinya pelajaran dengan memukulnya pelan. Serius pelan kok.

Tapi apa yang terjadi? Setelah mendapat hadiah tak terduga dari ku, orang itu bukannya senang yang ada malah pingsan. Mungkin faktor umur kali ya? Makanya disenggol dikit langsung tak berdaya. Sangat memalukan! Bertolak belakang dengan sikapnya yang arogan.

"Sayang.." suara yang amat ku kenal tiba tiba mendekat "napier kenapa qis?" Lanjutnya bertanya pada ku.

Kak nara. Sahabat orang itu, ah mungkin sekarang lebih dari sahabat terlihat dari cara memanggilnya yang memang sudah berubah dari yang dulu, saat aku masih bersama orang itu.

"Gak tau tiba tiba pingsan" kilah ku cuek.

"Gak mungkin qis. Napier bukan orang yang gampang begitu. Kamu gak ngapa ngapain dia kan?"

"Ngapa ngapain gimana maksud kakak?" Ini maksud ucapan kak nara apa ya? Kok mendadak aku ngehang.

"Dia jatuh apa gimana sih?"

"Lupa" jawab ku santai.

"Kakak serius qis. Napier kenapa? Gak papa kalau memang kalian bertengkar tapi kasih tau gimana dia bisa pingsan"

"Iqis pukul dikit" cicit ku pelan.

"Apa! Kamu pukul dimana? Kamu gak tau ya dia itu dulu pernah kecelakaan gara gara kam..."

"Nara. Stop!!" Suara orang itu akhirnya terdengar. Seketika aku dan kak nara langsung menoleh ke arahnya.

"Kamu gak papa sayang? Ada yang sakit? Aku panggilin dokter dulu ya?"

"Enggak papa. Kamu anter dia keluar gih. Suruh dia pulang" ujarnya dingin.

Heol. Bisa bisanya orang itu ngusir aku. Padahal jelas jelas tadi aku yang mengantarnya sampai ke rumah sakit. Tidak tau terima kasih. Dasar orang gila!

Tanpa disuruh dua kali akhirnya dengan segera berlalu dari ruang rawat orang itu. Sungguh menjengkelkan harus berhadapan dengan orang yang tidak punya hati seperti itu.

Tadinya aku sudah menyiapkan kata kata untuk meminta maaf padanya atas sikap ku yang main pukul saja tapi melihatnya bisa berkata pedas membuat ku mengurungkan niat ku. Bukankah ia yang menyebabkan aku memukulnya?

.

Aku tersenyum mengelus nisan bertuliskan nama khalif. Memang tadinya aku ingin langsung pulang tapi saat melihat anak di kursi roda di rumah sakit tadi membuat ku mengingat khalif.

"Anak ibu apa kabar? Ibu kangen khalif. Khalif datang lagi dong di mimpi ibu, biar ibu seneng, ya?" Aku tak bisa menahan lelehan air mata ku.

Sudah dua tahun lebih aku ditinggalkannya. Satu satu nya alasan ku untuk hidup. Tapi memang takdir tak ada yang tau bukan? Mungkin saja apabila khalif masih hidup aku beluk tentu bisa menjaganya dengan baik makanya Allah mengambilnya sebelum khalif terluka karena ulah ku, Iya kan?

"Ibu ketemu ayah, nak. Dan ayah nanyain khalif. Maaf ya nak kalau dulu ibu gak pernah bisa bawa khalif ketemu ayah sekalipun khalif minta. Ibu terlalu egois untuk tak ingin bertemu ayahmu padahal jelas jelas khalif butuh ayah. Maaf ya nak, khalif mau maafin ibu kan?"

"Ibu janji sama khalif nanti suatu saat ibu bakalan ngasih tau ayah kalau khalif disini. Ibu bakalan nunjukin juga foto khalif yang bener bener mirip sama ayah. Doain ibu kuat ya nak biar khalif bisa cepet ketemu ayah"

Aku terisak keras. Menyesali sikap ku yang memang tak mau mempertemukan anak dan ayahnya. Andai dulu aku mau menurunkan ego ku sedikit saja mungkin khalif punya kenangan akan ayahnya. Aku bahkan lupa akan istilah "tidak ada bekas anak".

Cukup lama membuat diri ku sendiri tenang. Bisa ku pastikan mata ku saat ini pasti bengkak, mengingat tangis ku yang lama mereda.

Aku harus pulang. Sebelum matahari mulai berwarna kemerahan. Aku tak ingin berada di tempat ini saat langit mulai menghitam. Pasti sangat menyeramkan bukan?

.

"Kamu dari mana aja!" Teriakan keras orang itu terdengar ditelinga ku saat aku baru saja menginjakkan kaki ku di pekarangan tempat kost ku.

Bukannya harusnya orang itu ada di rumah sakit? Bukan kah ia tadi mengusir ku dari hadapannya? Lalu untuk apa ia disini?

"Kamu dari mana aja!" Ulangnya.

"Apa urusan anda? Bukannya harusnya anda di rumah sakit?"

"Kamu khawatir sama saya?" Aku terbahak mendengar ucapannya.

Dari kata kata ku tadi dimana letak kekhawatiran yang ia maksud? Aku kan hanya bertanya atas kedatangannya pada ku yang tiba tiba bukan? Rasa percaya diri tak pernah luntur walau sudah pingsan lama sekalipun. Sangat menyebalkan!

"Kamu habis nangis?" Tanyanya dengan nada yang lebih lembut dari sebelumnya.

"Bukan urusan anda!"

"Gimana bukan urusan saya? Tadi saya kesini pas kamu lagi gak enak badan. Eh gak taunya saya di tendang dan berujung masuk rumah sakit padahal yang sakit itu kn  kamu. Harusnya tadi kamu periksa juga disana"

"Anda mau saya sembuh?" Orang itu mengangguk anggukkan kepalanya tanda setuju dengan pertanyaan ku.

"Mau saya bawa ke rumah sakit? Atau kamu mau apa?" Tanyanya panik.

"Saya mau kita gak usah ketemu lagi bisa?" Aku melihat raut terkejut di wajah orang itu tapi segera ia ubah menjadi mode datar lagi.

Orang itu mungkin berfikir aku masih bilqis yang ia temui tujuh tahun lalu. Bilqis yang hanya mengikuti apa mau lelaki ini tanpa bisa berbicara banyak. Bilqis yang menerima apapun perlakuannya. Sungguh orang itu salah sangka.

Bilqis yang ia temui saat ini adalah bilqis yang baru. Yang tidak akan mengikuti apa mau orang lain apabila hatinya sendiri tidak menginginkanya.

"Kalau itu saya gak bisa"

"Kenapa? Cerita khalif lagi alasannya? Oke saya akan menceritakan khalif kalau itu mau anda. Tapi saya mohon setelahnya jangan muncul dihadapan saya, bagaimana? Sepakat?" Sepertinya hanya ini cara satu satunya untuk mengusirnya dari hadapan ku.

"Saya pikirkan dulu tawaran kamu"

"Jawabannya hanya iya!"

"Apa saya terlalu buruk sampai kamu tidak mau bertemu lagi dengan saya?"

"Apa saya selalu terlihat murah didepan anda? Apa pendapat orang kalau seandainya tau saya masih bertemu dengan mantan suami saya padahal jelas jelas ada wanita lain didekat anda?...."

.
.
.
02062021



Tak Seindah Mimpi - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang