Setiap jam 5:30 pagi, Wan Cimeng menyalakan api tungku untuk menjerang air dalam ketel besar hingga mendidih dan merebus biji kopi sampai aromanya menguar meracuni udara pagi, dan membuka kunci pintu warungnya.
Secepat kilat kerumunan manusia berkumpul untuk menyerbu warung kopi Wan Cimeng, bagai segerombolan burung pemangsa yang kelaparan, menukik tajam dengan akurasi peluru kendali dari ketinggian pencakar langit yang mengambang di terik gurun tengah hari.
Wan Cimeng punya sebutan untuk mereka, bahkan dia ingin memberi nama warungnya dengan sebutan itu. Tapi tentu saja dia tak pernah mengucapkannya dengan suara keras:
Coffeevora.
Bandung, 28 November 2017
YOU ARE READING
Gosip di Internet
General Fiction(On Going) Kumpulan fiksi kilat kurang dari 200 kata. Umumnya sekitar 100 kata. Biarpun hanya 100 kata, tapi butuh kecerdasan untuk mencernanya. Kalau kamu cerdas, buktikan dengan membaca kisah-kisah dalam buku ini.