part 17

45 7 13
                                    

Tahun ini Sobin wisuda, setelah berjibaku dengan revisian skripsi dan internship di perusahaan yang kerja sama dengan Satu Bangsa. Agak ribet sih karena Sobin kayaknya bisa ngapain aja padahal dia anak teknik. Kamarnya penuh sama robot rakitannya, rumahnya banyak interior yang dibuat sama Sobin, mobil yang dipake ada beberapa yang diganti sama Sobin.

"kapan wisudanya?"

"kapan-kapan pa..." Sahut enteng Sobin pas dia janjian makan bareng Juna.

"loh, katanya udah skripsi. Udah acc kan sama dosen? Masa udah internship belum wisuda juga." Juna nggak paham karena Sobin kayak nggak niat jawabnya.

"harusnya sih bulan depan, tapi skripsi belum di acc mau meletup kepala aku rasanya." Sobin juga nggak niat makan.

"kata Arin kamu bisa ngelakuin apa aja, harusnya kan gampang buat di acc." Heran Juna.

"dosennya bingung kali pa, aku teknik permesinan tapi jago juga megang interior." Canda Sobin.

"papa serius bin, mama kamu udah nanyain kapan anak cowoknya ini wisuda terus kerja."

"doain deh ini terakhir kali aku revisi, kerjanya tempat ayah aja jadi tukang rempelas juga gapapa males ribet aku. Cukup sekali aja kerja di perusahaan." Sobin emang berencana kerja ditempat Surya kalau udah wisuda biar nggak ribet.

"kalau langsung ikut ayah nanti nggak ada pengalaman bin, masa pengalaman kerjanya cuma 6 bulan internship." Juna sekedar bersaran.

"ya sebenernya pas waktu aku ditawarin beasiswa ke Jerman tahun lalu prospek kerja aku bakal terjamin, tapi kan nggak boleh sama ibu negara jadi ya lanjut ke Harapan Bangsa aja besok semisal mau. Kerja paling setahun kalau udah punya gaji baru lanjut kuliah." Sobin niat awalnya kalau diizinin waktu itu emang mau lanjut kuliah di Jerman abis itu balik kerja di perusahaan yang kerjasama dengan kampusnya.

"semisal sekarang kamu kuliah kesana apa nggak ada beasiswa?" Juna coba bernego.

"nggak ada papa, dosenku udah dapet pengganti buat berangkat kesana." Sobin nyender ke kursinya.

"emang apa yang perlu direvisi sih? Bukannya makin banyak materi makin bagus?"

"justru materiku kebanyakan, dosennya minta aku fokus sama hal yang aku pelajari aja dikampus enggak merembet ke hal yang lain." Jelas Sobin.

"jadi kapan ketemu dosen lagi?"Pak Juna tampaknya kepo sekali.

"lusa, harus ngejar dosen soalnya kebiasaan ilang kalau nggak dicari dospem ku. Entah cuti, keluar kota dan sebagainya."

"pantes Arin sering minta jemput sekarang, pacarnya sibuk sama dosen." Juna akhirnya paham putrinya sering minta jemput saat kuliah berakhir.

"maaf ya pa, janji deh kalau udah kelar semua bakal ada gantinya." omongan Sobin bikin dahi Juna mengernyit heran.

"gantinya?"

"papa-mama sama ayah-ibu bakal aku ajak liburan kalau aku wisuda. Tenang pakai uang aku kok. Uangku banyak pa, hasil nabung hehehe..."

"kapan kamu mulai nabung?"

"dari semester 4 aku nyari beasiswa dan dapet jadi uang yang tiap bulan dikasih ayah masih utuh di rekening aku. Beneran nggak aku pakai buat aneh-aneh kok, cuma buat uang bensin sama jajan aja sedikit." Sobin garuk kepala karena malu.

"kenapa nggak ngomong? Ayah tau rencana ini?" yang dijawab  gelengan.

"ini jadi rahasia kita aja pa, kalau perkiraanku tepat kita bakal liburan pas bulan ulang tahun ayah sama ibu. Anggep aja hadiah dari aku buat mereka." Sobin keliatan bangga banget sama rencananya.

"iyadeh, makanya buruan kelarin skripsinya biar bisa tepat waktu hadiahnya." Juna setuju aja sama rencana Sobin.

"iya pa tenang aja..."

"kamu ngajak papa makan cuma mau ngomong ini?"

"enggak, mau lamar anak papa juga sih tapi baru rencana. Aku belum kerja nggak mungkin ngelamar anak orang belum mapan kan.

"buruan lulus terus kerja, keburu anak papa bosen sama kamu." Celetukan Juna dapet protes dari cowok berlesung itu.

"papa ngomongnya niat banget. Iya ini terakhir revisian kok." Sobin pikirannya jadi traveling walaupun dia baru 24 dan Arin 19 tapi Sobin yakin mau lamar dedek pacar.

"papa gapapa kalau kamu belum lamar Arin juga, tapi minimal kabarin kamu lagi ngapain biar anak perawan papa nggak uring-uringan dirumah." Saran Juna karena dia pusing denger Arin yang ngomel kalau Sobin nggak berkabar.

"iya deh besok diusahain main kerumah. Selesai ngejar dosen langsung kerumah." Sobin memberi alasan.

"nih pacar kamu telfon, ponsel kamu mati apa gimana sih?" Juna menunjukkan gawai nya yang tertera nama Alya disana.

"halo al..." Ini Sobin yang ngomong karena ponselnya mode silent jadi nggak denger.

"lagi sama papa? Kemana aja sih, udah jarang kerumah di kampus juga nggak ketemu." Omel Arin.

"iya, sibuk revisian. Besok kesana deh abis ngurus skripsi." Sobin mendadak ciut.

"awas aja nggak kesini, mau ngambek." Arin berujar sewot.

"iya yaudah lanjut nanti, mau pulang nih. Bye al besok ketemu deh." Sobin nyerahin ponsel Juna setelah dijawab deheman sama cewek 20 tahun itu.

"udah selesai, kabarin makanya kalau kemana-mana. Dicariin sama anak perawan papa ciut kamunya." Ledek Juna.

"kayak papa nggak ciut kalau mama ngambek." Cibir Sobin balik yang bikin Juna mati kutu.

"udah pulang sekarang aja, katanya tadi mau pulang kan? Papa masih banyak laporan yang harus di cek."

"iya pak boss, aku aja yang bayar kan aku yang ajak papa." Sobin berujar pas liat Juna mau ngeluarin dompet.

"lain kali kalau mau ajak makan di tempat sendiri aja biar nggak usah bayar." Saran Juna karena mereka emang nggak makan di restoran punya keluarga.

"nggak enak tiap makan masa bayar setengah. Udah papa duluan aja aku mau bayar."

"iya kalau udah sampe rumah kabarin pacarnya biar papa nggak diprotes lagi." Ucap Juna yang dibalas anggukan.

Akankah binbin wisuda tepat waktu?

Brother-zone (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang