225. Episode Spesial : Perawatan Khusus

5 0 0
                                    

Sebuah ilusi yang kejam. Ilusi yang membuat mental hancur begitu saja. Ilusi itu menghilangkan nyawa seseorang dengan pembunuhan.

Kali ini, gadis di depanku tewas di depan mataku, membuatku menderita dengan banyak darah yang berceceran di lantai, dan bajuku.

Pisau yang dilumuri darah tergelak di lantai gang. Sebuah kejadian kematian bersama turun hujan yang membasahi tubuhku.

Trauma itu akan menjadi bekas yang sangat sulit dilupakan. Terasa gelap seperti malam yang pekat.

Tak lama kemudian, mereka berdua mendatangiku, terkejut karena kematian seseorang. Karena aku, aku membunuh gadis itu. Terpaksa seorang gadis itu menyodorkan senapannya dan menembakkan padaku. Itu yang menghilangkan kesadaranku.

Aku terbangun dengan paksa karena mendapatkan pengalaman yang begitu menyakitkan. Selimut yang dipakai telah menjauh dari badan, terasa menakutkan karena tekanan itu terasa menyakitkan.

Setelah melihat sekitar, tatapanku tertuju ke depan, menatap dua gadis di depanku, dengan simpati dan rasa bersalah. Shiori dan Bella sudah bersiap untuk menanyakan keberadaan Kotori padaku.

"Aku dimana? Tempat apa ini?" Aku mengajukan pertanyaan, menelusuri ruangan dengan penglihatanku.

"Ini ruangan Shiori, kamarnya. Aku membawamu ke sini." Bella menjawab, ekspresinya berbeda dari sebelumnya. Shiori juga.

Kedua mataku terasa gelap karena darah yang melekat di tanganku. Lupakan tentang kesehatanku! Aku perlu mencari Kotori sekarang juga.

"Dimana Kotori?! Dimana? Ini pasti mimpi bukan?" Aku langsung reflek bangkit dan mendekati dua gadis itu dengan penuh tekanan.

"Maaf, Rivandy. Kotori ... sudah tewas. Kamu membunuhnya lalu kami menguburnya di suatu tempat. Setelah itu, kamu tidak bangun selama empat hari. Jadi, aku merawatmu." Shiori menjawab, sambil memegang keuda tangannya di bawah payudara.

Ternyata benar. Kotori sudah tiada semenjak aku menusuk perutnya.  Darahnya berceceran dimana-mana. Ini menyebabkan trauma yang tidak akan hilang dan pudar.

"Itu tidak benar! Aku merasakan mimpi buruk. Kotori seharusnya tidak mati. Dia pasti masih hidup dan bersembunyi di suatu tempat."

Mereka tidak menjawab, memilih untuk diam dan tidak membahas Kotori lagi. Bukannya mereka membencimu, mereka hanya gadis yang tidak berdaya.

Nada bicaraku semakin lama semakin meninggi. Mereka masih diam, malah menghiraukanku karena mereka tidak bisa melakukan apapun, hanya mengubur Kotori di tempat yang tidak diketahui siapapun.

"Kenapa kalian diam saja?! Kalian tidak marah padaku dan menyalahkanku, kan?"

Aku masih berbaring, menyuruh mereka melihat keputusasaanku.

"Kalau saja Kotori masih hidup, aku tidak merasakan penyesalan ini. Kalau dia tidak ada, aku tidak akan ada disini dan menjadi budak seks."

"Kalau saja aku tidak membunuh, dia masih hidup dan aku tidak akan mendapatkan semua penyesalan ini."

Dari semua nada keras itu, suaraku mendadak mengecil. Tenaga untuk meluapkan emosi menjadi tidak ada. Mereka mendengar emosi dan isi hatiku meskinya tatapan mereka mengabaikanku.

"Ini semua salahku! Harusnya aku tidak membunuhnya. Aku takut. Aku ..."

Tiba-tiba, sebuah tamparan yang melesat cepat dan mengenai pipiku. Tamparan yang keras berubah suasana menjadi diam dan tegang. Bella hanya diam melihat seseorang menamparku.

Shiori sudah masuk ke dalam ranjang, berniat membujukku agar memenuhi perintahnya. Orang yang berputus asa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Perlu ajakan dan simpati agar tetap hidup.

Rivandy Lex : Modern MilitaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang