Extra part-1

49.9K 4.2K 1.2K
                                    

 Happy Reading💖

Raungan kencang dari ruangan itu mengema dalam ruangan barbau obat tersebut, saling berpeluk dan menumpahkan kesedihan.

  Jauh dari lubuh hati mereka berdenyut nyeri, luka yang akan teramat sulit untuk disembuhkan.

  Bara menggenggam tangan adiknya yang berangsur dingin seperti es, janjinya dulu untuk menggenggam tangan Ara selalu berhenti hari ini. Kecewa dengan dirinya sendiri, kenapa begitu bodoh, pergi disaat adiknya ini sangat butuh hadirnya.

  Cowok itu berjalan kesudut ruangan. Bara menendang kuat meja yang ada disana, hamparan pecahan vas bungan berserak dilantai.

  "ARRGGHHH..., ADEK GUA MASIH HIDUP," teriak cowok itu histeris, tangannya dengan brutal menjambak rambutnya.

"Maaf, maafkan Abang Princess." lirih Bara duduk terkulai dibawah lantai.

  "Maaf, maaf sayang, maaf." Bara seperti orang gila sekarang, pipinya yang basah berderai airmata, tatapan cowok itu yang kosong.

  "BODOH! GUA BODOH!! ARRGHH..," Bara bangkit, ia menghantam kuat kuat tembok, hingga tangannya mengeluarkan darah.

  "Baraaa.., udah, udah nak. Hiks.., udah sayaangg, udaaahh." Violetta menatap putra ketiganya dengan tatapan memohon, dengan langkah lemah ia menghampiri Bara. Dipeluk nya putranya yang lemah itu.

  "Adek Bara Momm," lirih Bara dalam pelukan Violetta.

  "Iyaa. Adek Abang udah sehat sekarang, udah ngga sakit lagi." lembut Violetta mengusap airmata dipipi Bara.

Max menatap nanar kepada Ara, princess kecilnya kini sudah tidak dalam keadaan yang sakit lagi, princess kecilnya saat ini sudah tidak merasakan sakit lagi. Hatinya kembali berdenyut nyeri, kenyataan menampar dirinya. Adiknya sudah tenang.

  Max menatap kerahan Niel, remaja laki laki itu menangis pelan. Terlihat jelas betapa ia belum bisa menerima kenyataan yang mereka hadapi.

  Max berjalan kedekat Niel, "Sudah, jangan menangis lagi. Adik kita sudah bahagia, dia udah ngga ngerasa sakit lagi, kamu harus ikhlas." Max memeluk Niel, tangannya mengusap pelan rambut adik laki lakinya yang biasa akan menjahili Ara, lagi lagi hatinya terasa sakit.

  "Bang, Adek." lirih Niel.

  "Iyaa, Adik kita sudah bahagia." Max bergantian mengusap punggung Niel yang bergetar.

  Arlon merasa paling hancur, dokter hebat keluarga Fredric, yang bisa menyembuhkan banyak jiwa. Namun sayang, adiknya sendiri tidak bisa ia sembukan.

  Mendengar kabar Ara. Ayu, pacar Arlon langsung mendatangi ruang rawat Ara. Dipeluknya lelaki yang biasanya tersenyum hangat itu, tidak ada tatapan hangat, tidak ada senyum menenangkan.

  "Ikhlasin Ara ya? Kamu udah berusaha sebaik mungkin. Tuhan lebih sayang sama Ara," Ayu setia mengusap punggung tangan Arlon, sementara cowok hanya diam dan menunduk.

  "Sayang, hei? Kamu jangan nyalahin diri kamu sendiri, kamu hebat, kamu tetap jadi abang Ara yang paling hebat." Ayu memeluk Arlon yang menangis, perempuan itu mengusap usap punggung Arlon yang berbalut jas dokternya, sambil menatap sedih calon adik iparnya dibrankar.

  Mata Ayu merincing melihat Alarik yang disebelah Ara, tapi bukan Alarik yang menjadi objek penglihatannya. "ARLON!!!" sentak Ayu berdiri, melepas pelukannya.

  "EKG nya!!!" Ayu berlari ke brankar Ara, "One more chance, one more chance, my God. Thank you God. Ini mujizat Arlon," Ayu mengambil stetoskop dari saku jasnya, kemudian mengecek tubuh Ara.

Little Sister  [U P D A T E   U L A N G]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang