219. Masalah Psikologi : Kotori Andromeda : Pesan Kotori

1 0 0
                                    

Jumat, 24 April 2026 jam 14:59, pelajaran militer sudah berakhir dan jadwal pelajaran akademi akan dimulai Senin depan. Anggota Klub Teater sedang berkumpul untuk latihan sandiwara dan aktivitas klub lainnya.

Kelas I Saintek A, Pak Stephan sudah meninggalkan kelas. Aku dan Nina membantu Pak Stephan untuk membereskan peralatan militer. Mulai dari senapan, amunisi, armor, dan peralatan lainnya.

Tak lama kemudian, seseorang berada di luar kelas dan memanggil dengan suara yang pelan. Ia mencari siswi yang bisa mendengar suara kecil dan lembut. Itu adalah ...

"Aurora."

Aurora menoleh ke sumber suara dan menghampiri Kotori. Dengan ramahnya, Kotori disambut dengan baik meskipun lawan bicara sedang cemas.

"Kotori. Ada apa?"

"Rivandy mana? Aku harus mengatakan sesuatu padanya."  Kotori bertanya sambil melirik sekitar.

"Rivandy? Oo. Rivandy sedang ke ruang guru bersama Nina. Ada apa?"

"Bolehkah aku mengirimkan sesuatu padanya? Sebuah pesan yang penting."

"Ayo! Kita ke taman aja. Sepertinya di kelas tidak bisa."

"Baiklah kalau begitu. Ikut denganku."

Tidak banyak waktu, Kotori menggunakan kekuatan "Electro Dubstep : Shockwave" untuk mengantarkan Aurora ke taman yang sepi.

Setelah sampai di taman, Kotori menoleh sekitar untuk menjaga kerahasiaannya. hanya Aurora yang mengetahui rahasia ini. Tidak untuk yang lain.  

"Jadi, Kotori. Kamu kenapa repot-repot datang ke sini?"

"Tolong terima barang ini piring hitam ini! Dan jangan sampai mereka mendapatkannya." Kotori merogoh saku rok untuk mengambil barang itu 

Aurora sebuah barang dan piring hitam milik Kotori. Pandangannya tertuju pada sebuah barang itu dan  sebuah piring hitam.

"Tunggu sebentar! Apa ini? Kenapa aku harus terima barang ini?" Aurora masih memegang dengan kedua tangannya.

"Itu adalah chip semua memori kehidupanku dan piring hitam itu adalah sebuah kenangan."  Kotori menjelaskan barang yang diterima Aurora.

"Eh? Kenapa? Apakah kamu pindah sekolah?" Aurora memegang kedua barang itu dengan erat dan tidak mau dilepaskan begitu saja.

"Tidak! Aku tidak pindah. Hidupku sekarang dalam bahaya. CIA akan memburuku dan kepala sekolah tidak bisa berbuat banyak lagi." Kotori merespon pertanyaan Aurora.

"Selain itu, Rivandy berada dalam bahaya. Aku tidak mau dia  terluka karena aku. " 

Aurora semakin tidak paham dengan itu. Tidak hanya itu, pikiran  masih berputar karena Kotori mengatakan secara mendadak. Dia memberikan semua kenangan itu dan pergi tanpa kembali.

"Kotori. Tapi, kenapa kamu harus seperti ini? Kita bisa mengalahkan CIA bersama-sama." Usulan Aurora diutarakan meskipun tidak cukup.

"Tidak. Situasi ini jauh berbeda. CIA lebih kuat daripada kita. Kalau dia EG, kita tidak bisa melakukan apapun lagi."

"Aku harus menghadapinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Kalau kau membantuku, kau akan ditangkap juga." 

Perdebatan Aurora dan Kotori semakin membesar. Air mata bermata biru tak tertahankan. Mungkin,  hanya sesaat sebelum kejadian yang lainnya.

"Tidak mau! Aku tidak mau  kamu pergi. Kalau kamu tidak ada, Rivandy juga tidak ada. Selain itu, kita baru menjalani kehidupan akademi." Aurora menahan air mata meski tidak mungkin. Tersujud karena tidak mau menerima semua ini. 

Rivandy Lex : Modern MilitaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang