TSM 8

2.9K 265 5
                                    

Tak ada yang berubah walau semua sudah berjalan lama. Kandunganku bahkan sudah di angka tujuh bulan lebih.

Tapi satu yang menjadi pikiranku. Test DNA.

Mungkin aku bisa berfikir untuk memberi penghidupan layak untuk janin ini dengan menikah dengan ayahnya karena memang tak sedikitpun keinginanku untuk menggugurkannya tapi sepertinya pikiranku ini tidak sama dengan orang itu. Ia bahkan meragukannya.

Aku kira dengan seiringnya waktu hatinya akan terbuka untuk menerima semuanya, nyatanya nol besar!. Aku masih berharap setelah aku melahirkan janin ini semuanya berubah. Bukankah akan menyakitkan apabila janin ini lahir dan tau bahwa ayahnya tidak menginginkannya sama sekali?

Sudah satu jam berlalu semenjak aku datang ke tempat bekerjaku. Namun aku masih berusaha untuk menenangkan janin ini yang sedari tadi sepertinya gelisah. Apa kegiatanku banyak mengganggunya ya?

"Kenapa qis?" Tanya mbak sinta rekan kerjaku disini.

"Enggak tau nih mbak. Adeknya dari tadi gerak gerak terus" jawabku sambil mengelus perutku yang sudah mulai membuncit.

"Loh qis itu dikakimu..." Aku yang mengikuti arah pandangan mbak sinta dan ternyata sudah ada genangan air dibawah kakiku.

Perasaan aku tidak sedang menahan kencing atau menumpahkan apapun dibawah kakiku tapi kok ada air ya?

Ketuban. Iya ketuban. Sepertinya ketubanku pecah. Setelah berfikir begitu setelahnya aku sudah tidak bisa berfikir apapun lagi.

Tiba tiba aku tersadar saat aku sudah didorong di ranjang dorong disalah satu rumah sakit. Setelah mengingat apa yang terjadi reflek aku memegangi perutku. Gerakan janin yang tadinya ku keluhkan kini sudah tidak terlalu.

Aku melihat sekeliling ada beberapa perawat yang mendorong dan mbak sinta juga disana. Orang itu tidak ada diantaranya. Ah aku lupa, nomor ponsel pintarnya saja aku tak punya bagaimana mbak sinta bisa menghubunginya kan?

"Ibu sudah sadar?" Tanya salah seorang perawat perempuan padaku. Aku hanya menjawabnya dengan senyum saja "saya mau memeriksa secara menyeluruh ya bu. Nanti kalau ada yang sakit atau ibu tidak nyaman ibu beritahu saja ya"

Entah serangkaian apa yang ku jalani yang ku tau hanya usg saja untuk melihat keadaan janin didalam kandunganku selebihnya aku hanya mengikuti saja.

"Ibu kesini sama siapa ya?"

"Saya sama teman saya bu. Diluar mungkin. Kenapa bu?"

"Keluarga apa tidak ada yang mendampingi?" Tanyanya lagi.

"Saya belum sempat menghubungi rumah bu. Kenapa dengan keadaan saya, bu?" Tanyaku penasaran.

"Bayinya harus segera dilahirkan bu karena ketubannya sudah hampir habis bu"

Aku memejamkan mataku mencoba menghalau rasa sesak didada "tapi usia kandungan saya masih tujuh bulan bu" ujarku terbata.

Tak pernah terbayangkan olehku akan melahirkan sebelum waktunya. Aku yang sebelumnya sudah pernah mencari tahu tentang kehamilan premature membuatku akhirnya memikirkan kemungkinan kemungkinan terburuk atas itu.

"Apa gak ada acara lain bu?" Tanyaku lemas.

"Nanti dokter yang akan menjelaskan lebih lanjut ya bu setelah keluarga datang. Kalau bisa segera ya bu" aku menganggukkan kepalaku.

"Iqis kenapa?" Akhirnya mama datang setelah sebelumnya aku sengaja menghubungi mama.

"Iqis gak papa ma hanya pecah ketuban dan harus melahirkan sekarang"

"Trus bagaimana? Mama menghubungi dokter dulu ya".

Aku tak tau mama membicarakan apa dengan dokter hanya saja tiba tiba aku sudah di dorong ke ruang oprasi dan siap untuk meliahirkan.

Tangisan lemah bayi yang ku lahirkan cukup membuatku bernafas lega. Statusku sudah bertambah lagi menjadi seorang ibu membuatku tak bisa menahan air mataku tidak mengalir.

Anak laki laki. Dengan berat tidak lebih dari dari dua setengah kilo berhasil keluar dari perutku.
Selamat datang ke dunia ya nak.

Kebahagiaanku ternyata tidak bisa berlangsung lama. Karena saat aku sudah dipindahkan ke ruang perawatan aku mendapat kabar bahwa anakku harus menjalani perawatan intensif karena harus dilahirkan lebih dulu dan berat badannya yang dibawah rata rata normal.

Jangan tanya kemana orang itu ya. Karena semenjak aku masuk rumah sakit tak pernah secuilpun aku melihat wajahnya. Tapi dari cerita mama, aku tau ia sempat datang untuk mengadzani anaknya itu. Sebegitu tak menerimanya kah orang itu atas kelahiran anaknya sendiri?

Aku merasa tertampar kenyataan. Mau sebagaimanapun usahaku tetap anakku tidak bisa diterima oleh ayahnya sendiri. Menyedihkan.

Hari kesepuluh aku menemani anakku dirumah sakit akhirnya bayi kecil itu bisa ku gendong pulang.

"Namanya khalif. Ini akta kelahirannya sesuai yang kamu mau sudah saya urus" ujar orang itu begitu aku sudah menginjakkan kaki di kamar tidur kami.

Aku memandang amplop yang ia berikan padaku. Sesak itu yang kurasakan. Entah mengapa tapi yang jelas aku sedih melihat berkas itu.

"Aku sudah menuruti maumu jadi sebagai timbal baliknya kamu juga harus menuruti kemauanku. Mauku ada didalam amplop itu juga, nanti bacalah"

Mungkin perasaanku saja atau memang nadanya bicaranya yang berubah menjadi lebih lembut walau kata katanya tidak ada lembutnya sama sekali. Tidak mungkin bukan orang itu mendadak berubah? Atau apa ini usahanya untuk membuatku menyetujui maunya?

Tangisan khalif membuatku mengalihkan pikiranku pada bayi itu. Mungkin setelah ini hanya khalif yang menjadi tujuan hidupku. Aku ingin hidup untuknya walaupun aku tak tau didepan sana akan terjadi apa tapi selama khalif dalam pelukku, aku rasa semua akan baik baik saja.

"Jadi anak kuat ya sayang. Ibu bakalan ada disebelah khalif apapun keadaannya ya" ucapku berjanji pada bayi itu.

Setelah ku rasa khalif lebih tenang dari sebelumnya akhirnya ku letakkan ia di box bayi disamping ranjang tidurku. Aku segera membersihkan diri dan membereskan kamar ini.

Khalif tertidur tepat setelah aku menyelesaikan semua pekerjaanku. Ku pandangi wajah damainya. Seakan masih tak percaya bahwa aku sudah bisa melahirkan bayi saat usiaku bahkan belum mencapai sembilan belas tahun. 

Aku teringat amplop yang orang itu berikan padaku. Ku buka perlahan dan kemudian tersenyum saat membaca akta kelahiran khalif. Namaku dan nama orang itu terpajang jelas disana sebagai orang tuanya, seperti mauku.

Tapi.. lembar berikutnya, aku dibuat shock dengan apa yang ku lihat. Dilembar kertas itu tertulis jelas pembatalan pernikahan.

PEMBATALAN PERNIKAHAN.

.
.
.
26052021

Tak Seindah Mimpi - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang